NovelToon NovelToon
Mendadak Jadi Sugar Baby

Mendadak Jadi Sugar Baby

Status: tamat
Genre:Tamat / CEO / Konflik etika / Penyesalan Suami / KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga) / PSK / trauma masa lalu
Popularitas:7k
Nilai: 5
Nama Author: Byiaaps

Apa benar kalau zaman sekarang cari uang halal itu susah?

Hidup di lingkungan sekitar yang toxic, membuat Binar harus bertahan hidup dengan caranya sendiri.

Cara seperti apa yang ia pilih?

Jangan lompat bab untuk menghargai karya penulis, bila tak suka bisa skip saja, jangan mampir hanya untuk membaca secara acak.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Byiaaps, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 16

Kembali ke dalam mess, Binar memikirkan ucapan wanita tadi. “Om? Aku sudah tidak bisa berpikir positif kalau om-om sudah disebut. Tapi dari gayanya, sepertinya si Biani itu seperti Amel. Tapi, kenapa dia mau berada di hotel kecil seperti ini ya? Gayanya saja berkelas.”

Saat tengah melamun, salah satu rekan kerja yang tinggal di dalam 1 kamar dengannya, menegurnya. “Bin, jangan melamun, nanti kemasukan!”

Menyangkal bahwa ia tak melamun, Binar lalu mengajak temannya yang bernama Intan itu bercerita.

“Kamu ‘kan sudah dua tahun kerja di sini. Apa kamu juga mengikuti sisi negatif yang ada di hotel ini?” tanya Binar ingin tahu.

Menggeleng, Intan mengaku bahwa ia diterima kerja di sini murni karena tes. Saat ia direkrut menjadi hotelier, ia tak berhadapan dengan Agus, tapi dengan pemilik hotel ini secara langsung. Jadi, meskipun sekarang ini ada godaan yang datang kepadanya, ia sudah cukup kuat bertahan pada keyakinanku.

“Jangan kaget kalau kamu kerja di hotel. Kalau ditawari untuk melakukan sesuatu yang nakal oleh sesama rekan kerja itu sudah biasa. Ditawari oleh tamu saja aku sering,” ucap Intan polos.

Binar lega, karena masih ada orang yang bekerja dengan jujur dan baik saat ini.

Intan juga mengatakan bahwa selama setahun terakhir semenjak Agus diangkat jadi kepala personalia, lelaki itu memang merekrut karyawan wanita hanya berdasarkan fisik.

“Aku sarankan kamu mencari pekerjaan lain, Bin. Karena status kamu ‘kan hanya kontrak yang mungkin hanya dibutuhkan beberapa bulan saja. Bahaya juga bagi kamu kalau ada audit dari pemilik hotel secara langsung, karena status kepegawaianmu akan dipertanyakan,” saran Intan.

Merasa ucapan Intan ada benarnya, Binar berpikir ia memang harus mencari pekerjaan lainnya, karena tak nyaman juga berada di lingkungan hotel yang seperti ini.

Karena sudah larut, Intan meminta izin tidur terlebih dahulu karena ia harus bangun di jam 2 dini hari nanti, membersihkan kamar tamu yang akan check out.

Masih berusaha memejamkan matanya karena harus bangun jam 5 subuh besok, Binar tak juga berhasil terlelap. Tiba-tiba, ia merasa rindu pada Adrian, lelaki yang tanpa ia sadari sudah membuatnya jatuh cinta. Padahal, pertemuannya dengan Adrian hanya sesingkat itu, itu pun lebih banyak dukanya. Bayangan wajah tampan Adrian masih mengikutinya, masih terekam jelas di otaknya saat beberapa kali mereka saling bertatapan. Padahal, tak seharusnya ada alasan untuk jatuh cinta pada pria kejam sepertinya.

Bagaimana tidak, bukan hanya fisik tapi juga hatinya telah dibuat sakit oleh suaminya itu. Kini, ia merasa hidupnya berantakan sudah. Rasanya, sudah tak ada harapan lagi dalam hidupnya, untuk menikah lagi pun rasanya akan sulit karena ia belum resmi bercerai dari Adrian.

“Ya Tuhan, kenapa hidupku begini? Apa salahku? Tak pernah aku menemui kebahagiaan dalam hidupku sendiri,” renungnya sambil meringkukkan tubuhnya di dekat jendela, hingga tak sadar air matanya menetes.

