NovelToon NovelToon
My Teacher My Husband

My Teacher My Husband

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Beda Usia
Popularitas:13.2k
Nilai: 5
Nama Author: Kaikia

Azzalea menyukai gurunya, Pak Dimas. Namun, pria itu menolaknya, bagaimana bisa?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kaikia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 16

Akhirnya mereka sampai di depan pagar rumah Azzalea yang bersebelahan dengan rumahnya. Azza mengerutkan dahinya seraya melihat sebuah mobil yang tak asing baginya.

Ia mengikuti arah pandang gadis tersebut. “Apa ada tamu yang datang?”

Tak ada respon, gadis itu langsung turun seakan buru-buru saat melihat Rose, pengawal pribadinya keluar pagar. Melihat sesuatu yang tak beres, ia ikut turun dari mobil.

Dari raut wajah Rose, tampak kecemasan yang terlihat. “Nona... Nyonya dan Tuan..”

Belum selesai kalimat yang akan disampaikan, Azzalea segera masuk ke rumah.

“Ada apa, Rose?”

“Maaf, Pak Dimas membuat cemas. Orangtua Nona Azza datang.”

Ia pernah sedikit mendengar mengenai rumor keluarga Azzalea yang bermasalah, walau gadis itu tidak pernah membahas perihal keluarganya, ia hanya bisa menebak dengan Azzalea yang memutuskan untuk tinggal sendiri jauh dari keluarga.

“Sepertinya, Azza tidak menyukai kedatangan mereka.” tebaknya yang dijawab dengan anggukan kecil Rose. Ia menyadari batasan tentang privasi seseorang, memilih tidak ikut campur akan lebih baik.

“Terimakasih telah mengantar Nona Azza, Pak Dimas.”

Ia mengangguk dan hendak kembali memasuki mobil, namun terdengar suara pecahan benda jatuh begitu keras bukan hanya satu benda, ini membuatnya membatalkan niat. Ia langsung menoleh. Rasa khawatir melanda. Ia dan Rose segera memasuki rumah.

Dimas terkejut saat mendapati beberapa vas bunga yang pecah jatuh berserakan di lantai, bisa dihitung sekitar 3 vas. Dalam ruang tamu ada dua orang yang duduk dengan wajah penuh amarah menatap gadis itu yang berdiri dekat dengan pecahan tersebut.

“Nona...” panggil Rose cemas.

Dimas berjalan mendekat, melihat kaki gadis itu terluka akibat serpihan yang berserakan. Bukan peduli pada lukanya, gadis itu malah menatap heran dirinya.

“Pak Dimas? Kenapa disini?”

“Saya mendengar keributan, apa semua baik-baik saja, Azza?” tanyanya memegang kedua bahu Azzalea yang tampak rapuh.

Sorot mata gadis itu begitu dalam dan penuh kesedihan, namun tidak terlihat sedikit pun air mata yang akan keluar. Gadis ini sedang pura-pura kuat, ia merasa iba.

“Siapa ini?”

Wanita yang tampak berusia tak jauh dari Dimas bangkit dari duduknya. Tatapan keduannya bertemu. Dimas bisa menebak siapa gerangan wanita ini.

“Oh. Hebat sekali kamu, Azza. Diam-diam mendekati pria.” celetuk ibu Azza yang terdengar sinis.

Dimas terkejut mendengar tutur kata yang menyakitkan tersebut. Ia berpikir apakah Azza sering mendapatkan kata-kata buruk ini.

“Maaf sebelumnya, Nyonya karena saya ikut campur. Saya Dimas, guru private ananda Azzalea.” sapa Dimas memperkenalkan diri.

“Maaf jika saya harus ikut campur.”

Dimas menarik pelan tubuh Azzalea untuk berlindung dibalik tubuhnya walau ia tidak tahu masalah apa yang membuat keadaan ruangan ini tampak kacau, ia harus melindungi muridnya ini yang berada dalam bahaya.

Wanita itu tersenyum seakan mencemooh. Dan menatap tidak suka pada anaknya. Dimas sedikit bergeser, ingin menyapa pria yang duduk di belakang wanita itu. Alangkah tak terduganya Dimas melihat pria tersebut. Ia mengenal sosok itu. Mereka saling menatap. Pria itu menarik sudut bibirnya.

“Yasmine, mari pergi.”

Tanpa tegur sapa sedikit pun dengan dirinya, mereka berdua segera pergi meninggalkan ruangan itu dengan Rose yang mengantar keduanya keluar.

