Selena Almaheera, mahasiswi lulusan kedokteran dengan prestasinya yang luar biasa. tak sedikit orang memujanya karena kemampuan yang hebat saat beraksi diruang operasi. namun, pada suatu hari takdir buruk menyeret dirinya ke dalam lubang malapetaka.
Diego Ethan Federico, bajingan kelas kakap yang tampan rupawan dan kaya raya. ia meneruskan dunia hitam sang papa juga pewaris utama dari pasangan Matteo Denaro Federico dan Natalia Avila Beltran.
Pertemuan pertama saat dalam keadaan sekarat menjadikan bos mafia itu terobsesi pada dokter cantik yang menanganinya kala itu, hingga satu tahun sudah berlalu keduanya dipertemukan kembali saat dokter cantik itu menangani Sania Ainsley Beltran, yang tak lain adalah adik kandungnya.
Diego sadar obsesinya pada Selena itu bahaya dan ingin menguasai seluruh hidupnya. akan tetapi, ada sang kakak yang justru ikut terlibat dalam perasaan cinta itu.
Lantas siapa diantara dua mafia kakak beradik itu yang berhasil mendapatkan dan meluluhkan hati Selena?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lestari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 16 - langkah gerak Ethan
Mobil mewah terlihat meninggalkan kawasan mansion, Gio membawa sang bos ke tempat tujuan. pikiran Ethan melalang buana memikirkan perkelahian antara Carla dan Selena. sebenarnya, ia enggan pergi dan ingin menemani Selena di kamar, tapi suatu urusan penting datang mendesak hingga mau tak mau ia merelakan Selena di tangani pelayan. sengaja tidak memanggil dokter karena permintaan Selena sendiri.
Perkelahian membuat kesalahpahaman, belum tau alasan sebenarnya Selena menumpahkan sup ayam panas ke tubuh Selena. entah karena cemburu atau memang ada maksud lain, dari netra Selena yang berderai air mata, Ethan bisa melihat jelas rasa sakit dan penuh luka.
Mungkin kesalahannya juga, meladeni Carla hingga nyaris bercumbu di hadapan Selena. perbuatan Carla memang berbahaya, ia pintar memuaskan lawan jenisnya. ya, hubungan saling memuaskan memang sering mereka lakukan hanya untuk kesenangan semata. Ethan tak pernah naik ranjang apalagi membawanya ke kamar pribadinya, paling-paling di sofa atau kolam renang.
"Kabar terakhir yang ku dapat, barang kita gagal sampai di Rusia, tuan. seseorang menjegal kapal di wilayah perbatasan" ucap Gio menyampaikan kabar, melirik Ethan lewat kaca dasboard. sang bos tampak kacau dengan pakaian yang berantakan, pasti memikirkan Selena dan keributan yang sempat terjadi.
"Kita harus mengirim peringatan, barangkali ini perbuatan Dominic. bajingan itu selalu punya cara untuk menggagalkan perdagangan kita" imbuhnya mencengkram stir, ia sangat ingin menembakkan peluru ke tubuh lawannya.
"Kalau sampai terendus campur tangan Dominic, kita bisa balas dendam melalui Selena!" sahut Ethan.
"Aku ingin tau reaksi dia saat tau kekasih adiknya berada dalam genggamanku"
"Tapi, tuan. bisa saja di antara Robby dan Dominic tidak saling melindungi, terbukti dari riwayat hidup yang disamarkan. mereka tampak tak ingin mengaku saudara satu sama lain"
"Itu hanya tipuan publik, Dominic bekerja sebagai mafia sedangkan Robby sebagai dokter neurologi. justru mereka banyak bercampur tangan untuk menutupi kasus yang diperbuat" terkanya yakin, selama ini instingnya selalu benar, apalagi membaca pergerakan lawan sangat mudah ia tebak.
"Paksa salah satu anak buahnya yang berhasil kita tangkap. waktu ku tidak banyak, aku harus segera kembali ke mansion dan menyelesaikan masalah Selena!" Ethan membanting tubuh ke kursi mobil lalu melenguh panjang. ia tak menyangka keributan memalukan terjadi.
"Baik, tuan. Maxime dan Marvel sudah tiba dimarkas 10 menit yang lalu" jawab Gio mengangguk patuh lalu kembali fokus ke jalanan.
Hening tanpa suara ataupun alunan musik, Ethan tak bisa tenang saat kameja nya terdapat noda darah Selena, dia tidak sempat mengobati, rasa bersalah kian merayap dalam hatinya. seharusnya tak perlu marah apalagi main kekerasan sebelum mendengar penjelasan secara detail.
