Gadis Kecil Om Tampan

Gadis Kecil Om Tampan

Prolog

"Oliv cepat... ini sudah siang, nanti terlambat." Teriak Mom Sinta di balik pintu.

"Sebentar Mom." Sementara itu Olivia masih bergulat di depan cermin riasnya.

Seperti biasa pagi ini Raj sudah ada di depan rumah menunggu Olivia, dengan di temani secangkir kopi. Ia sudah seperti supir pribadinya saja. Mengantarkannya dahulu hingga ke depan pintu gerbang sekolah, sebelum ia pergi ke kantor.

Moge nya sudah terparkir di halaman. Kawasaki Ninja yang selalu ia pakai setiap harinya. Raj lebih suka mengendarai motor daripada mobil. Meski ia memiliki mobil mewah di rumahnya, bahkan sport car ia juga punya.

Rajendra Maven. Ya, itu nama lengkapnya. Putra semata wayang dari pasutri pengusaha sukses Nicco Maven pemilik LOVE GROUP. Perusahan di industri makanan. Dan istrinya bernama Sekar Ningrum.

Ia adalah termasuk keturunan belasteran. Daddy nya berdarah barat, dan Mommy nya berdarah sunda, jelas terlihat dari namanya bukan.

"Ayo." Oliv sudah siap rupanya. Dengan semangat dan senyum manis di pagi yang begitu cerah ini.

Raj menatap wajah Oliv begitu lekat dengan tatapan yang dingin. "Kau memakai lipstik?" ujarnya.

Oliv mengangguk. Memang kali ini ia memakai lipstik yang berwarna agak cerah. Mungkin karena biasanya ia hanya memakai lipbalm atau lip tint saja, jadi Raj langsung terfokuskan karena ada yang berbeda darinya.

"Jelek kayak tante-tante. HAPUS." tegasnya penuh penekanan.

Tanpa banyak omong, Oliv menuruti perintahnya. Ia mengelap bibirnya menggunakan tisu. Dan kini bibirnya polos tanpa riasan apapun.

Terbesit senyum tipis di bibir Raj, saat melihat Oliv terlihat natural seperti biasanya. Tentu ia merasa puas akan hal itu.

"Berasa pucat gak sih? Bentar deh aku mau ngaca dulu, tambah lipbalm aja dikit ya!" Oliv hendak pergi kedalam untuk bercermin, namun gagal karena Raj lebih dulu melarangnya.

"Udah cantik. Ayo cepetan keburu siang." ujar Raj tanpa menoleh ke arahnya.

Deg!

"Aku gak salah dengar kan! Baru kali ini aku mendengar kata cantik dari mulutnya. Biasanya ia selalu meledek, bilang hidung pesek lah, si tukang ngemil, si ikan buntal." batin Olivia.

Padahal hidung Olivia mancung, cuma memang tidak semancung hidungnya Raj. Ia di sebut seperti ikan buntal, padahal juga tidak gendut. Cuma kalau lagi makan pipi Oliv suka penuh, jadi mengembung kayak ikan buntal menurutnya.

Mereka berangkat setelah berpamitan kepada Mom Sinta.

"Maksudnya ngapain pake lipstik lipstik kayak tadi!" Raj mulai mengintrogasinya saat di perjalanan.

"Apa?" Oliv tidak mendengarnya dengan jelas apa yang di katakan oleh Raj, mungkin karena terbawa arus angin. Lalu ia mendekatkan telinganya ke telinga Raj.

Dan Raj mengulang pertanyaannya lagi.

"Gapapa cuma coba-coba aja." jawab Oliv.

"Coba-coba atau mau goda cowok." tegasnya dengan penuh penekanan.

"Maaf ya, aku bukan seorang penggoda." jawabnya.

Hening. Raj sudah tau kalau Oliv bukanlah orang yang seperti itu.

Oliv menatap lekat punggung lebar nan gagah itu.

Pria yang selama ini selalu mengantar jemputnya pergi ke sekolah. "Entah harus aku panggil dia dengan sebutan apa? Kakak atau om?"

Karena usia mereka memang terpaut 9 tahun, pantas Olivia bingung harus memanggilnya dengan sebutan apa. Kini usia Oliv tengah menginjak 17 tahun dan masih duduk di bangku sekolah kelas 3 SMA. Tentu saja Rajendra saat ini berusia 26 tahun.