Setelah melihat kedua gerangan itu menghilang, ia ingin berbalik badan namun terhalangi.

***

“Saya mohon jangan berbalik, Pak Dimas.. Saya malu.” pinta Azza dengan suara bergetar.

Ia merasa malu dalam kondisi seperti ini. Tidak ada seorang pun dari orang-orang yang mengenalnya mengetahui hal seperti ini. Ia selalu berusaha menutupi masalah keluarga yang menimpanya. Tapi, malam ini ia merasa malu dilihat oleh Pak Dimas dalam keadaan terburuknya.

Pak Dimas mengelus lembut telapak tangan Azzalea yang melingkar di pinggangnya.

“Tak apa.. Menangislah. Kamu gak perlu pura-pura kuat didekat saya.”

Dadanya semakin sesak saat mendengar tutur kata Pak Dimas yang lembut kepadanya. Matanya memanas seketika. Airmata yang ia usahakan untuk keluar akhirnya jatuh.

Ia menangis dibalik tubuh tegap Pak Dimas yang ia peluk. Ia butuh sandaran ternyaman kala ini. Sekuat apa pun dirinya dalam menghadapi masalah, maka ada kalanya ia harus jatuh lemah.

Tanpa berkata, tak disangka Pak Dimas berbalik, memberinya tatapan terlembut yang tidak pernah ia dapati di keluarganya. Airmata itu terus mengalir seakan membiarkan seseorang mengetahui kelemahannya.

Pak Dimas mengelus pelan pipi putih halus Azzalea dengan kedua telapak tangan.

“Don't worry, i'm here..”

Tangis Azzalea langsung pecah malam itu dalam pelukan hangat nan lembut yang diberikan Pak Dimas padanya. Ia bagaikan anak kecil yang sedang terluka dan membutuhkan perlindungan hingga tangis itu menguras tenaganya dan tanpa sadar membuatnya tertidur.

***

Pukul satu malam. Ia baru meletakkan tubuh Azzalea yang tertidur lelap dalam pelukannya tadi dan keluar perlahan dari kamar sang gadis. Melirik jam ditangannya ynag sudah menunjukkan pertengahan malam. Ia pun pamit pulang kepada Rose yang sejak tadi sedia di dekat pintu.

Rose mengantarkannya keluar dan tak lupa mengucapkan terimakasih atas bantuan yang ia berikan.

“Apa hal seperti ini akan mengganggu konsentrasi Azza besok?”.

“Tenang saja, Pak Dimas. Nona Azza sudah terbiasa dengan hal seperti ini, saya jamin tidak akan menggangu ujian besok”.

“Apa hal seperti ini sering terjadi?” tanyanya sebelum pergi.

Rose sedikit ragu untuk menjawab. “Dulu. Tapi, semenjak Nona keluar rumah, beliau baru bisa merasakan kebebasan. Hari ini, semua atas kelalaian saya”.

Dimas melihat sudut pipi Rose sedikit terluka. “Kau sudah berusaha melindunginya”.

“Sekali lagi, terimakasih, Pak Dimas karena menemani Nona Azza”.

Dimas akhirnya pergi meninggalkan halaman rumah Azzalea. Ketika hendak menutup pagar rumah, ia melihat sebuah mobil yang tiba-tiba berhenti tepat di depan pagarnya. Kaca jendela dari kursi belakang terbuka. memperlihatkan sosok pria yang ia kenali tadi.

“Malam, junior” sapa pria bernama Tuan Kusuma itu dengan senyum yang sungguh menyebalkan bagi Dimas.

“Kau terkejut denganku? Tidak menyangka gadis itu anakku?”.

Dimas membuang pandangan ke lain arah sebelum menanggapi ucapan pria itu.

“Iya, aku terkejut karena kau masih sebrengsek dulu” balas Dimas.

Sorot mata Tuan Kusuma menajam. “Jauhi dia”.

“Kalimat itu hanya untukmu” sarkas Dimas yang berlalu dengan kekesalan didadanya akibat kenangan masa lalu yang terlintas.

***

1
aca
pdkt nya kelamaan pak guru lambat
aca
pak guru gercep donk
aca
suka bgt alurnya
aca
lanjut donk
Kai Kia: besok Mimin update lagi ya.. kita usahakan setiap hari 2 chapter nih update nya
total 1 replies
setya21
kapan up nya
Kai Kia: segera yaa... Mimin lagi sibuk kuliah 🫂🫂
total 1 replies
Kia Kai
/Coffee//Cake/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!