Sementara itu, masih di bawah langit yang sama, perasaan sesak semakin menghantui Adrian. Malam yang semakin larut hingga dinginnya menyergap, ia belum juga dapat memejamkan matanya. Ia masih terbayang dengan Binar, seorang wanita tak berdosa yang telah ia sakiti.

“Di mana dia sekarang? Sedang apa dan bagaimana keadaannya? Apakah baik-baik saja?” sesalnya menatap langit malam ini dari jendela kamar.

Mencoba mengenali perasaannya, apa yang ia rasakan adalah lebih dari perasaan bersalah, bukan juga sekadar iba.

Membayangkan saat pertemuan pertamanya dengan Binar di rumahnya kala itu, dengan perasaan dendam, tapi entah mengapa setelah melihat diri seorang Binar, dendam itu tak sekuat di awal. Saat memperlakukannya dengan kasar pun, hati nuraninya seakan melarangnya. Hingga membuatnya harus berperang dengan hatinya. Itu juga lah alasan mengapa ia kembali melajukan mobilnya setelah melihat Binar memohon dengan ketakutan saat akan diturunkan bersama pria sangar di hotel kala itu.

***

Pagi harinya selesai membantu memasak untuk menu sarapan para tamu hotel, Binar diperintahkan untuk kembali ke pasar, membeli bahan-bahan masakan yang habis.

Saat tengah menenteng barang belanjaannya, seorang pria tampak memperhatikannya dari kejauhan.

"Mbak Beeee,” panggil pria itu, membuat Binar melihat ke arah sumber suara di seberangnya.

“Pak sopir,” ucap Binar lirih.

Ada rasa bahagia dalam dirinya ketika bisa berjumpa dengan sopir Om Farhan itu lagi, seakan ia ingin sekali menanyakan bagaimana kabar Om Farhan saat ini.

Tapi sayangnya, pria itu hanya melambaikan tangannya tanda akan pergi lagi, setelah menerima telepon.

Seketika senyum Binar mereda kala ia tak sempat bicara pada pria tersebut, dan mereka pun berpisah melanjutkan aktivitasnya masing-masing.

Lalu, saat Pak Sapto tiba di kantor Adrian, ia kembali bertugas mengantarkan bosnya itu ke suatu tempat.

“Kita ke pabrik sebentar setelah itu cari Mbak Bi lagi ya, Pak,” tukas Adrian.

“Oalah, Mas, sebenarnya ada apa to sama Mbak Bi sampai dicari-cari, ‘kan Bapak juga sudah tidak ada. Apa masih ada barang atau harta Bapak yang diambil Mbak Bi, kalau iya ikhlaskan saja, toh Mas Adrian juga masih kaya raya,” tutur Pak Sapto polos.

Tak menanggapinya, Adrian hanya diam karena semua ini bukan soal uang.

“Kalau Mbak Bi susah dicari ya cari Mbak Be saja, tadi sebelum ke sini saya ketemu dia di pasar,” ujar Pak Sapto membuat Adrian yang tengah minum pun tersedak.

Buru-buru Adrian minta diantarkan ke pasar, meski sang sopir sudah mengatakan bahwa wanita itu tentu sudah pergi sedari tadi.

Selama dalam perjalanan, Adrian tak henti memarahi sopirnya karena tak menanyakan kejelasan tempat tinggal wanita yang disebutnya Mbak Be.

“Ya saya 'kan tidak tahu kalau Mas Adrian mencari Mbak Be juga. Lagian salah siapa suruh buru-buru ke kantor, wong tadi rencananya saya juga mau mengobrol dulu sama Mbak Be." Pak Sapto membela diri.

"Tidak anak tidak bapak sama-sama sukanya dadakan,” lanjut Pak Sapto membatin lirih.

...****************...

1
Anto D Cotto
lanjutkan, crazy up thor
Anto D Cotto
menarik
Yuliana Tunru
hidup di kota mmg kejam ya binar setiap t4 bagaikan hutan yg setiap saat bisa jd santapan hinatang buas ttp semangat untuk hidup benar dan bsik binar ..biarkan adruan hudup dgn.penyesalan
Yuliana Tunru
lanjut
Yuliana Tunru
orang aneh kasuhan binar
Yuliana Tunru
knp adrian x gitu ya apa gila atau ada dendam khusus
Yuliana Tunru
rasa x kyk.mimpi aneh ya..apa adrian benar2 tulus atw jgn2 binar jd tumbal pesugihan gitu..maaf thor jd nganyal kyk novel2 horor tp smoga z binar benar2 bernasib baik
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!