Seorang pria buta terpaksa dipaksa menikahi pengasuhnya sendiri atas paksaan kedua orang tuanya.
Sejak kecelakaan yang mengakibatkan kebutaan membuatnya sama sekali menjadi pria yang tidak bisa berbuat apa-apa, bahkan tunangannya pun membatalkan pernikahan mereka yang akan terlaksana tiga bulan lagi.
Hal tersebut tidak hanya mengecewakannya tetapi juga kedua orang tuanya. Hingga pada suatu saat, papa dan mamanya sepakat menikahkannya dengan seorang gadis yang selama ini mengurusnya hampir setahun sejak ia buta. Ada sedikit paksaan, gadis itu terpaksa menerima tawaran tersebut.
Suatu ketika perusahaan mengalami goncangan dan hal itu mengakibatkan kerugian sehingga perushaan hampir bangkrut. Melihat hal itu, secara diam-diam, istrinya merencanakan hal lain untuk suaminya dengan mengorbankan kedua matanya agar suaminya bisa melihat kembali dan bisa mengatasi masalah perusahaan.
Bagaimana kelanjutannya? ikuti terus Novel ini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Permata Biru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
keadaan Harvey saat ditinggal Joi
Hari ini Valen akan memutuskan tentang kerja sama yang ditawarkan oleh PT. Maju Jaya karena Harvey mempercayakan agar dia yang memutuskan.
"Sayang, aku sudah mendapatkan informasi tentang perusahaan tersebut dan aku rasa tidak ada salahnya kita melakukan hubungan kerja sama itu karena layar belakangnya yang bekerja sama dengan perusahaan lain tidak pernah ada nilai negatifnya" jelas Valen setelah masuk ke ruangan sang atasan sekaligus kekasih gelapnya itu.
"Baguslah jika begitu. Jika demikian bantu aku mengurus semuanya" ucap Harvey.
"Bukankah itu bagiannya asistenmu sayang?" tanya Valen yang pura-pura tidak enak hati.
"Biarkan dia mengurus yang lainnya, kamu bantu aku mengurus ini" putus Harvey membuat Valen kembali tersenyum licik.
"Baiklah jika kamu mau seperti itu" ucap Valen.
Trying trying trying
📞Halo
📞Halo tuan, maaf aku hanya bisa memberitahukan melalui telepon. Aku akan pulang kampung selama seminggu dan aku sudah ijin sama tuan besar.
Sambungan telepon terputus.
Sial, gadis ini telepon hanya untuk ijin pergi lalu memutuskan secara sepihak. batin Harvey geram.
"Siapa?" tanya Valen.
"Pembantuku, dia minta ijin pulang kampung selama seminggu" jelas pria itu.
"Baguslah kalau dia pergi" ucap Valen dengan nada tak suka. Tanpa dia sadari kalau Harvey tidak suka mendengar ucapannya tadi, entah karena apa.
****
Sore hari, Harvey diantar pulang oleh Liem dan sepanjang jalan mereka diam tanpa kata. Akhir-akhir ini, Liem menjadi tidak respect lagi dengan atasannya itu entah karena apa namun ia menjadi tidak suka setiap kali melihat sang istri dari atasannya ini menderita, apalagi secara terang-terangan ia menunjukkan kemesraan bersama wanita lain.
"Kita sudah tiba" ucapnya tenang. Lalu melangkah keluar dan menuju ke samping untuk membukakan pintu kepada atasannya itu. Setelah itu tak lupa ia menuntunnya hingga tiba di ruang utama.
"Selamat sore Pak, bu" ucap Liem begitu melihat keberadaan sepasang suami-istri itu.
"Selamat sore Liem." ucap mama Ellen. Sedangkan sang suami hanya mengangguk.
"Aku langsung pulang pak, bu" pamitnya setelah Harvey duduk di sofa berhadapan kedua orang tuanya.
"Baiklah nak, Hati-hati ya?" pesan wanita itu yang sudah menganggap anak muda itu seperti putranya sendiri. Liem hanya mengangguk dan melangkah keluar meninggalkan ruangan itu.
"Joi tadi minta ijin sama mama dan papa, katanya ia ijin pergi selama seminggu. Katanya ia juga akan meneleponmu" ucap mama Ellen tenang.
"Hmmm" jawabnya berdaheman.
"Ayo, mama antar kamu ke kamar" ucap Mama Ellen lagi dan bangkit untuk menuntun putranya menuju tangga.
Keduanya melangkah perlahan sambil bergandengan.
"Mama harap kamu bisa belajar menghargai istrimu. Dia wanita yang baik." ucap mama Ellen.
"Maaf ma, aku belum bisa untuk itu. Aku hanya seorang pria cacat, aku takut jika aku terlalu percaya sama orang dan akan balik menyerangku" ucap Harvey.