Akhirnya ia putuskan untuk memanggilnya dengan sebutan nama. Karena terbiasa mendengar Mommy Sinta memanggilnya seperti itu juga. Olivia jadi merasa tidak terbiasa jika harus memanggilnya dengan sebutan kakak, mas, om, atau semacamnya. "Lidah ku tidak nyaman mengatakannya."

"Raj," tiba-tiba Oliv mendekatkan bibirnya di telinga Raj. Bermaksud agar ia bisa mendengar perkataannya dengan jelas.

"A..pa?" jawabnya sedikit kikuk. Bagaimana tidak, jika hembusan nafasnya menggelitik telinga.

"Kamu jangan galau terus, apa gak sebaiknya kamu balas dia dengan cara bikin dia panas ke." usul Oliv yang absurd.

"Bikin panas gimana?" tanyanya datar seperti tidak tertarik dengan usul darinya.

"Bikin dia cemburu, dengan pamer pacar baru di depannya. Buat dia menyesal telah mengkhianati kamu."

"Terus?"

"Terus kalau dia menyesal nanti pasti minta balikan lagi." Oliv memberikan usul dengan tulus, agar Raj tidak merasa galau lagi setelah di selingkuhi oleh mantan pacarnya.

"Tapi aku gak punya pacar baru."

"Sama aku aja." jawab Oliv enteng.

"Kamu mau jadi pacar aku?" sejak awal pertanyaan Raj selalu saja datar, tetapi menjurus.

"Iya, secara aku gak kalah cantik dari dia, yang pasti aku lebih muda darinya." dengan bangganya Oliv memuji dirinya sendiri sembari mengibaskan rambutnya.

"Kamu suka sama aku?"

"Apa?" Oliv terkejut.

"Eh, maksud aku jadiin aku pacar pura-pura buat bikin cemburu mantan kamu." Jelasnya.

Memang salah Oliv yang dari tadi bicaranya absurd terus, bikin orang salah paham.

"Oh kirain. Kapan mulainya?"

Wah ternyata dia langsung setuju dengan ide darinya, meski terdengar konyol. "Terserah. Aku punya banyak waktu kok."

Oliv tidak tahu saja kalau Raj dari tadi tengah menahan debaran hatinya, belum lagi merasakan lembutnya hembusan nafas Oliv di telinganya.

Ia juga sebenarnya merasa senang dan tersenyum dalam hati, ketika Oliv mengusulkan ide konyol itu.

Setelah begitu banyak mengobrol ternyata mereka sudah sampai di depan gerbang sekolah.

"Kamu ngapain nempel-nempel sama si om Raj?" Rafa langsung saja mengintrogasi Oliv. Sesaat setelah ia turun dari motor dan Rajendra pun juga telah berlalu pergi.

Salahnya juga karena tidak sadar dan terlalu asyik mengobrol dengan Raj. Ternyata dari sejak tadi posisi duduk Oliv memang menempel ke punggungnya.

"Gak ada apa-apa, tadi cuma ngobrol biasa aja." jawabnya sambil melanjutkan langkah.

Rafa memilih diam, ia hafal betul kalau sudah berdebat dengan kekasihnya itu, ia tidak akan pernah menang. Tentu saja wanita kan selalu benar.

Ting... ["Malam ini ya. Soalnya malam ini ada pasar malam, mantan ku suka pergi ke sana."] Chat dari Raj. Rupanya ia akan siap menjalankan misi itu.

["Oke"] balas Oliv langsung setuju.

Padahal tadi Rafa sudah mengajaknya untuk pergi jalan nanti malam, tetapi Olivia menolaknya dengan alasan pasti di larang oleh Mommy nya untuk keluar malam-malam.

Kalau saja Rafa tahu akan hal ini, mungkin ia sudah marah dan merasa di khianati.

Rafa mengantarnya hingga di depan pintu kelas Olivia. Sedangkan dengan dirinya mereka beda kelas.

"Pagi gengs..." Sapanya kepada kedua sahabatnya yaitu Vika dan Wulan yang sudah berada di dalam kelas.

"Tumben lu datangnya lebih siang dari gue." ujar Vika.

Oliv menjawabnya dengan senyuman. Lantas ia menyimpan tasnya di atas meja dan lalu duduk di tempatnya.

"Eh, kenapa tuh wajah si Rafa muram gitu?" Tanya Wulan yang mulai mengaktifkan mode gosipnya.

"Biasalah..." jawab Oliv santai. Gagal sudah harapan Wulan untuk bergosip.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!