NovelToon NovelToon
Cinta Dan Kebohongan

Cinta Dan Kebohongan

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Mafia / Percintaan Konglomerat / Keluarga / Romansa / Bad Boy
Popularitas:38k
Nilai: 5
Nama Author: Penaduajempol

Bella mempergoki kekasihnya selingkuh sedang bercumbu di parkiran mall yang sepi. Hal itu membuat Bella syok dengan melihat secara langsung Tama berselingkuh dengan seorang perempuan yang amat dikenalnya. Apa yang akan dilakukan Bella saat tahu Tama selingkuh? Dan bagaimana ia akan memberikan pelajaran pada perempuan yang amat ia percaya selama ini?



Disclaimer; Cerita ini murni karangan Pena dua jempol. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat, peristiwa atau cerita mohon dimaafkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Penaduajempol, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 15 - HoMance

Panji menatap Danu dan Bella bergantian. "Kalian pacaran ya?"

Bella membuka aplikasi Chat-nya dan melihat kontak Danu. Ia bahkan mengabaikan Pertanyaan dari Panji.

Tanpa sadar Bella tersenyum, yang mana hal itu tak lepas dari perhatian Danu. Merasa terabaikan, Panji memilih beranjak dari hadapan Bella dan Danu.

'Selama pacaran sama Tama, dia gak pernah pasang profil picture foto kami berdua,' batinnya kemudian tersenyum masam.

"Boleh 'kan, aku jadiin profil picture?" tanya Danu yang sebenarnya sudah ia pasang.

Agak aneh memang bule Rusia satu ini, udah terpasang baru izin.

Bella mengangguk dengan senyum manisnya. "Boleh Kak. Aku suka fotonya."

"Aku lebih suka, kamu!" ucap Danu. "Serius Bell, aku suka kamu."

Danu mengatakannya tanpa beban dan tanpa grogi. Seperti sudah terbiasa lelaki itu menyatakan cinta kepada lawan jenis.

Bella menatap Danu tak percaya, jantungnya berdetak lebih cepat. Bahkan pasokan oksigen di dadanya menipis, mungkin karena jantungnya memompa lebih cepat.

"I am fine Kak, I am okey. Kak Danu gak perlu khawatir sama masalah aku yang ... you know what I mean."

"Aku suka kamu bukan karena kasian sehabis menyaksikan kamu disakitin si brengsk itu. Bukan," ucap Danu. "Kamu terlalu jauh menterjemahkan apa yang aku rasakan, Bella."

Bella menatap Danu, kali ini posisi mereka berdiri berhadapan. Sehingga sulit untuk Bella menatap wajah Danu karena postur tubuh Danu yang lebih tinggi darinya.

"A-aku gak mau Kak Danu menyesal. Aku mungkin belum sembuh. Memory aku dan dia masih menghantui aku, kak."

"Aku akan obati kamu sampai sembuh. Aku bisa bikin kamu melupakan dia. Aku gak bisa Bell, jauh dari kamu, lagi!" ucap Danu penuh keyakinan.

"Aku takut Kak, takut melihat sekilas bayangan kami disaat menjalani semuanya sama kamu."

"Apa kamu masih cinta sama dia?"

Bella menjawab yakin. "Engga," ucapnya. "Aku cuma belum bisa melupakan semua tentang kami," cicitnya dengan nada pelan.

"Obat terbaik dari sakit hati adalah jatuh cinta lagi, Bell."

"Tapi aku gak mau menjadikan Kak Danu obat. Obat hanya dibutuhkan saat sakit. Aku ingin kak Danu menjadi oksigen buat aku, bukan menjadi sesuatu yang hanya hadir di saat aku butuhkan dan inginkan," ucapnya.

Bella menggigit bibir bawahnya sambil meringis. 'Bisa-bisanya aku keceplosan. Ya ampun mau taruh dimana muka aku ini.'

Danu tersenyum. "Aku akan tunggu kamu, Isabella. Kali ini aku yakin, gak akan lama." Danu menyelipkan sisa anak rambut Bella ke telinga gadis itu.

"NU ... AYO BRIEFING!" teriak Kenzo.

Danu mengabaikan teriakan Kenzo dan masih asik menatap wajah Bella, namun Bella menatap cepat ke arah sumber suara.

"Kak Danu udah di panggil briefing, sana cepat!"

"Panggil aku, Kanu." Danu menatap lekat manik mata Bella.

