Ku Relakan Dengan Ikhlas

Satu Minggu berlalu. Faris akhirnya menerima tawaran komandannya. walau Lina dan adiknya menantang kepergiannya. Namun Faris tetap kekeh berangkat.

"Ma. hanya dua tahun, siap itu aku bebas untuk memilih tempat tugas." Ucap Faris meyakinkan mamanya malam ini. mereka masih saja ribut tentang kepergian Faris yang jauh.

"Tapi mama di sini sakit jantung mendengar kabar dari mu. apa kamu tidak sayang saya kami. apa masalahnya Ris. cerita sama mama.?" Desak Lina yang merasa aneh kepindahan anaknya.

Sebab semenjak Faris dan Gita pulang dari Ruko di mana Shifa tinggal, jadi pendiam dan banyak melamun.

"Nggak ada ma. ini kesempatan Faris naik jabatan. lagian cuman dua tahun ma. telah itu Faris akan selalu ada buat mama." Bujuknya

Gita menjemput Shifa dan Veni dari sore tadi. untuk acara makan bersama. tanda perpisahan Faris malam ini. sebab besok kakaknya akan pindah tugas.

Di saat mereka masih adu argumen, Gita datang bersama dua orang yang di jemputnya. atas permintaan mamanya.

"Eh. kamu sudah datang sayang.. sini duduk dekat tante." Ajak Lina pada Shifa dan Veni duduk dekat Gita.

"Maaf Tan. kok nggak di telpon saja. kan saya bisa datang sendiri ke sini." Ucap Shifa sungkan.

"Nggak apa. Tante undang Shifa berdua untuk makan malam, karena Faris besok akan pindah tugas ke Irian." Jawab Lina menatap Shifa dan Lina bergantian.

"Apa. Ke Irian.?" Tanya Shifa cemas. karena yang ia tahu di sana merupakan daerah konflik. Sampai sekarang belum damai antar pribumi dan aparat

"Kamu tidak di beritahu Faris.?" Tanya Lina tidak Percaya. Dan di tanggapi gelengan Shifa.

Lina sangat marah, ada apa sebenarnya. apa yang terjadi antara anaknya dengan gadis yang di sampingnya.

"Sekarang ceritakan. apa yang sebenarnya terjadi.?" Tanya Lina menatap anaknya. Faris hanya diam dan cuek saja. ia sudah tidak berharap lagi. sudah satu Minggu ini ia berusaha menahan rindu pada gadis tersebut.

Untuk tidak menemuinya. dan ia sudah mantap untuk pindah.

"Nggak ada ma. kan aku udah bilang. kalau aku ingin mengembangkan karir ku. agar keluarga ku kelak akan hidup lebih baik karena tidak usah ikut jauh ngikutin aku ma tugas daerah ." Jawab Faris tanpa melihat Shifa yang menatapnya.

Shifa merasakan sesak. ia bukan menolak laki-laki tersebut, namun hanya merasa minder. tapi ia tidak menyangka kalau ucapannya tersebut membuat Faris menjauhinya dan entah akan selamat atau tidak.

"Tante tanya pada Shifa. apakah Faris ada menyinggung perasaanmu.?" Tanya Lina menyelidiki.

"Ah . itu Tan. bukan Mas Faris yang menyinggung perasaan Shifa. mungkin sebaliknya." Jawab Shifa menunduk.

Lina menatap anaknya, namun hanya bahunya yang terangkat tanda ia menyerah. Lina membelai tangan gadis tersebut. Dan membawanya menjauh dari semuanya.

"Apakah kamu menolak anak Tante.?" Tanya Lina yang sudah paham masalahnya.

Shifa menatap wanita yang sudah banyak membantunya. wanita yang sudah dia nggak pengganti ibunya. Ia menangis memeluk wanita tersebut.

"Maaf Tan. aku merasa tidak pantas dengan Mas Faris yang begitu sempurna. banyak gadis yang mendambakannya untuk di jadikan suami. sedangkan aku seorang janda, apa kata dunia nanti tentang mas Faris." Ucap gadis tersebut.

Lina mengusap punggung gadis tersebut." Itu hanya status, kalian berdua terlalu cepat memutuskan tanpa memberi kabar pada Tante yang sudah tua ini. Kalau begitu kalian tidak bisa menolak permintaan Tante." Ucap Lina tersenyum.

Lina pun menelpon orang kepercayaannya, setelah Shifa kembali lagi bergabung. tidak butuh beberapa jam. semua orang suh rame di rumah Lina. Faris sangat kaget melihat kedatangan keluarganya.

"Waduh Faris kenapa dadakan sih. kan kami tidak bawa apa-apa untuk pernikahan mu." Ucap Tante Lola kakak mamanya yang tinggal di kecamatan lain.

"Menikah.?" Tanya Faris bingung. Membuat tawa semua orang.

Bima dan juga beberapa temannya juga datang. Sedangkan Shifa sudah di bawa Lina dan di kurung bersama orang yang mendandaninya.

Karena Lina sudah mengancamnya. Jika Shifa menolak untuk di nikahkan malam ini dengan Faris, maka Lina akan bunuh diri. Jadi Shifa tidak bisa lagi menolak.

Lina mengajak anaknya untuk berbicara di kamarnya." Semuanya sudah mama atur. sekarang kamu bersiaplah, ini pakai. kamu hapal hijab kabul nya. kamu tahukan nama Shifa maharnya apa yang ada sama kamu saja saat ini. dan sekarang mama menemui mereka dulu." ucap Lina. Faris memeluk mamanya.

"Kenapa mama sampai lakukan ini.?" Tanya Faris ingin tahu.

"Sekarang tidak ada waktu. bersiaplah. Doakan moga lancar." Lina pun keluar meninggalkan anaknya yang masih termangu.

Bima menunggu di luar kamar Lina. Karena ia sempat melihat Faris di tarik mamanya masuk kamar.

"HM. maaf Tan. Faris nya.?" Tanya Bima ragu.

"Oh. di dalam sedang bersiap. nanti kamu temani ya. kamu ketuk terus pintunya gar dia cepat keluar." Ucap Lina pada sahabat anaknya.

Lina benar-benar sibuk. ia menyiapkan semuanya hanya dalam hitungan jam. Karena ia tidak mau anaknya tenggelam dalam kekecewaan dan tidak semangat untuk menjalani hidup ini. dan mungkin saja ia tidak berjuang untuk hidup lagi karena kecewa. Dan itu yang ada dalam pikiran Lina. Makanya ia berusaha untuk menikahkan anaknya malam ini juga.