Raina Grittella 2

"Serius? Lo pengen jadi pacar gue?" tanya Bara.

Suasana sedikit tegang dengan pemikiran masing-masing. Bara yang menunggu jawaban Maila, Rain yang berpikir jika Bara sudah lelah mengejarnya dan Maila yang tidak percaya dengan pertanyaan Bara. Apa dia salah dengar? Disebelah Bara ada Rain dan berani-beraninya Bara bertanya seperti ini. Padahal Maila hanya bercanda dan tidak mungkin juga dia merebut kekasih sahabat sendiri.

Apa bedanya Maila dengan Livia jika begitu? Maila masih memiliki harga diri. Di luar sana banyak yang suka sama Maila hanya saja gadis itu tidak mau meliriknya. Hati Maila sudah terpatri hanya untuk Javas sampai tidak peduli jika ada yang benar-benar mencintai Maila.

Maila terlalu bodoh, terlalu percaya kepada Javas dan dunianya dipenuhi oleh Javas sampai logikanya tidak berjalan. Mengabaikan segala ucapan negatif tentang Javas yang justru itu sebuah kebenaran. Jika Javas selingkuh, pergaulan Javas disana sangat bebas maka Maila haru selidiki. Namun, Maila tidak peduli dan menganggap jika mereka iri terhadap hubungannya yang sudah terjalin sejak SMA.

Tanpa Maila sadari, dia sendiri yang berjuang terhadap hubungan itu. Segala effort yang diberikan untuk Javas tidak pernah Javas pedulikan. Dia hanya butuh kesenangan untuk mengusir rasa bosan dengan Maila.

Maila yang polos, Maila yang bodoh. Javas kuliah di luar negeri adalah sebuah alasan agar bisa menjauh. Javas tidak bisa mendapatkan kepuasan dari Maila karena gadis itu selalu menolak melakukan hubungan diluar batas. Javas bertahan karena uang dan popularitas dulu.

Maila tidak sadar jika hanya dimanfaatkan oleh Javas yang senang bergonta-ganti wanita.

Semua angan tentang hubungan yang serius setelah lulus kuliah nanti sirna seketika. Bayangan tentang pernikahan yang indah dan menjalani kehidupan dengan Javas adalah sebuah kebahagiaan itu hanya mimpi yang tidak akan pernah terwujud.

Luka Maila sangat dalam, Javas cinta pertamanya yang telah berhasil menorehkan luka sangat dalam. Hatinya hancur tapi dia berusaha untuk tetap baik-baik saja. Jika tidak ada Bara, mungkin Maila sudah menangis sejak tadi. Melihat betapa bucinnya Bara kepada Rain, membuat Maila iri dan ingin memiliki kekasih seperti Bara.

"Jadi selingkuhan juga nggak apa-apa kok," jawab Maila dengan senyum yang kaku.

Maila hanya bercanda saja untuk menghilangkan rasa sakit karena Javas selingkuh. Rain menggeleng kepala sementara Bara menanggapinya dengan serius.

Rain tahu jika Maila butuh hiburan, lagipula Rain nggak pernah mengambil hati ucapan Maila. Toh jika Bara memang setia maka dibelakangnya dia tidak akan menerima tawaran gemblung dari Maila kan?

"Rain, kamu yakin masih mau berteman dengan Mail?"

"Hey, nama gue Maila! Bukan Mail!" protes Maila.

Hanya Rain yang boleh memanggilnya Mail!

"Sssttt ... Ini kita lagi di warung woy, kenapa pada ribut!" bisik Rain.

Mereka kini jadi pusat perhatian karena suara Maila barusan.

Maila tersenyum dan mengangguk dengan kikuk ke arah para pengunjung yang sedang menikmati bubur ayam itu. Dia kemudian menghabiskan bubur miliknya dengan menahan rasa malu.

***

"Gara-gara lo nih, Bar!" gerutu Maila.

Plak!

Maila memukul punggung Bara yang berjalan di hadapannya.

"Sakit, ogeb!"

"Lo bikin gue malu aja!"

"Lah lo yang cari gara-gara!"

"Ya lo duluan pake segala nanya begitu!"

"Semua salah lo titik!"

"Lo yang____"

"STOOOOOOP!!!!"

Keduanya terdiam ketika Rain berteriak. Dia baru saja keluar dari warung bubur ayam itu karena dia yang bayar. Enak sekali kan Bara dan Maila.

Pas keluar dengar mereka bertengkar rasanya kepala Rain mau pecah. Mentang-mentang perut sudah kenyang jadi bisa adu mulut.

"Kalian ini nggak malu apa diliatin banyak orang?" Rain memberi kode agar Maila dan Bara menatap sekitar.