Aura Danu benar-benar dominan. Membuat Bella langsung menganggukan kepala. Setiap ucapan Danu seolah-olah menjadi perintah bagi Bella.

"Say it!" pinta Danu, "Call me KANU, Bella."

"Kak K-kanu...."

Danu mengelus puncak kepala gadis itu. "Just Kanu. Gak usah pakai kak. Kamu bukan adik aku, dan aku gak punya adik."

"Ya udah sana ... Kamu briefing dulu, Ka-kanu," ucap bella grogi.

Ia ingin Danu segera menjauh dari hadapannya. Kaki-kaki Bella berasa seperti jelly selama berada di dekat Danu.

Saat Danu berlari mendekati panitia inti, Bella berbalik menuju rombongannya sambil memegangi jantungnya.

Masih ... Danu masih mengamati Bella yang berjalan menuju rombongannya ketika ia mulai memasuki pembahasan perjalanan turun.

Braaakkkkkk!

Tama membanting handphone setelah ia melihat profil picture dari teman SMP-nya, Danu. Dalam foto itu, Danu sedang merangkul pinggang Bella dengan senyum dari keduanya.

"BRENGSK," teriaknya. "Bisa-bisanya Lo bahagia diatas penderitaan gue, Bell!" geram Tama.

seketika Frilly menatap Tama dengan tatapan marahnya.

"Lo harus jadi milik gue lagi!"

"Kamu apa-apaan sih, Tam. Berani kamu dekat dia lagi, aku bakal kasih video kita ke orang tua kamu!" ancam Frilly.

"Lo sebar aja ke orang tua gue. Biar kita ancur sekalian. Ini semua juga gara-gara lo. Lo yang gak bisa ambil hati nyokap gue. Sampai-sampai semua fasilitas gue di cabut! Andai aja lo seperti Bella!"

"Aku udah berusaha buat deketin orang tua kamu, Tama! Ini Pasti ulah Bella yang udah jelek-jelekin aku ke ibu kamu, makanya ibu kamu gak suka sama aku!"

Tama menatap Frilly dengan tatapan jijik. "Justru Bella meminta ibu buat terima lo. Berarti emang lo nya aja yang gak bisa deket sama ibu!"

Mendengar itu Frilly merasa tak percaya dengan apa yang dikatakan Tama. Tapi mengapa Anna masih bersikap dingin kepadanya.

"Udah deh. mending lo pergi, sana," usir Tama. "Gue gak bisa diem aja, gue gak bisa begini terus!"

Tama meraih dompetnya dan memeriksa isi dalam dompetnya yang hanya tersisa beberapa lembar uang bergambar bapak proklamator.

"Serius ... semua fasilitas kamu-" Frilly menggantung kalimatnya. "Termasuk kendaraan dan black card kamu, Sayang?" tanya Frilly.

Tama mengangguk lemas, kemudian ia kembali ke kamarnya meninggalkan Frilly yang terdiam di taman.

'Ini semua gara-gara Lo, Bella!' batin Frilly

Kali ini, Jalur turun yang mereka hadapi cukup licin dan curam. Untuk menuruni tebing, mereka harus menggunakan webbing. membuat waktu turun mereka jauh lebih lama dari pada saat mereka turun.

"Ayoo Bell, you can do it !" gumam Bella, menyemangati dirinya sendiri sambil memasang helm.

"Kamu pasti bisa Bell, fokus saja," ujar Danu menyemangati Bella

Bella tersenyum tipis lalu perlahan ia turun. Sesekali Bella melihat ke bawah untuk memastikan pijakannya, dan kembali melihat ke atas dimana ada Danu yang memperhatikan nya.

"SAAT SEDANG MEMEGANG WEBBING, APAPUN YANG TERJADI. JANGAN MELEPAS PEGANGAN KALIAN DI TALI WEBBING. RESIKONYA JATUH KALAU KALIAN MELEPASKAN PEGANGAN KALIAN!" teriak Mario dan beberapa ketua team lainnya yang berada di bawah, mengintruksikan para anggota team yang sedang turun.

Danu dan team kembali ke Goa Batu Lawang untuk mengambil tas carrier mereka dan perlengkapan pendakian mereka yang mereka titipkan pada panitia yang bertugas disana sebelum mereka summit ke Puncak Salak II.

Tak lupa mereka kembali mengecek kondisi dari setiap peserta. Serta memastikan kembali kelengkapan barang bawaan mereka.