Sikap yang paling dibenci pria itu adalah sikap yang tidak bermoral, meskipun dirinya bajingan yang ditakuti penjuru dunia, tetap saja tidak boleh ada yang lebih bejat darinya, sebab Ethan memegang kuasa diatas segalanya.
Mobil mewah itu perlahan memasuki kawasan terlarang, kanan kiri diapit tebing dan pepohonan yang rindang. penjagaan ketat dijaga oleh anak buah pria itu, bersembunyi memantau keadaan. Ethan tidak hanya memiliki satu markas, ada banyak markas lainnya dikota Berlin dan kota-kota lainnya. sedangkan markas utamanya masih di rahasiakan, tak sembarang orang bisa kesana.
Disambut pengawal berbadan besar dengan seragam berwarna hitam, Ethan keluar dari mobil lalu memasuki gedung bangunan tua. semua orang menunduk segan kemudian mengikuti langkah sang bos dari belakang.
Aroma anyir darah menguar dalam ruangan, pria itu mendapati seseorang yang diikat menggunakan rantai dengan posisi duduk diatas kursi kayu, pria itu salah satu anak buah Dominic yang berhasil di kalahkan saat perang di wilayah perbatasan.
"Apa kau sudah membuatnya membuka mulut?" tanyanya dengan tatapan menyorot tajam.
"Sudah banyak cara kami lakukan, tuan. bahkan kakinya dilubangi dengan peluru pun tetap bungkam tidak mau mengaku" jawab Maxime menghadap sang bos.
"Dugaanku tidak salah, dia anak buah Dominic"
"Siapkan semua orang, lakukan pemanasan terlebih dahulu sebelum merebut kembali barangku yang sudah mereka curi!"
"Bajingan itu tidak pantas disebut mafia, tidak ada bos yang meninggalkan anak buahnya begitu saja. pasti dia tumbal karena percaya tidak akan membuka mulut" dengusnya bersuara dingin.
"Apa yang perlu kita lakukan, tuan? percuma memaksanya mengaku karena kakinya dilubangi pun tetap bungkam" sahut Marvel.
"Berikan senjatamu, sekarang dia menjadi urusanku!"
Tidak ada yang berani melawannya, Marvel menyerahkan senjata api ke tangan sang bos, kemudian memberi kode unuk semua orang keluar dari ruangan. Ethan berjalan memutari kursi kayu, ketukan senjata ia mainkan, tak banyak kata ia mengangkat kepala pria itu untuk menatapnya.
"Apa kau mendapatkan asuransi jiwa dari bos mu sampai berani memasuki kawasanku, hm?"
"Sudah ku beritahu berkali-kali, untul tidak bermain-main denganku. sudah masuk, berati siap membusuk!"
"Jangan menutupi fakta, aku tau siapa yang sudah berani mengambil barangku, dan akan ku pastikan, orang-orang yang ikut campur, bermain-main denganku, maka peti mati taruhannya!"
Pria itu berkelit, tak bisa berteriak karena mulutnya ditutup menggunakan lakban. ujung pistol memukul kepalanya hingga semburan darah keluar dari sana. smirk menakutkan menyalakan api kemarahan.
"Emhh....emhhh....." raungnya menggeleng, takut jika kepalanya dilubangi peluru oleh Ethan.
KREKK...
Tarikan kasar melepaskan lakban dari mulut pria itu, tak peduli seberapa sakit. Ethan berjongkok memberi penekanan.
"Tidak mau bicara? kau hanya punya satu kesempatan untuk bertekuk lutut padaku, katakan dimana Dominic menyembunyikan barang-barangku?"
"Bos, dia tidak akan membuka mulut" ucap Maxime seraya menyiapkan senjata laras panjang. ada Marvel dan Gio di sampingnya.
"Dilihat dari keberaniannya, dia lebih memilih mati ditangan kita dibanding ditangan Dominic, dua pilihan yang sama-sama merenggut nyawa. itu sebabnya, dia memilih bungkam" jelas Gio menyimpulkan, siapapun yang berkhianat akan mati tragis, begitulah prinsip di dunia mafia.
