NovelToon NovelToon
Gadis Kecil Om Tampan

Gadis Kecil Om Tampan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Seiring Waktu
Popularitas:14.5k
Nilai: 5
Nama Author: Cici Novita

"Raj," tiba-tiba Oliv mendekatkan bibirnya di telinga Raj. Bermaksud agar ia bisa mendengar perkataannya dengan jelas.

"A..pa?" jawabnya sedikit kikuk. Bagaimana tidak, jika hembusan nafasnya menggelitik telinga.

"Kamu jangan galau terus, apa gak sebaiknya kamu balas dia dengan cara bikin dia panas ke." usul Oliv yang absurd.

"Bikin panas gimana?" tanyanya datar seperti tidak tertarik dengan usul darinya.

"Bikin dia cemburu, dengan pamer pacar baru di depannya. Buat dia menyesal telah mengkhianati kamu."

"Tapi aku gak punya pacar baru."

"Sama aku aja." jawab Oliv enteng.

"Kamu mau jadi pacar aku?" sejak awal pertanyaan Raj selalu saja datar, tetapi menjurus.

"Iya, secara aku gak kalah cantik dari dia, yang pasti aku lebih muda darinya." dengan bangganya Oliv memuji dirinya sendiri sembari mengibaskan rambutnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cici Novita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 16

Mereka semua sudah bergerak menuju hutan. Tetapi sialnya Coki tertahan karena ada yang menarik lengannya. Sementara yang lain sudah lebih dulu.

"Kamu Agus?"

"Saya Coki kak." Jawabnya kaget sekaligus heran.

"Oh. Coki tolong jagain Olivia, jangan sampai kamu terlalu jauh darinya, tapi kamu juga jangan terlalu dekat dengannya. "Ah, pokoknya kamu harus jamin keselamatan Olivia tanpa bersentuhan dengannya. Dia orangnya penakut. Mengerti." Tegas Rajendra memerintah Coki.

Coki yang merasa kebingungan dan juga ketakutan ia mengangguk menjawab dengan terbata-bata, "i... iya."

Kemudian ia pergi berlari menyusul kelompoknya.

Rajendra teringat bagaimana takutnya Oliva ketika saat berada di rumah hantu waktu itu. Ia khawatir bagaimana jadinya Olivia tanpa kehadiran dirinya di sampingnya.

"Lan jangan jauh-jauh sama gue ya!" Oliv menggandeng tangan Wulan.

"Iya tenang aja."

"Kok hutannya gelap banget ya," Oliv bergidik ngeri sembari memperhatikan sekitar yang tampak gelap karena cahaya bulan tidak bisa menembus pohon-pohon besar nan rindang itu.

"Namanya juga di hutan Olivia, ya pasti gelap... kalau terang benderang itu di pasar malam." Sambar Feli dengan gayanya yang sok pemberani.

Tiba-tiba saja Coki mengangguk, teringat apa yang di katakan oleh Rajendra tadi. Benar saja Olivia memang orangnya penakut.

Mereka menyusuri tanda panah petunjuk arah yang sudah di siapkan oleh para pembimbing.

"Gue yakin, nanti kita pasti bakal ketemu hantu. Entah itu hantu bohongan atau pun hantu beneran." Celetuk Feli.

Mendengar itu Olivia semakin mempererat pegangannya kepada Wulan. Bulu kuduknya tiba-tiba berdiri, hatinya berdebar kencang. "Tau gini tadi mendingan aku izin aja sama pembimbing dan menunggu saja di tenda." Keluhnya.

"Terus lu di tenda mau sama siapa? Sendiri? Semua orang kan ikut tugas kesini." Sanggah Wulan.

Olivia menghela nafasnya berat. Ia ada di posisi begini salah begitupun salah.

Ssrak.....

Tidak hanya Oliv yang terkejut mendengar suara itu, tetapi teman kelompoknya pun sama. Mereka sama-sama terperanjat. "Halah, itu mah suara ranting yang jatuh." Sungut Feli. Padahal ia juga sama terkejutnya bukan main.

Ssrak... Ssrak...

Suaranya semakin kerap saja.

Semuanya saling mendekat untuk berlindung satu sama lain. "Jangan takut. Nanti kalau hantunya muncul biar gue yang usir, tenang saja." Lagi-lagi sungut Feli yang sompral.

Tiba-tiba saja Wulan menjitak kepala dua orang cowok yang satu kelompok dengannya itu. Ya, Agus dan Coki. "Lu cowok dimana nyalinya Hah! Bukannya melindungi para cewek Lu malah ikut-ikutan menciut." Dengus Wulan yang merasa kesal. Ia menghela nafasnya dengan kasar.

Saat perdebatan itu. Tidak mereka sadari bahwa di depannya dari jarak dua meter terlihat sosok yang melompat-lompat mendekat ke arah mereka.

"Lan... i...tu i...tu po..." Agus tergagap tidak bisa melanjutkan ucapannya. Coki yang juga telah melihatnya, hanya ternganga dengan kaki yang bergetar. Benar, dia mengompol.

"PO CO...NG..." Feli ngibrit ketakutan. Ia berlari secepat mungkin tanpa melihat arah.

"Woy... katanya lu berani, tapi ngibrit duluan. Cemen." Teriak Wulan. Yang baru sadar kalau pocongnya sudah semakin dekat. "Lari Liv....." Wulan menarik tangan Olivia untuk tetap bersamanya. Sementara itu Olivia mengikutinya dengan mata terpejam. Sedari tadi ia tidak ingin melihat apa yang telah di katakan oleh teman-temannya.