"Ada barang yang hilang?" tanya Mario pada seluruh anggota teamnya.

"Gak ada!" sahut mereka kompak.

Mereka kembali berjalan sesuai dengan posisi awal mereka mendaki. "Yuk berhitung!" teriak Mario dari depan.

"Satu," ucap Mario.

"Dua," lanjut Danu

"Tiga."

"Empat."

"Lima."

"Enam."

"Tujuh."

"Delapan," teriak Andi sang Sweeper.

"Lengkap ya, Ndi?" seru Mario dari depan.

"Yang lain jangan melamun, jangan tengok kanan kiri. Fokus liat pundak atau kaki teman di depannya!" titah Mario kepada semua.

"Kalau kabut turun, kita nge-camp atau lanjut, Hans?" tanya Dara berbisik pada Hans.

"Kalau jam 4 kita masih di Puncak Fajar, mau gak mau kita nge camp di Pos Ksatria Beuheung Awi, Beb," jawab Hans yang sudah bisa membaca situasi pendakian ini.

"Kenapa kita gak lanjut aja dari Pos Ksatria ke Pos Solomod?" tanyanya lagi.

"Beresiko Babe, kalau kita melakukan pendakian malam. Tapi nanti di voting lagi sama Mario. Kalau kita semua sanggup dan kabut tidak tebal, kayanya kita bisa turun malam ini," jelas Hans.

Jam 3 sore mereka sudah ada di Pos Ksatria Beuheung Awi. Mereka keduluan oleh team lain yang sudah mendirikan tenda. Mau tidak mau, team yang di pimpin oleh Mario harus melanjutkan perjalanan panjang menuju Pos Solomod.

Saat di pertigaan mereka memberhentikan langkah untuk beristirahat sejenak. Bella membantu Natalie menurunkan tas carrier nya agar gadis itu bisa mencari barang-barang yang akan di butuhkan dalam pendakian setelah istirahat ini.

"Head lamp nya siap-siap di gunakan ya!" titah Mario saat mereka beristirahat di persimpangan.

"Ini permen jahenya. biar tetap hangat. Kalau kurang nanti bilang aja, ya! aku punya banyak."

Bella menghampiri mereka satu persatu sambil memberikan permen jahe dan permen lainnya.

"Biar hangat mah, di peluk kamu aja, Bell," canda Rio.

"Ucapan dijaga, jangan sompral di gunung!" ucap Danu dengan dingin.

Rio langsung membekap mulutnya. "Astaghfirullah hamba lupa, ngapunten Paduka Pangeran," cicit Rio sambil membungkuk dalam ke arah Danu.

"Bukannya Lo kristen ya, Yo?" tanya Andi.

Rio menepuk jidatnya kali ini. "Oiya gue lupa, Ndi. Makasih udah di ingetin." Rio tertawa dan di ikuti yang lainnya.

"Elo sih, kalau ngomong suka asal. pulang dari sini perusahaan bokap lo di ujung tanduk!" bisik Hans menakuti Rio.

"Ayo jangan banyak bercanda, sudah mau masuk senja ini!" ucap Andi memperingati.

Di antara mereka, Andi lah yang cukup peka pada keadaan sekitar. Ia juga yang selalu mengingatkan teman teman nya untuk tidak melamun dan berbicara asal.

"Siapkan Karmantel!" seru Mario, "Kita berjalan sambil saling memegangi tali karmantel!" lanjutnya.

Memasangkan tali Karmantel ke Carabiner bertujuan agar satu sama lain bisa berjalan sesuai langkah sang leader, tidak ada yang tersesat maupun tertinggal. Apalagi di kondisi kabut seperti ini.

"Ikatkan pada Carabiner kalian!" timpal Danu.

Mereka mulai bergerak sesuai instruksi Mario dan Danu. Tak lama kemudian, benar. Kabut mulai turun dan udara di hutan Gunung Salak mulai dingin.

"Pakai mantel waterproof kalian atau Ponco nya, menghindari hal yang tidak di inginkan!" perintah Mario dari depan.

Setelah di rasa sudah aman, mereka lanjut jalan menuju Pos Solomod. Mereka kembali melanjutkan perjalanan dengan berbaris namun kali ini posisi berubah.

