Kaisar Iblis yang dikira telah tewas sepuluh tahun yang lalu ternyata masih hidup. Dia ternyata memiliki tubuh lain yang merupakan Ketua Aliansi Beladiri.
Semua orang terlena dengan kedamaian semu yang sengaja diciptakan oleh Ketua Aliansi Beladiri. Padahal dari balik bayang-bayang ia memperhatikan murid termuda Xuan Ji yang memiliki fisik Naga Surgawi Legendaris.
Xue Yao adalah bahan terakhir untuk menyempurnakan Seni Darah Iblisnya.
Dapatkah Kaisar Iblis menyempurnakan Seni Darah Iblisnya itu? Sementara ada Xuan Ji yang menjadi guru dan sosok yang dianggap Kakek oleh Xue Yao, apalagi Xuan Ji sudah pernah membunuh Kaisar Iblis. Bisakah Xuan Ji mengalahkan Kaisar Iblis untuk kedua kalinya?
Yuk, langsung dibaca dan jangan lupa baca dulu season satunya dengan judul yang sama: Xuan Ji.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bang Regar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Surat Tanpa Nama Pengirim
Xuan Ji melakukan gerakan Taichi di halaman kediaman yang disediakan oleh Aliansi Beladiri setelah bangun pagi. Memiliki tubuh muda rasanya seperti mimpi saja, fisiknya terasa jauh lebih kuat dari saat bertubuh lelaki tua.
“Master Ji, seseorang meletakkan gulungan kertas ini di bawah pintu gerbang,” kata Xiao Yue menyerahkan gulungan kertas tanpa nama pengirim tersebut.
Xuan Ji segera melepas tali yang mengikat gulungan kertas itu. Keningnya langsung berkerut saat membacanya, sesaat kemudian ia menghela nafas panjang.
Xiao Yue penasaran apa isi pesan itu. “Master?”
Xuan Ji menyerahkan kertas di tangannya pada Xiao Yue, kemudian ia melanjutkan latihan Taichinya.
“Hmm?” Xiao Yue tiba-tiba melepaskan aura niat membunuh dan merobek-robek kertas itu, kemudian menginjak-injaknya. “Berani sekali mereka macam-macam pada kita!” keluhnya.
...***...
Babak kualifikasi kategori Ranah Matahari telah dimulai. Akan tetapi tidak ada murid Sekte Pedang Abadi yang memiliki basis Kultivasi pada Ranah itu, baru keesokan harinya ada satu murid Sekte Pedang Abadi yang bertanding.
Yin Ji ingin segera meminta maaf pada Xuan Ji karena tidak bisa datang untuk menepati janji minum teh bersama.
Dia berharap saat babak enam belas besar di arena latih tanding markas Aliansi Beladiri nanti Xuan Ji akan datang menonton, sehingga ia bisa meminta maaf padanya.
“Tetua Yin Ji!” seru Yin Jiuyi datang tergesa-gesa.
“Ada apa Jiuyi?” sahut Yin Ji penasaran, kenapa muridnya datang tergesa-gesa. Seperti ada sesuatu yang tidak beres saja.
“Saat aku dan yang lainnya menuju Restoran, kami melihat Tetua Sekte Pedang Abadi dan murid-muridnya naik kereta kuda menuju gerbang Utara Kota Tianfeng,” kata Yin Jiuyi.
Dia merasa mereka seperti sedang berburu-buru pergi, karena murid-murid Sekte Pedang Abadi di dalam gerbong kereta kuda itu terlihat tegang. Hanya Xuan Ji dan Xue Yao saja yang duduk di tempat duduk sipir yang berbincang-bincang dengan ekspresi wajah ceria.
“Hmm, apa yang terjadi?” gumam Yin Ji dan kebetulan tatapan matanya tertuju pada Xuan Ren yang berbicara dengan murid senior Ranah Kaisar Surgawi.
Setelah berbicara sebentar, murid senior itu segera pergi dan Xuan Ren terlihat menghela nafas panjang.
Yin Ji segera berjalan menuju Xuan Ren.
“Apa terjadi sesuatu pada Kakak Ji, makanya ia meninggalkan kota ini dengan tergesa-gesa?” Yin Ji bertanya pada Xuan Ren.
“Tetua Yin Ji,” sahut Xuan Ren dengan ekspresi wajah terkejut.
Dia tidak langsung menjawab pertanyaan Yin Ji. Dia memperhatikan wajah mantan tunangan adiknya itu yang terlihat sedang cemas, sepertinya Yin Ji khawatir dengan keadaan Xuan Ji.
“Aku menyuruh mereka untuk segera meninggalkan Kota Tianfeng,” sahut Xuan Ren sembari menceritakan awal kecurigaannya pada orang dalam Aliansi Beladiri yang mengatur pertandingan, sehingga murid-murid Sekte Pedang Abadi selalu melawan murid Sekte yang berasal dari Klan Duan.