"Wah...aku sangat suka yang seperti ini, tapi tidak pria tua seperti ini" sembur Marvel. "Aku yakin, dia senior kepercayaan Dominic untuk mengurus bagian perdagangan bebas"
Ethan mengangkat tangan, menghentikan anak buahnya untuk tidak melukai pria itu. ia mengangkat alis sambil menyunggingkan bibir. "Tahan dia diruang bawah tanah, pastikan sebelum acara pesta, dia sudah membuka mulut"
"Suruh orang untuk menggali informasi termasuk anak dan istrinya!" ucap Ethan secara lantang.
Gio cepat-cepat mengeluarkan ponsel lalu memotret pria itu. mencari informasi tak sulit ia lakukan. banyak jaringan yang bertekuk lutut di bawah penguasaan Ethan. bahkan hampir seluruh dunia mengenal ayah dari pria itu, Matteo Denaro Federico, mantan bos mafia sekaligus iblis kota Berlin.
"J-jangan sakiti anak dan istriku" akhirnya pria itu bersuara, merangkak mendekati kaki Ethan.
"Ku mohon jangan sentuh mereka, mereka tidak tau apa-apa" pintanya iba.
"Kalau begitu, bicara yang jujur!"
"Iya, aku akan bicara jujur, tapi jangan sentuh mereka dan biarkan mereka hidup bebas, jangan mengawasi ataupun memantau aktivitasnya"
"Dengan satu syarat, katakan apapun yang kau tau tentang bos mu, bisnis apa saja yang ia jalankan, dan wilayah mana saja yang akan ia perluas. semuanya, termasuk rahasia terdalamnya!" ucap Ethan, raut wajahnya tak main-main.
"Namaku Damar, anda bisa percaya padaku, tuan"
Binar mata penuh harapan terlihat jelas, Ethan memberi kode pada Maxime untuk melepaskan rantai. satu kesempatan ia berikan hanya demi mengetahui rahasia musuh terbesarnya. saat melihat Damar terbatuk-batuk, merangkak ingin menyentuh kaki, tendangan bebas mendarat di keningnya. tidak semudah itu mendapat pengampunan, itulah prinsip Ethan.
"Aku menemukan semua data informasi tentang keluarganya, tuan. dia memiliki satu anak perempuan berusia 25 tahun yang satu tahun lalu baru menyelesaikan pendidikan dokter, sedangkan ibunya bekerja disalah satu restoran milik Dominic" Gio memberitahu informasi pada Ethan, mengulang dua kali hingga terpikir pikiran gila di otaknya.
"Ada yang janggal, ayah dan ibu mengabdikan diri pada pria bajingan itu. lalu anaknya-" ucapannya terhenti seraya beradu tatap dengan Maxime dan Marvel.
"Tidak mungkin wanita yang sedang di tawan oleh bos kan?" tanyanya dengan wajah cengo.
"Maksudmu? dokter cantik itu?"
"Menurutmu? siapa lagi wanita yang bos culik selain dokter cantik itu" Maxime kesal.
"Oh, god. fucking shit, the world is very narrow!" umpat Marvel mengacak rambutnya.
Ethan mendengarkan sambil mencerna ucapan anak buahnya, otaknya mendadak buntu setelah tau fakta yang sangat mengejutkan. ia menggertak gigi, tak jadi melanjutkan langkah dan menatap Damar yang tergeletak tak sadarkan diri diatas lantai. tak bisa ia bayangkan jika pria itu adalah ayahnya Selena.
"Kalau memang benar, pasti ada yang tidak beres disini. ayah dan ibunya mengabdikan diri pada bajingan itu, lalu membiarkan anaknya menjalin hubungan dengan Robby. sepertinya mereka semua terjerat dalam genggaman Dominic"
"Ya, aku setuju denganmu max. itu artinya, keluarganya dalam masalah besar" Marvel menyimpulkan.
"Bisa jadi, karena tidak mungkin jika Damar tidak tau kalau anak satu-satunya diculik"
"Mengharap apa kau? dia bekerja dengan mempertaruhkan nyawa di samudera untuk mengawal barang ilegal, pasti berita anaknya diculik belum terendus olehnya"
"Tunggu apa lagi? seret pria itu ke mansion pribadiku, tempatkan di ruang bawah tanah dan cari informasi terkuat kalau Selena adalah anaknya!" Ethan berucap tegas.
"Berikan dia makanan dan rawat luka-lukanya, jangan biarkan dia mati kelaparan. perintahkan juga yang lain untuk memperketat penjagaan dimansion dan kebun belakang. aku tidak mau pria itu kabur meloloskan diri, kalian semua paham?" bentaknya.