Mario tetap menjadi leader, disusul Hans berada di belakang Mario, di belakang Hans ada Natalie, kemudian di belakang Natalie ada Dara, dilanjut dengan Rio di belakang Dara, lalu Bella di belakang Rio, sedangkan Danu berpindah di belakang Bella dan terakhir Andi sebagai sweeper yang di bantu oleh Danu.

"Bang, tolong teriakin Mario buat ngabsen lagi," pinta Andi, "Tapi jangan pakai angka, Nama aja," lanjut Andi.

Danu sempat ingin protes dan menanyakan maksud Andi. Tapi ia tahan setelah melihat wajah Andi yang serius.

"MARIOOOO... " teriak Danu, "Lo bisa denger gue, kan?" tanyanya

"Iya Kak, ada apa?" Mario menjawab dengan sedikit berteriak.

"Mulai sekarang absen nya pakai nama aja. Jangan angka!" ujar Danu.

"Oke, Mariooo," teriak Mario mengawali absen.

Semua menyebutkan satu persatu nama mereka untuk absen. Dan Andi yang terakhir.

"Astaghfirullah ...." Andi mulai resah.

"Kenapa Ndi? Lo mau tukeran?" tawar Danu.

"Boleh deh Bang. Maaf ya Bang," ucapnya sungkan.

"Lo mau break dulu? Nanti gue cariin tempat yang landai buat ngopi atau ngeteh!" saran Danu.

Danu sudah merasa bahwa teman satu teamnya ini, mulai merasa tidak nyaman dari semenjak di Goa Batu Lawang.

"Iya Bang. maaf ya ngerepotin," ucap Andi berbisik.

"Santai aja. Lo harus fokus!"

Danu menggantikan Andi menjadi Sweeper. Setiap 10 menit sekali Mario akan melakukan absen. Dan di akhiri Danu dengan mengatakan 'Aman'

Saat absen yang ketiga kali, bulu kuduk Danu meremang dan beberapa kali ia menajamkan pendengarannya.

Sampai ia melepas ear piece yang ia kenakan selama pendakian untuk berkomunikasi dengan para anak buahnya. Danu kembali menajamkan pendengarannya.

Kemudian Andi menengok pada Danu, karena lelaki itu tidak kunjung menutup absen yang mereka lakukan.

"Bang kok diem?" tanya Andi.

Danu lupa kalau mereka sedang absen dan sekarang gilirannya menyebutkan namanya.

"DANU- Aman Yo!" teriak Danu yang ia ragukan pernyataan nya.

'Arrggghhh aduuhh sak ... iiittt ... saaakkkittt'

"Everything oke?" teriak Danu dengan sangat keras "Any sick? Please answer in English!"

"I am okey," jawab mereka satu persatu.

"Nobody sick. No ones, Nu. What happened?" tanya Bella khawatir sambil menoleh ke belakang.

"Nothing," jawab Danu pelan.

Danu masih mendengarkan rintihan itu. Ia penasaran suara siapa yang sedang menahan sakit itu. Rasa penasaran ingin melihat kebelakang pun timbul.

"Jangan di lihat, jalan saja ... lihat kedepan. Just ignore any sound!" pinta Andi sedikit berbisik namun masih terdengar oleh Danu.

Terasa lama perjalanan mereka dari Pos Solomod menuju Pos Lapak Pakis. Padahal seharusnya mereka hanya memakan waktu 30 menitan. Tapi ini terasa lama. Ditambah gerimis deras mengiringi perjalanan mereka.

Beberapa kali mereka bertemu peserta trail run yang ikut turun juga namun tidak bertegur sapa karena mereka pun sibuk berkonsentrasi saat menuruni Medan terjal ini.

Akhirnya mereka sampai di trek yang lumayan datar. Cukup untuk mereka memasang flysheet sebagai tempat istirahat sementara, sebelum melanjutkan perjalanan kembali.

"Kanu ... kamu mau kopi atau teh?" tanya Bella.

Danu masih diam memikirkan hal tadi. Baru ini selama pendakian ia mengalami hal di luar nalar.

Saking di luar nalarnya bagi Danu, Ia sampai lupa memasangkan ear piece nya kembali.

Danu memijat pelipisnya. "Pasti karena gue gak fokus. mungkin gue cape," gumam nya yang terdengar oleh Bella.

"Kalau kamu capek, mau dibuatkan teh atau kopi?" tanya Bella sekali lagi.

"Ahh ... sorry Bell, aku lagi blank. Teh aja!" pinta Danu.