Sementara itu hanya tinggal Coki sendirian di sana. Ia tak sanggup lagi untuk berlari. Dan akhirnya pingsan di tempat.

Kini kelompok mereka menjadi terpencar dan terpisah tidak tahu lagi tujuan awal mereka apa. Beruntungnya Oliva masih di temani Wulan yang tidak pernah melepaskan tangannya.

"Kita balik aja yuk." Ujar Oliv dengan nafas yang masih terengah-engah. Wulan menjawab dengan anggukan. Kini akhirnya mereka memilih lebih baik untuk menyerah.

Kemudian mereka mengikuti arah panah untuk kembali lagi ke tenda. Tetapi sayangnya mereka tidak tahu kalau arah panah itu telah tersenggol dan berbalik arah. Membuat mereka berdua berjalan ke arah yang salah.

Teledornya pembimbing tidak mempertimbangkan ke arah sini, harusnya mereka memasang panah yang tidak mudah berubah arah.

Di sisi lain, Rajendra yang sejak awal gelisah karena membiarkan Olivia pergi tanpa pengawasan darinya. Meski sudah menitipkannya pada Coki.

"Haishhh..." Rajendra tidak tahan lagi dengan hanya berdiam diri menunggu yang tak pasti. Ia akhirnya masuk kedalam hutan untuk menyusulnya.

Apalagi mengingat Coki yang gayanya meye-meye gitu. Sudah pasti ia gagal melindungi Olivia, pikir Rajendra.

Ia berlari menyusuri hutan dengan petunjuk jalannya. Di tengah jalan ia mendapati seseorang yang tergeletak di atas tanah. Ia terkejut bukan main, dan segera melihat orang itu.

"Coki?" Benar saja pikir Rajendra, jangankan melindungi Olivia, untuk melindungi dirinya sendiri saja ia tak mampu.

Tidak berlama-lama Rajendra melanjutkan langkahnya, meninggalkan Coki begitu saja. Tetapi ia tidak setega itu, Rajendra telah menghubungi seseorang untuk menolongnya.

"Olivia... Oliv..." Rajendra berteriak memanggil namanya sekeras mungkin.

Di sisi lain. Wulan tengah kebingungan harus menghubungi siapa lagi untuk di mintai pertolongan. Hal buruk telah terjadi. Saat ini Olivia tengah menggelantung hampir jatuh ke dalam jurang. Dengan tangannya yang berusaha berpegangan pada dahan pohon kecil untuk bertahan. Tapi entah sampai kapan dahan kecil itu akan bertahan menopang tubuhnya.

"Wulan tolong..." Isak tangis yang terdengar sangat lemah. Membuat Wulan semakin prustasi.

Ia sendiri tidak mungkin sanggup untuk menarik Olivia keatas, sedangkan badan mereka sama-sama kecil. Kalau di paksakan saja yang ada mereka jatuh bersama.

Wulan sudah berusaha menalikan tambang ke pohon yang paling terdekat dengannya, guna untuk mengulurkannya pada Olivia. Tetapi itu sia-sia saja, tambangnya tidak sampai. Ia kemudian menelpon orang-orang, tak satupun mengangkatnya. Adapun yang menjawab telpon darinya adalah Vika sahabatnya.

Tapi apa yang bisa di harapkan, Vika sendiri saja juga buta arah. "Cepat tolongin Olivia, ayo anterin gue. Nih... nih... kalian tau kan arahnya?" Vika memohon pada kelompoknya sembari menunjukan arah yang di share oleh Wulan. Untungnya ada ketua kelompok yang cerdas disana.

Masa bodoh dengan tugas mereka, nyawa Olivia lebih penting.

Bukan tidak teringat pada Rajendra. Tetapi Wulan tidak memiliki nomer ponselnya.

"TOLONG... TOLONG..." Wulan berteriak sekeras mungkin, mengarahkan suaranya ke berbagai arah.

Sayup-sayup terdengar oleh Rajendra dari kejauhan.

"TOLONG... TOLONG..."

Kemudian Rajendra mengikuti arah suara itu, hingga semakin jelas suaranya terdengar. Ia mempercepat langkahnya, terlihat gadis yang ia kenal tengah berdiri panik melihat kearah jurang.

"Wulan?"

"Kak Oliv kak..." Wulan menangis tersedu-sedu. Ada rasa bersalah karena tidak mampu menyelamatkan sahabatnya, ada rasa plong saat Rajendra telah menemukan mereka.

Khawatir bukan main saat melihat gadis kecilnya sudah di ambang kematian. "Wulan keluarkan tambang di ransel mu." Ujarnya sembari ia juga mengeluarkan tambang yang ada di dalam ransel miliknya.

"Sudah kak, sudah Wulan ikat di pohon." Ia menunjuk pohon besar yang jaraknya memang agak jauh.

Rajendra bergegas melihat apakah talinya sudah cukup kuat, dan segera menyambung talinya agar sampai untuk di ulurkan pada Olivia

1
anonymous
up lagi dong thor yg banyak 😍😔
anonymous
up lagi dong thor 😔
harwanti unyil
terpeso aku
harwanti unyil
kn jadi bingung sendiri
harwanti unyil
jika punya mertua seperti mommy sekar enak kali ya
Anonymous
Up tbr
Anonymous
Upnya jgn lama thor
anonymous
up yang banyak dong tor😍
Anonymous
Up tor
Anonymous
Ntor kok gk pernah up
Anonymous
Up yg banyak tor
Anonymous
Kok gk pernah up tor
Anonymous
Up ntor
Anonymous
Up
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!