NovelToon NovelToon
Cewek Galak Itu Milikku

Cewek Galak Itu Milikku

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Playboy / Cinta pada Pandangan Pertama / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:12.9k
Nilai: 5
Nama Author: nlras

playboy x cewek bar bar x musuh jadi cinta

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nlras, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 16 | Masalah besar

Di Pagi hari saat Naura ingin berangkat untuk pergi bersekolah, Jaka melihat ada teman Naura di depan gerbang rumahnya yang sedang berdiam menunggu Naura keluar.

"Non Naura," panggil Jaka saat melihat Naura sedang keluar dari pintu rumah.

Naura mengernyit, dia menatap heran Jaka yang memanggilnya untuk menghampiri satpam itu. Seharusnya Jaka yang datang untuk menghampiri Naura. Namun, karena rasa penasaran yang tinggi akhirnya Naura memilih mendatangi Jaka.

"Ada apa ya, Mas?" tanya Naura.

"Ada temannya Non Naura di luar," bisik Jaka.

"Hah?Teman? Seriusan?" tanya Naura panik. Satya dan Bara masih di rumah, bisa bahaya kalau mereka tahu ada yang menjemputnya.

"Iya Non, makanya Mas minta Non Naura ke sini. Ayo Non buruan keluar, biar Mas yang awasi dari dalam," suruhnya.

"Tumben baik, hmmm pasti ada maunya kan?" Naura menyipitkan kedua matanya, memandangi Jaka penuh curiga.

"Emm rokok satu bungkus aja ya, Non." Jaka memamerkan deretan giginya, tersenyum penuh kemenangan.

Naura hanya mendengus, mengeluarkan uang lima belas ribu rupiah dari saku seragamnya. "Ini, cukup gak cukup ya dicukupin."

"Oke deh, Non. Segini aja udah Alhamdulillah," kata Jaka.

Mereka menyusun strategi, Jaka akan memantau ataupun mengalihkan perhatian kedua Kakaknya Naura. Saat situasi aman barulah Naura akan membuka pintu pagar. Penasaran siapa yang datang menjemputnya, tetapi di benak Naura sudah tertulis dua nama, antara Zaidan dan Arga.

"Pagi, Nau." Senyuman manis ditambah lesung pipi seakan menghipnotis Naura. Siapa lagi kalau bukan Zaidan. Cowok yang mengantarkannya kemarin.

Naura bergegas menghampiri Zaidan, dan langsung mengambil helm di tangan Zaidan. Mereka tidak bisa berlama-lama di sana, takut kedua kakaknya keluar. Zaidan mengernyit melihat Naura sudah duduk di belakangnya.

"Buruan," kata Naura.

"Buruan apaan Nau?" tanya Zaidan yang tidak mengerti.

"Buruan pergi dari sini. Aduhh gue gak mau kakak gue tahu," desak Naura sambil menepuk-nepuk pundak Zaidan.

Zaidan terpaksa menghidupkan motornya, langsung tancap gas beranjak dari rumah Naura. Kelakuan Naura membuat Zaidan bingung, kenapa harus takut dengan kakaknya kalau mereka tahu. Zaidan juga bukan laki-laki yang pengecut, dia siap kalau bertemu dengan kakaknya Naura. Membicarakan maksud dan tujuannya datang ke rumah, untuk menjemput Naura agar bisa berangkat sekolah bersama.

"Lain kali kalau lo mau jemput gue itu ngomong, jangan gini dong." Naura mendengus.

"Iya gimana ya, tadi gue gak sengaja lewat rumah lo, yaudah sekalian aja pergi bareng. Soalnya rumah gue di komplek sebelah," kata Zaidan.

Sebenarnya Zaidan tidak punya niatan untuk pergi bareng dengan Naura, karena dia tahu resikonya akan besar. Arga dan teman-temannya bisa saja mencegat jalan mereka dan pagi ini Zaidan lagi malas untuk berkelahi. Namun, karena sudah terlanjur lewat rumah Naura, maka dia memutuskan menerima resiko tersebut. Bahkan dia berencana akan mengantarkan Naura sampai ke depan gerbang agar satu sekolah heboh.

"Oh gitu," jawab Naura singkat. Menyesal sudah percaya diri kalau Zaidan memang ingin mengajaknya berangkat bersama.

"Naura Lo mau gak pulang pergi bareng gue? Kebetulan rumah kita sejalan juga kan?" Zaidan menawarkan tebengan untuk Naura. Naya mungkin akan lebih hemat 50% jika menerima tawaran itu.

Tetapi Naura langsung menggeleng, tidak mau mengambil resiko. Kemarin Naura bisa pulang bareng dengan Zaidan karena Arga sedang tidak masuk sekolah. "Gak perlu deh, gue juga bisa pergi dan pulang sendiri."

"Sayang banget lo nolak ajakan gue, Nau. Banyak lho cewek-cewek yang pengen duduk di belakang gue. Lo cewek pertama yang gue bolehin naik motor ini," kata Zaidan.

