Aurora Clarissa adalah seorang gadis piatu yang dibesarkan di panti asuhan sejak ia masih bayi, dia tidak pernah tahu siapa orang tuanya.
Suatu hari ibu panti memaksa Aurora untuk menikah dengan salah satu putra donatur panti, bagi kebanyakan orang itu adalah sebuah keberuntungan bisa menikah dengan orang terpandang, tapi tidak dengan Aurora, pernikahan ini bagaikan neraka di hidupnya karena telah merenggut kebebasan dan masa mudanya.
Seperti apa kelanjutan dan perjalanan hidup Aurora?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Himeka15, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 16
Aurora melihat seorang pria yang duduk di atas kursi roda, pria itu lemas kepalanya terkulai mungkin akan jatuh jika tidak disanggah dengan bantal leher, tangannya besekap tapi kaku dan aku melihat air liur yang keluar dari sela bibirnya.
Mama menghampirinya menyentuh pundaknya, "Dion, lihat siapa itu!" serunya.
Mama mengangguk padaku hingga aku maju mendekat lalu menyamakan tinggi-ku dengan tuan Dion.
Aku memegang tangannya lalu mengecup punggung tangan pria yang sekarang jadi suamiku itu, ketika bibirku bersentuhan dengan punggung tangannya bisa aku rasakan seperti ada desiran aneh seperti aliran listrik yang menyengatku dan jantungku berdebar kencang secara tiba-tiba.
Aku mendongak mataku dan matanya bertemu dari tatapan mata Dion saya bisa merasakan segudang pertanyaan dari tatapannya.
Saya tersenyum cukup manis, "aku Aurora mulai sekarang aku adalah istrimu," ucapku lembut.
"Iya sayang, dia istrimu Aurora," tambah mama juga tersenyum.
Aurora Pov End
***
Dion Pov
Aku bingung sama ibuku yang sedang memakai pakaian padaku dia terlihat gembira hari ini tidak seperti biasa. Mama memakai celana panjang hitam dan kemeja putih, mama mengoles cream rambut lalu merapikannya. Mama menyemprotkan parfum dan ini sangat aneh melihat penampilanku cukup rapi, aku sudah lama tidak berpakaian seperti ini semenjak kecelakaan biasanya aku cuma pakai celana pendek, kaos oblong atau sweater.
Ada gerangan apa mama mendandaniku rapi kayak ini, ingin bertanya tapi aku sadar itu percuma.
"Istrimu sebentar lagi akan datang," ucap mama seraya merapikan kemeja.
Aku cuma menganggap omong kosong saja karena aku yakin mana ada wanita yang mau nikah sama Dion sih mayat hidup.
Terdengar suara klakson mobil dari luar mama berpamitan padaku katanya ingin menyambut papa. Aku rasa sia-sia mama pasti akan pergi tanpa harus berpamitan padaku.
Mama kembali ke kamarku dengan seorang gadis yang menurutku cantik, dia berkulit putih dengan rambut panjang yang dikepang unik di mataku.
Gadis itu mendekat dan mensejajarkan tingginya denganku secara mengejutkan gadis ini memegang tanganku lalu mengecup punggung tanganku ini.
Aku memang tidak merasakan kecupannya tapi tubuhku terasa ada aliran listrik yang membuat detak jantung terasa lebih kencang.
Perempuan ini tersenyum padaku lalu berkata: "aku istrimu Aurora."
Aku terkejut mendengarnya aku pikir gadis ini adalah perawatku untuk sementara menunggu perawat yang sedang cuti.
"Iya sayang, dia istrimu Aurora. Papa sendiri yang memilihnya untukmu," sambung mama.
"Tuan sepertinya kau mengompol," ucap Aurora santai tanpa beban.
Aku kaget mendengarnya dan melihat apa yang ada di hadapanku sekarang dan juga aku begitu malu mendengar kalau aku habis mengompol dari gadis yang baru beberapa menit mengaku istriku rasanya harga diriku hancur dadaku begitu sakit seperti ada mencekik aku, saya merasa begitu sulit untuk bernafas.
Gadis bernama Aurora cuma diam saja menatapku tanpa ekspresi apa pun, aku hanya mendengar suara mama yang panik dan berusaha mengendalikan dirinya.
"Aurora bantu mama pindahkan Dion ke kasur," ujar Dila.
Aurora membantu mama mengangkat tubuhku ke kasur, mama mengambil masker oksigen lalu memasangnya di hidungku. Aku bernafas dengan bantuan oksigen dan itu terasa lebih baik, aku memilih menutup mataku saja biar mama berpikir aku sedang tidur.