"Dia istrimu bukan orang lain" jawab mama Ellen.
"Mama pernah dengarkan? banyak pengusaha muda yang hancur karena kelicikan istri yang mereka percaya. Apalagi aku yang buta, apapun yang dia lakukan aku tidak akan tahu" ucapnya.
"Jangan samakan Joi dengan gadis-gadis seperti itu, mama sangat mengenalnya dengan baik" ucap mama Ellen sedikit tidak suka dengan penilaian putranya terhadap Joi.
"Ma, mana ada orang yang punya tujuan terselubung lalu dia mau menunjukkan sifat aslinya. Lagian mama baru kenal dia setelah kecelakaan waktu itu. Dia hanya gadis kampung yang datang sekolah di kota" ucap Harvey yang juga tidak suka.
"Bagaimanapun aku pasti akan menceraikannya" ucapnya lagi.
"Jika kamu kampai menceraikannya, mama tidak akan pernah memaafkanmu lagi." ucap mama tegas dan langsung pergi.
Pintar sekali dia. Baru beberapa waktu tinggal di sini tapi sudah berhasil mendapatkan kasih sayang papa dan mama. geramnya dalam hati.
Hingga jam makan malam tiba, seorang art yang datang menjemputnya di kamar. ternyata ia belum mandi dan hanya mengenakan boxer dan singlet.
"Tuan Harvey, belum mandi?" ucap sang art yang langsung masuk karena mama Ellen tidak sempat menutup pintu waktu pergi karena terbawa emosi.
Melihat wajah sedih pria itu, sang art pun mengerti jika ia tidak bisa melakukan apa-apa tanpa tuntunan orang lain. Dengan sigap wanita itu menyiapkan air angat dan mengambil sebuah handuk lalu menuntun pria itu masuk ke kamar mandi.
"Mandilah, bi akan ke bawah untuk meminta bapak sama ibu menunggu sebentar" pamit wanita itu dan keluar dari kamar Harvey lalu menuju ke lantai dasar.
Di ruang makan, papa Matthew dan sang istri sudah menunggu putra mereka yang sudah di panggil oleh art.
"Maaf Pak, bu, tuan mudanya baru mandi" ucap wanita itu melaporkan.
Deg
Mama Ellen baru menyadari jika putranya tidak bisa melakukan apapun tanpa bantuan orang lain.
"Maaf pa, aku emosi sekali saat dia terus menyudutkan Joi, aku bahkan marah dan meninggalkannya saat dia mengatakan akan menceraikan Joi nanti" ucap mama Ellen berusaha menjelaskan agar suaminya tidak salah paham karena dia meninggalkan Harvey sendiri padahal dia tahu jika Joi sedang pulang ke rumah.
Pranggggg
Papa Matthew menggebrak meja makan hingga piring berbunyi.
"Kurang ajar anak itu. Dengan susah payah aku berjuang agar dia bisa mendapatkan gadis berkelas seperti Joi malah dia mau menceraikannya?" ucap pria itu penuh emosi.
"Sabar pa, dia baru merencanakan." ucap wanita itu sedikit gelisah. Ia tahu betul watak suaminya jika marah.
📞Halo tuan
📞Pastikan menantuku aman walaupun saat ini dia ada di rumah besanku. Dan tetap pantau gerak-gerik wanita iblis itu
Ternyata papa Matthew sedang melakukan perintah kepada salah seorang kepercayaannya untuk tetap mantau keamanan menantunya.
Beberapa saat kemudian, bibi yang kembali ke kamar Harvey datang sendiri.
"Tuan muda minta makan di kamar saja" ucap bibi membuat papa Matthew geram.
"Iya bi, bawakan makan malam Harvey ke kamar saja" putus mama Ellen.
"Iya bu" jawabnya dan kembali menyiapkan makan untuk suaminya.
Di dalam kamar
Harvey sedang menerima telepon dari sang kekasih gelapnya. Banyak hal yang mereka bahas termasuk urusan kerja sama yang ternyata bergerak lebih cepat dari yang biasa dikerjakan oleh Liem. Hal itu membuat Harvey semakin bangga dengan sang kekasih nya itu.
Tak henti-hentinya ia memuji keberhasilan sang kekasih dan hal itu membuat Valen semakin di atas awan dan kembali menyusun strategi untuk rencananya yang selanjutnya.
Dia baru memutuskan telepon saat pintu terbuka. Ia berpikir jika mungkin itu adalaah sang mama ternyata bibi yang datang membawa makan malamnya.
"Silahkan di makan" ucap bibi.
"Terima kasih bi" jawabnya
Bersambung
Joi cinta boleh, bodoh jangan. Kalau mmg dia ga cinta lepaskan saja