Naura tersenyum kaku, kata siapa dia tidak senang kalau bisa berangkat bersama Zaidan. Tetapi, resikonya sangat besar apalagi Zaidan musuh itu bebuyutannya Arga. Naura lelah menghadapi emosi Arga yang meletup-letup.

"Eh, udah sampai di sini aja, Dan. Please," pinta Naura agar Zaidan tidak mengantarkannya ke dekat gerbang sekolah.

"Tanggung, Nau dikit lagi tuh." Zaidan mengabaikan permintaan Naura, dia terus melajukan motornya mendekati gerbang SMA Nusa Bangsa.

Naura mengutuk kelakuan Zaidan, sama saja Zaidan mengantarkan dirinya ke gerbang masalah. Semua siswa-siswi yang ada di sana langsung heboh, seorang siswi baru diantarkan oleh pentolan sekolah sebelah. Naura bergegas turun dari motor Zaidan,lalu memberikan helm pada Zaidan.

"Makasih ya, lain kali lo gak perlu repot-repot nganterin gue!" Tidak ada senyuman yang Naura berikan pada Zaidan, dia kesal karena yakin akan jadi sumber masalah untuk dirinya. Tanpa permisi dia meninggalkan Zaidan, berlari memasuki pekarangan sekolah.

Zaidan menyeringai, dia hanya ingin membuat suasana jadi panas. Siapa yang tidak mengenalinya, jaket kebanggaan Alderios melekat dengan gagah di tubuhnya. Anak-anak Valkyrie akan kepanasan melihat Zaidan berani menggaet siswi SMA Nusa Bangsa, asisten Arga pula.

Mulut Naura tidak berhenti mengoceh saat banyak pasang mata yang tertuju padanya. Mereka takjub melihat keberanian Naura, yang berani dekat dengan musuh terbesar penguasa SMA Nusa Bangsa. Selain itu baru kali ini juga Zaidan mau ngebonceng perempuan.

"Duh, kira-kira bahaya apa ya nanti yang akan mengancam gue." Naura menggigit jarinya, meskipun terkenal galak tetapi tetap saja dia takut Arga akan marah. Amarah Arga sangat sulit untuk dikendalikan.

Naura sengaja memilih jalan memutar, melewati parkiran anak Valkyrie. Melihat apakah Arga dan teman-temannya sudah datang atau belum. Feeling Naura benar, mereka sudah sampai duluan. Sekarang Naura harus kuat-kuat mental menghadapi Arga, pertama sudah tidak menyambut kedatangan cowok itu sesuai perjanjian, dan kedua berangkat bersama Zaidan.

"Tenang Naura, lo gak boleh takut. Seorang Naura tidak takut sama siapa pun, termasuk dengan Arga." Naura hanya bisa menenangkan dirinya yang mulai dilanda kecemasan.

Naura melanjutkan langkahnya menuju kelas, sesekali dia membalas sapaan yang ditujukan pada dirinya. Dia juga sengaja melewati kelas Arga, melihat apakah cowok itu ada di sana atau tidak.Ketika Naura melirik kelas Arga di dalam penglihatan Naura tidak dia temukan Arga dan teman-temannya.

"Kenapa mereka juga gak ada di kelas ya? Apa jangan-jangan mereka lagi ngerencanain sesuatu ya, terus gak mau orang lain tau termasuk gue? Bagus sih, selama itu juga gue bebas dari mereka." Naura terus bergumam, hanya dirinya sendirinya sendiri yang bisa mendengar ucapannya itu.

Langkah Naura terhenti tepat di tengah pintu kelas, bingung melihat kelasnya begitu kosong. Dia meneliti di sekitar pintu, tidak ditemukan teman-teman di kelasnya. Dia juga memastikan jam berapa sekarang, lima belas menit lagi bel masuk. Seingatnya teman-teman kelas sudah berdatangan jam segini.

"Ini gue yang kepagian atau mereka yang gak masuk sekolah?" Naura bermonolog, menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Tidak mau terlalu ambil pusing, akhirnya Naura memutuskan untuk tetap masuk ke dalam kelas, ternyata ada beberapa tas di atas bangku yang menandakan pemiliknya sudah datang.

"Ini tas Feni juga ada, tapi kenapa orangnya gak ada ya?" tanya Naura keheranan.

Naura menjatuhkan dirinya ke kursi kayu, dia mencoba mengatur nafasnya yang sedikit memburu. Jantungnya tiba-tiba berdebar kencang tanpa ada sebab yang jelas. Naura memilih tetap di posisi yang sama, menunggu teman kelasnya datang.

"Kenapa perasaan gue gak enak gini ya," kata Naura lirih.