"Aurora bisa tolong ambil popok di laci meja itu," ujar mama.
Aurora mengambil apa yang disuruh oleh mama sedangkan mama ke kamar mandi sepertinya mengambil air hangat untuk membersihkan bagian bawahku.
Aku bisa menebak jika mama sedang mengganti diaper rasanya aku sangat malu jika gadis itu melihat bagian sensitif saya, aku tidak tahu apa yang sedang dipikirkan gadis itu tapi aku sangat yakin dia pasti sangat mengasihani diriku ini.
"Aurora tolong jaga Dion," ucap mama pada gadis itu.
"Baik ma," balasnya singkat.
Mama mungkin udah selesai mengganti diaper-ku hingga minta istriku untuk berada di sini.
Terasa sunyi untuk beberapa saat sampai aku mendengar sebuah perkataan yang sangat menyakitkan aku.
"Bahkan dirimu lebih menyedihkan dari yang aku kira untuk bernafas saja kau masih membutuhkan bantuan," ucap Aurora tepat di telingaku.
Bagaimana bisa gadis yang mengaku sebagai istri mengatakan perkataan menyakitkan seperti itu padaku padahal aku suaminya. Aku tahu papa tidak pernah salah dalam memilih tapi hari ini aku akui jika papa salah memilihkan seorang gadis menjadi istriku dan aku penasaran bagaimana Aurora setuju menikah dengan aku pria cacat ini.
Istri durhaka. Ingin sekali aku membuka mataku ini dan berteriak padanya namun, apalah dayaku ini yang cuma seonggok daging hidup.
"Have a nice dream my hubby," ucapnya padaku.
Apa aku salah dengar? Bagaimana bisa dia yang bilang aku tidak berguna sekarang malah mengucapkan selamat tidur padaku dengan nada yang begitu lembut? Aku yakin kepala gadis ini pasti terbentur.
"Jika dilihat kau tampan tapi sayang kau macam mayat hidup," kata Aurora.
Benar apa kupikir kepala istriku ini pasti terbentur di suatu tempat yang tidak tahu dimana. Dia terus mengoceh membuat telingaku sakit mendengarnya dan aku langsung saja membuka mataku.
Aurora terdiam mungkin kaget melihat aku bangun dia menyentuh kepalaku lalu menyeringai, "aku tahu kau pura-pura tidur tuan Dion," ucapnya.
Mataku melotot tapi Aurora malah memainkan rambutnya sambil menatap intens padaku.
"Aku tahu kau pura-pura tidur karena aku melihat matamu terbuka tadi ketika mama sedang ganti popok," jelasnya.
Aku menggerutu dalam benakku kenapa Aurora bisa menangkap basahku yang mengintip karena penasaran dengan keadaan tadi.
"Maafkan aku karena udah berkata seperti itu tadi," ujar Aurora dengan nada sungkan dan mimik wajah polos.
Jika dia tahu aku pura-pura tidur kenapa bilang aku menyedihkan dan juga mayat hidup? Aurora pikir Dion tidak punya hati apa?
"Aku bilang kayak gitu karena ingin tuan berhenti pura-pura tidur," ucapnya santai.
Jadi, ceritanya Aurora bilang gitu sama Dion agar aku mau buka mata dan mencari perhatianku.
Satu kata yang sangat cocok aku deskripsikan untuk istriku yang tidak tahu datang darimana yakni, aneh.
"Tuan memang marah," ucap Aurora sambil menyentuh pipinya.
Jelas Dion marah dikatain seperti itu apalagi yang bilang adalah istrinya walaupun aku belum menerimanya. Aurora terus mengomel melontarkan berbagai rangkaian kata permintaan maafnya padaku. Namun, aku tidak menggubrisnya karena aku tidak bisa bersuara maupun bergerak.
Aku memejamkan mataku mencoba pura-pura tidur agar Aurora berhenti mengomel.
"Tuan, kau pasti pura-pura lagi kan?" lontarnya.
Aku yakin Aurora pasti menggoyang tubuhku agar bangun tapi sepertinya dia bodoh karena mau dia menggoyangkan tubuhku sampai terjatuh ke bawah sekali pun aku tetap tidak akan merasakannya.
"Sepertinya tuan memang tidur," ucapnya dan Aurora akhirnya berhenti mengomel.
POV End
Segi penokohan ya unik biasanya pemeran utama selalu digambarkan secara sempurna tanpa cela. Tapi di cerita ini setiap tokoh memiliki kekurangan masing-masing.