Benar, mereka saat ini sedang menjadi pusat perhatian orang-orang yang berjalan kaki di sekitar atau orang-orang yang sedang membeli sarapan di sekitar karena tempat tersebut banyak para pedagang kaki lima dengan segala jenis dagangannya.

Bara cepat-cepat masuk ke mobil, disusul oleh Maila dan juga Rain. Mobil mewah milik Bara itu melaju dengan kecepatan sedang menuju kampus tempat Rain mencari ilmu.

"Bara bego!" umpat Maila saat turun dari mobil.

"Lo yang bego! Bukannya terima kasih malah ngatain orang. Udah___" Ucapan Bara terhenti karena Rain menarik bibir Bara.

Maila yang ada diluar tertawa dengan puas.

"Gue duluan ya, Rain!" pamit Maila dan melambaikan tangannya.

"Lo suka sama Maila?" tanya Rain melepas tangan yang menutup bibir Bara.

Laki-laki itu menyeringai, "Kamu cemburu?" goda Bara.

Rain memutar kedua bola mata malas dan menoyor kepala Bara.

"Nggak sama sekali!"

Bara menghela napas lelah, padahal tadi dia sengaja memancing kecemburuan Rain tapi nyatanya sikap Rain biasa saja. Apa Bara harus selingkuh beneran ya biar Rain cemburu dan balik sama dia?

Sayangnya itu bukan ide yang bagus. Kalau sampai Bara pacarin Maila meski hanya pura-pura, Rain bukannya cemburu tapi malah semakin benci. Bisa-bisa Bara dimutilasi saat itu juga.

"Sampai kapan sih kamu begini, Yang? Aku juga punya batas kesabaran," kata Bara terdengar frustasi.

"Apa lagi yang lo mau, Bara? Waktu? Gue nggak ada waktu buat ngurusin cinta-cintaan kayak dulu lagi. Lo tahu sendiri betapa sakit hatinya gue berkali-kali dikecewakan!"

Rain sudah tidak ingin mencintai laki-laki terlalu dalam karena itu hanya menambah luka saja. Jika uang membuat Rain bahagia maka dia akan bekerja keras demi mendapatkan uang sebanyak mungkin. Menciptakan alur kehidupan yang indah tanpa adanya cinta. Tidak peduli dimasa depan dia akan menikah dengan siapa atau justru tidak menikah. Rain hanya ingin menutup mulut orang-orang yang dulu merendahkan Rain asli.

Membungkam mulut orang-orang yang sekarang ini juga sedang merendahkannya. Ada beberapa di kampus Rain dan selama ini Rain hanya diam. Jika membunuh adalah cara terbaik maka sudah Rain lakukan sejak kemarin. Hanya saja itu terlalu mudah bagi mereka yang menyakiti Rain. Mereka akan mati dengan mengenaskan sementara Rain hidup penuh dendam dan ambisi.

Tidak! Rain bukan lagi pembunuh bayaran tapi dia akan bermain cantik dengan cara membuat mereka menderita dan tahu siapa Rain sebenarnya. Ya, itu yang saat ini Rain lakukan. Sementara Bara tidak tahu menahu tentang kehidupan Rain.

Baik masa lalu maupun masa sekarang.

"Kita balikan ya. Plis kasih aku kesempatan terakhir kalinya. Aku akan perbaiki semuanya, Sayang. Aku mohon!"

"Gue nggak mau punya calon suami pengangguran kayak lo!" kata Rain.

"Jadi? Kalau aku kerja lagi, kamu mau kasih aku kesempatan?"

"Minimal Lo kaya dulu baru gue terima!"

Bara memeluk Rain dengan erat karena ini adalah berita yang sangat bahagia. Ucapan Rain itu sebenarnya memberikan kesempatan untuk Bara hanya saja penyampaian berbeda agar Bara mau bekerja keras dan nggak lontang-lantung seperti sekarang ini. Masa iya setipa kali makan diluar Rain terus yang bayar. Apa ya nggak malu?

"Aku balik ya nanti, kamu ... Baik-baik di sini. Aku akan datang pas weekend!" Bara mengurai pelukannya.

Rain hanya bisa mengangguk karena pelukan tadi membuat Rain nyaman. Rain merasa memiliki sandaran yang selama ini dia butuhkan.

Cup

Bara mengecup kening Rain ketika gadis itu sedang melamun. Tidak ada penolakan Bara memberanikan diri mencium bibirnya.

Bugh

Brak

"Bara sialan!" umpat Rain yang memukuli Bara sampai memar pipi dan sudut bibirnya.

Bersambung....

Kita dobel up nanti yaaa.

Yuk ngobrol sama othor di grup! Join grup di sini bisa kok. Nanti kita bahas apapun bebas. Kalau ada masukan tentang cerita Rain dengan senang hati othor terima.

Thanks ya buat kalian yang rajin like dan komen. Love you pulll deh dari othor Ala.