Mata Naura membulat sempurna melihat siapa yang masuk ke dalam kelasnya. Baru saja dia berucap. Ternyata jantungnya berdebar kencang sebagai pertanda ada bahaya. Siswa laki-laki yang dia cari keberadaannya itu kini menampakan dirinya sendiri.

Prak! Pintu kelas tertutup. Cowok berparas tampan itu melangkah menuju tempat duduk Naura. Mata elangnya menyipit memandang tajam ke arah Naura, kedua rahangnya mengatup dengan keras, tangannya juga mengepal kuat. Dia benar-benar marah melihat kelakuan Naura.

Braaak! Pukulan keras di meja berhasil mengejutkan Naura.

"Maksud lo apa bngst!" bentak Arga.

Naura mengernyit. "Lo baru datang dan tiba-tiba marah, seharusnya gue yang nanyain itu. Maksud lo apa?"

Arga menyeringai, dia menarik tangan Naura, memaksa gadis itu berdiri. "Lo pikir gue gak tahu apa kemarin lo pulang sama siapa? Dan tadi lo udah datang sama siapa. Hebat ya lo!"

Aura gelap milik Arga mendominasi. Naura bergidik ngeri, tidak pernah melihat Arga akan semarah ini padanya.

"A-aaarggh, sakit." Naura meringis kesakitan saat Arga meremas kuat kedua lengan tangannya.

"Lo pikir lo siapa hah? bisa mempermainkan gue." Arga terus membentak Naura, tidak peduli kalau gadis itu sedang kesakitan.

"Lepasin gue!" bentak Naura mencoba melepas cengkraman di lengannya.

"Gue udah memperingati lo berkali-kali ya Naura Agatha Putri, tapi lo gak pernah peduli dan gak pernah dengerin kata gue!. Oke, mulai sekarang gue bakalan buat hidup lo lebih sengsara!" Arga melepaskan cengkramannya, tidak lupa juga memberikan dorongan di tubuh Naura sampai gadis itu terjatuh.

Naura melotot, tidak percaya Arga akan bersikap kasar pada dirinya. Dia mencoba untuk kembali berdiri, menantang mata Arga. Kini emosi mulai menguasainya.

"Jangan mentang-mentang lo penguasa di sekolah ini dan lo berhak buat ngatur hidup gue ya, Arga Setyawan Putra! Lo pikir gue ini cewek apaan yang bisa lo tindas sesuka hati lo? Gue punya hak untuk dekat sama siapapun!" Naura bicara dengan suara tinggi.

Arga berdecak, dia tidak respect lagi sama cewek penghianat seperti Naura. Dia melangkah mendekati Naura, tangan besarnya langsung mencengkram rahang bawah Naura. Memaksa gadis itu untuk menatap matanya.

"Iya, gue penguasa sekolah ini. Semua berjalan atas kendali gue, kalau ada yang gak mau ngikutin aturan gue, ya siap-siap aja menderita."

Cengkraman di rahang bawahnya membuat Naura kesulitan untuk bernapas, tangannya tidak mampu menyingkirkan tangan Arga dari sana. Dengan amat terpaksa Naura harus menendang selangkangan Arga, dan berhasil membuat cowok itu mengerang kesakitan.

"Naura anjg, bngst lo!" Arga bersumpah serapah, aset berharganya ditendang.

Naura mengatur nafasnya yang memburu, dia berlari menuju pintu masuk, keluar dari kelas dan meminta pertolongan dari guru. Sayangnya Arga tidak sendiri disana, ada Aldo dan Andre di depan pintu kelas yang menjaga agar Naura tidak bisa melarikan diri.

"Lo kali ini udah kelewatan batas, Nau." Aldo menahan tubuh Naura.

Aldo merasa kasihan kepada Naura,tetapi bagaimana lagi memang ini kesalahan Naura dari awal. Dia sudah di peringati berkali-kali tetapi tetap saja dia keras kepala.

"Lepasin gue!" bentak Raya.

"Sorry Nau gue gak bisa lepasin lo," ucap Aldo

"Dikasih hati minta jantung lo, cewek kayak lo harus dikasih pelajaran biar gak seenaknya sama kita." Andre menimpali.

"bawa dia," perintah Arga. Dia menyeringai, nasib baik Naura berakhir sampai di sini.

"Eh lepasin gue yaa, gue gak mau ikut kalian," berontak Naura.

1
rfah
semangat thorrrr nulisnyaa
azalea
jangan lupa di like yaa man temann :)
azalea
jangan lupa like gaisss:)
rfah
semangat thorrrr
Marry Pang
bagus
AHMAD ZAKARIA HARAHAP
baguss
AHMAD ZAKARIA HARAHAP
bagusss
Jannah Sakinah
semangat Thor nulisnya. rajin update ya🌺
ist_goliteratur
AAAAA jadi keinget teman aku, yang punya sifat yang hampir sama kayak Nau.
rfah
lanjuttt
azalea
bantu support yaa gaiss heheheh
rfah
lanjuttt
rfah
bagusss
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!