Mereka melanjutkan perjalanan dan Mario mulai mengabsen kembali. Selain sebagai pengusir kantuk, hal itu dilakukan untuk mengecek kelengkapan anggota kelompok. Takut jika salah satu diantara mereka ada yang tersesat.

Mereka menyebutkan angka saat absen. Tepat saat Danu yang terakhir menyebutkan nomor, tiba-tiba ada hembusan suara lain di belakang tengkuknya.

"Se-sembi-lan."

Suara samar namun terbata-bata, bernada lirih namun cukup jelas di telinganya.

Danu tahu, ia bukan halusinasi atau menganggap suara itu adalah suara dari salah satu hewan yang sedang bi rahi di hutan ini.

Danu mempercepat langkahnya bahkan ia sampai menabrak punggung Andi. Bukan, Danu bukan penakut akan hal mistis.

Ia bisa menghajar ratusan manusia dan menghabisi musuh-musuhnya. Namun kalau dalam wujud Jin, Danu tidak bisa.

Danu sadar, ia diciptakan bukan sebagai tokoh fiksi yang mampu mengalahkan jin, Buto ijo, ataupun dedemit beserta siluman.

"Bang, ada apa bang. Merasakan ada yang ganjil?" tanya Andi khawatir.

"Gak ada apa-apa. Jarak gue kejauhan tadi sama kalian," kilah Danu.

Katanya tidak pantas mengutarakan hal yang ganjil pada saat posisi masih di gunung. Ia tau itu dari film dewasa yang sering ia tonton. Maaf ... Film horor maksudnya.

Andi bukannya tidak merasakan, ia cukup merasakan adanya entitas yang sedang mengganggu mereka namun ia abaikan.

Karena semakin kita membangun pikiran bahwa mereka solid. Maka gangguan-gangguan itu akan semakin intens.

Andi berinisiatif menukar posisinya dengan posisi Bella. Jika Danu teralihkan oleh Bella, lelaki itu tidak akan lagi memikirkan makhluk yang sedang mengganggu mereka khususnya mengganggu Danu.

"Bell... Tukar posisi, boleh?" pinta Andi berbisik.

Bella mengangguk. Mereka melepaskan carabiner dari karmantel lalu bertukar posisi. Bella segera mundur ke belakang dan Andi melangkah maju mendahului Bella.

Bella menolehkan kepala ke belakang menatap Danu yang sedang menunduk.

"Hai, Kanu."

TBC

Gimana? Gimana? Aku lagi pemanasan nih mau bikin novel horor. Tapi sulit guys. btw HoMance itu Horor Romance ya guys ya. Gak dapet sih ya feel horornya.

1
Nita Zali
janganlah jadi apa apa kpd bella thor..jahatnya Hera...
samara betric
Kenzo PK nya keterlaluan sih
samara betric
poor Melisa /Sob/
samara betric
/Panic//Awkward/ jahatnya Hera gak berubah
samara betric
wow ... asli otak authornya bisa kemana /Good//Good//Good/ more than like
samara betric
Kenzo jahat /Brokenheart//Panic/
samara betric
/Sob/
Uthie
udah tanda-tanda itu 🤨
samara betric
setiap Minggu kudu wajib vote ini /Drool/ sumpah seru bgt
Pena dua jempol: terima kasih kak untuk votenya 🫰🏿
total 1 replies
samara betric
njirrr efek samping yang iya iya /Facepalm/
samara betric
semoga Adrian baik2 saja /Sob/
samara betric
happy wedding Bella Danu /Drool//Drool//Drool/
Nita Zali
lagi dan lagi konfliknya...
samara betric
ya ampun apa jangan-jangan kamandanu yang berbuat /Sob/
samara betric
Bella benar2 pengertian /Sob/
samara betric
hampir aja lu jadi cowo bego lagi, Nu. gemes gue
Diyah Pamungkas Sari
kampret otor bkin ngaka "prindapan" bisanya kesana halunya 🤣🤣
Pena dua jempol: wkwkkwwk 🤣 makasih kak udah baca karya aku yang agak absurd dan cabul ini 🤣
total 1 replies
Nita Zali
moga Bella n Danu bersama...jgn biarkn mrk berpisah thor
samara betric
dinasti PV bakal panjang nih romannya. /Drool/
Pena dua jempol: ikuti terus kisahnya ya kak 🫰🏿
total 1 replies
samara betric
wah... Daebak.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!