#Karya ini merupakan Karya Kreatif Modern
Setelah di-PHK dari pekerjaannya sebagai buruh, kehidupan Bara berputar 180 derajat. Kehidupan tak lagi berpihak kepadanya dan terpaksa harus menjadi pemulung yang selalu dihina oleh mertua.
Bara adalah laki-laki yang tak banyak bicara. Segala hinaan yang diberikan pun tak pernah ia balas. Hingga sebuah peristiwa mengubah segalanya. Bara diberi tugas untuk mengatakan hal-hal yang menyakiti hati orang lain. Dia dibayar mahal untuk itu semua.
Bagaimana kisahnya? Mari ikuti series berlanjut dari Bacot System, ini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CovieVy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
16. Imbang pun Aku Tak Sudi
Mendengar jawaban ketus Arini, emosi Bara melonjak naik begitu saja.
[ Ingat, nggak pakai marah. Tenangkan dirimu. Apa kamu hanya ingin seperti ini saja? ]
Bara mencoba menghirup udara dengan dalam, lalu menghembuskannya secara perlahan. Di saat itu pula ia merasa lebih tenang, hingga ia mampu mengendalikan diri.
Bara melepaskan jaket premium itu. "Kamu mau ini? Ambil lah," ucapnya seraya menyerahkan jaket kulit bewarna hitam tersebut.
Tanpa berpikir panjang, Arini membolak-balik jaket tersebut dan memeriksa keaslian jaket. Sesaat mengetahui produk yang dipakai oleh Bara itu dipastikan keasliannya, Arini memasang wajah menyelidik. "Coba jujur padaku! Selama ini kamu ke mana? Dapat uang dari mana? Ini jaket mahal berkali lipat dari uang yang kamu kasih padaku dari hasil memulungmu. Atau, selama ini kamu menipuku?"
Bara mendengar celoteh Arini dengan seksama. Sejenak, pada bibirnya terulas senyum tipis. "Apa maksudmu dengan menipumu? Kamu seolah melimpahkan kesalahanmu padaku."
"Lalu ini apa? Kenapa kamu hanya beri uang tiga ratus ribu sebulan dan kamu seenaknya beli ini tanpa sepengetahuanku," tukas Arini terus memberondong, menyalahkan Bara.
"Terserah kamu berpikir seperti apa. Jika kamu menyukai jaket itu, ambil saja. Jika tak mau, berikan padaku saja!" Bara mengulurkan tangan ingin menarik jaket itu kembali.
Arini mendekap jaket itu dengan erat sembari menggelengkan kepala dengan cepat. "Untukku saja," ucapnya.
Sementara itu, di dalam pikiran Arini, yang terdengar jelas oleh Bara, merencanakan satu hal kepada benda itu. Bibir Bara terulas senyum masam, tetapi ia hapus dengan segera.
"Baik lah, itu tandanya kamu menyukainya. Ambil lah, jika itu membuatmu bahagia," ucap Bara bangkit dan mengulurkan tangannya di hadapan Arini.
Sesaat, Arini cukup terpukau oleh pancaran pesona Bara yang sejenak membuatnya ber kali lipat lebih tampan dari pada biasa. Akan tetapi, Arini menggelengkan kepalanya sejenak.
'Cerai, kami harus bercerai,' batin Arini kukuh di dalam hatinya.
Bara kembali tersenyum misterius. "Kenapa hanya diam?" tanya Bara.
"Apa?"
"Ayo ikut aku! Kita ke rumah kontrakanku," ajak Bara.
Arini menggeleng cepat. "Jika kamu tak sanggup memperbaiki rumah ibu, atau tak bisa membelikanku rumah, sebaiknya kita seperti ini saja." Arini melipat kedua tangannya. "Ogah ngontrak," tambahnya.
"Oh, begitu? Jadi kamu lebih suka numpang?"
[ ding ]
[ ding ]
[ Bacotan terdeteksi. Dana sebesar lima juta rupiah, kembali masuk pada akunmu. ]
Bara tergelak mendengar notifikasi barusan. 'Gampang bener dapatnya?'
[ Ini hanya printilan. Jika kamu sukses dengan misi kali ini, seperti yang sudah direncanakan, kamu akan mendapat mobil yang jarang dimiliki oleh orang di dunia ini. Limited edition in the world. ]
'Baik lah, aku juga penasaran dengan rencanamu,' ucap Bara.
"Apa maksudmu aku lebih suka numpang?" Arini meninggikan nada suaranya.
"Itu buktinya? Kamu menyuruhku memperbaiki rumah ibumu. Buat apa? Supaya bisa numpang lagi?"
"Ih, kamu kenapa sih? Kenapa malah banyak bicara seperti ini?" Arini terbelalak kesal. Suami yang ia kenal, tak lagi sama seperti yang ia kenal.
"Loh? Bukannya kamu suka pria yang banyak bicara? Kenapa sekarang kamu mempermasalahkan ini? Apa kamu lupa, dulu suka protes mengatakan aku ini terlalu hemat bicara? Harusnya kamu seneng dong?" ucap Bara yang sengaja memanas-manasi Arini.
Bola mata Arini berputar semakin kesal. Berbeda sikap dengan Bara yang mengeluarkan cengiran merasa dirinya sedikit lebih unggul.
"Kamu ya? Kenapa tak mau ngalah sama aku, istrimu?" bentak Arini.
Bara kembali mengeluarkan senyum misteriusnya. 'Jangan kan kalah, imbang pun aku tak sudi.'
...****************...
Ayo mampir pada karya berikut ini ya Readers yang baik.
Author: Eveliniq
Judul: Jeritan Hati yang Terlarang