"Siap, paham, tuan"
*****
"Kau akan menumbalkan calon istriku? yang benar saja, segera cabut ucapanmu atau aku akan menarik kembali bala bantuan yang kau butuhkan!"
"Sebagai pilihan terakhir, tidak ada yang bisa merubah takdir. kau jelas tau, Ethan Federico bukan seorang yang mudah disentuh"
"Kalau saja dia tidak terlibat dengan mafia itu, semua ini tidak akan terjadi dan bahkan rencana pernikahanku akan berjalan sempurna!" semburnya tajam dan murka.
Pria bersetelan serba hitam dan menggunakan topi koboi menghisap sebatang cerutu, aroma tembakau kian menguar menambah amarah lawan bicaranya. di depan pintu, ada dua pengawal menjaga mereka, tidak membiarkan keributan terjadi di antara kakak beradik itu, Dominic Patino Darwis dan Robby Patria Darwis.
"Percuma saja kau melapor polisi, mereka semua pun akan binasa ditangan Ethan" Dominic berucap sangat tenang, tapi tidak dengan Robby yang menahan marah diposisi nya.
"Semua ini salahmu, kau memintaku mengubah jadwal bekerja Selena dan membuatnya menangani adik bajingan itu. kalau saja Selena tidak dalam ikut operasi, sampai detik ini, aku masih bisa melihatnya!" Robby menggebu-gebu, merasa marah dengan ide gila sang kakak yang berambisi menghancurkan mafia nomor satu di dunia.
"Tidak perlu semarah ini, jika wanita itu mencintaimu, dia tidak akan mudah pindah ke lain hati" Dominic tertawa kecil.
"Ini bukan masalah hati, tapi nyawa Selena dipertaruhkan karena ambisimu yang teramat tinggi!" sentaknya kasar menatap nyalang wajah sang kakak.
"Kau salah, hanya wanita gila yang tidak bisa jatuh cinta pada Ethan. pesona pria itu sangat lekat bahkan banyak wanita yang melempar tubuhnya secara cuma-cuma"
"Selena tidak seperti itu, aku percaya padanya!"
Dominic mematikan cerutunya, meraih gelas menyesap wine, lalu berdiri menghadap ke adiknya. ia tersenyum miring menatap Robby yang tetap mempertahankan apa yang dia punya.
"Sudah berapa banyak wanita yang kau tiduri di belakang Selena? bahkan kau ceroboh sampai menghamili wanita rendahan itu, seperti ini masih pantas kau marah-marah padaku, hah?"
"Tutup mulutmu, jangan sekali-kali kau membahasnya. cukup fokus saja untuk mengeluarkan Selena dari mansion mafia itu!" Robby menggebu-gebu bahkan sampai meninju sang kakak, tapi justru sang kakak tergelak menertawakannya.
"Kita lihat, seberapa tahan wanita itu menahan diri. kau boleh saja percaya, tapi tidak dengan kuasa yang Ethan miliki!" ucapnya menepuk bahu Robby, sedangkan Robby meradang ingin menghancurkan seisi rumah kakaknya.
Ia memang suka bermain wanita, tapi itu semua karena prustasi tidak ada Selena disisinya. sebelum wanita itu berada di genggaman Ethan, sikapnya tak separah sekarang. katakan saja, kini ia kesepian. semasa menjalin hubungan dengan Selena ia tak pernah melakukan itu kecuali ciuman. itu yang membuatnya bosan dan sesekali mencari selingan.
Tapi percayalah, Robby sangat mencintai Selena meskipun ia sudah memiliki anak. ah, anak itu tidak pernah ia akui. kesalahan semata yang ia lakukan tidak sengaja saat menyewa seorang pel4cur.
"Ada banyak hal yang harus ku urus, lebih baik kau pulang sebelum media mengikuti langkah gerakmu" suruh Dominic demi kebaikan.
"Bebaskan wanitaku, atau aku yang akan bertindak dengan caraku sendiri!" ucap Robby menantang.
"Jangan ceroboh, sekarang bukanlah waktu yang tepat. lebih baik laporan di kantor polisi kau tarik ulang karena itu tidak ada gunanya, biarkan anak buahku saja yang bekerja"
"Arghh...sialan!" Robby mengacak rambutnya prustasi.
ternyata mereka punya masa lalu gelap 😨
lebih Rumit berurusan dg Mafia Selene ...bisa merasakan skenario Mafia seperti itu😤😔😑
gak bisa kak buat Selena pergi dulu dari Ethan biar dia sadar semua kelakuannya
kasian disiksa terus Selena