Setelah melakukan penyelidikan secara rahasia, ia mendapatkan informasi kalau ketua panitia pelaksana kompetisi beladiri ini adalah Duan Li, ahli strategi militer Aliansi Beladiri.
Xuan Ren kemudian menyewa perkumpulan pengemis untuk mencari informasi, apakah Duan Li ingin melakukan sesuatu yang berbahaya pada murid adiknya yang bernama Zi Rouyan.
Xuan Ji sudah memberitahu padanya kalau ia memiliki murid bermarga Zi dan kebetulan juga Klan Zi dihancurkan oleh Klan Duan.
Tadi malam kelompok pengemis yang terkenal sangat ahli dalam mengumpulkan informasi itu memberitahu padanya, bahwa di luar kota Tianfeng terdapat pergerakan sekelompok Assassin. Saat kelompok pengemis menangkap dan mengintrogasi salah satu dari mereka, mereka mengaku berasal dari Klan Duan. Namun, mereka tidak mau memberitahu apa misi mereka atau siapa yang mereka targetkan.
Karena mereka berasal dari Klan Duan, Xuan Ren langsung menyimpulkan siapa yang hendak mereka incar. Sudah pasti targetnya adalah Xuan Ji dan murid-muridnya, makanya ia menyuruh salah satu muridnya mengirim surat rahasia ke kediaman Xuan Ji.
Isi pesan itu adalah menyuruh Xuan Ji segera meninggalkan Kota Tianfeng dan memberitahu tentang keberadaan Assassin Klan Duan tersebut.
“Kakak Ji!” Yin Ji mengepal erat tangannya dan tiba-tiba aura energi spiritual Es merembes dari tubuhnya, sehingga peserta yang bertanding tak jauh darinya merasa kedinginan.
“Tetua Yin Ji! Kendalikan dirimu!” seru Xuan Ren. “Dia pasti akan baik-baik saja, kelompok pengemis mengatakan tak ada Assassin Klan Duan yang bergerak di utara.”
Assassin Klan Duan hanya bergerak di selatan, timur, dan barat. Mereka tidak bergerak ke utara karena merasa tak mungkin Xuan Ji akan ke sana, sebab Sekte Pedang Abadi berada di wilayah selatan.
Yin Ji segera mengendalikan dirinya, sehingga para peserta kompetisi beladiri bernafas lega. Walau hanya sebentar saja, energi spiritual Es Yin Ji telah membekukan aliran energi spiritual dari Dantian ke titik-titik meredian di seluruh tubuh mereka. Kalau Yin Ji terus melepaskan energi spiritual Es dalam beberapa tarikan nafas lagi, maka mereka akan membeku menjadi patung Es.
“Maaf aku tak sadar telah melepaskan energi spiritual Es-ku,” sahut Yin Ji menundukkan wajahnya.
“Tidak apa-apa, dia pasti akan baik-baik saja. Kembalilah temani murid-muridmu, ingat Tetua Agung telah memperingati kita untuk mempertahankan gelar juara di semua kategori yang tersisa ini,” kata Xuan Ren.
Karena semua uangnya kalah taruhan, Tetua Bai Mo telah memarahi semua Tetua Sekte Taixu hingga tengah malam. Dia mengancam akan menghajar semua Tetua bila gagal mempertahankan gelar juara itu.
...***...
Sementara itu di ruang kerja markas Aliansi Beladiri, Duan Li mengerutkan keningnya saat seorang anggota Klan Duan datang melapor dan mengatakan melihat Xuan Ji telah meninggalkan Kota Tianfeng melalui gerbang utara.
Duan Li tentu terkejut mendengarnya dan tidak menyangka Xuan Ji tiba-tiba meninggalkan Kota Tianfeng, padahal masih ada Lima muridnya yang belum bertanding.
Dia langsung berspekulasi kalau Xuan Ji sudah mengetahui niat Klan Duan yang ingin melenyapkan Zi Rouyan.
“Beritahu semuanya untuk bergerak ke utara!” seru Duan Li segera berdiri dan mengabaikan tugasnya sebagai ketua panitia pelaksana kompetisi beladiri.
“Baik tuan Li,” sahut Pria bertopeng di hadapannya itu dan dia langsung menghilang melalui jendela.
Duan Li keluar dari ruangannya dan menemui wanita yang merupakan tangan kanannya di markas Aliansi Beladiri.
“Aku menyerahkan urusan kompetisi beladiri ini padamu. Bila ada yang mencariku, katakan saja aku kembali ke Klan Duan untuk menyelesaikan tugas yang sangat penting!” kata Dua Li tanpa berbasa-basi lebih dulu, bahkan ia langsung pergi tanpa menunggu tanggapan dari Wanita itu.
Dia langsung keluar dari markas Aliansi Beladiri, lalu menuju kandang kuda. Dia menunggangi kuda monster agar bisa segera menyusul Xuan Ji.
...***...
[Satu aja dulu ya, lagi capek banget badan nih😁😁]
semangat