seorang gadis yang berniat kabur dari rencana perjodohan yang dilakukan oleh ibu dan ayah tirinya, berniat ingin meninggalkan negaranya, namun saat di bandara ia berpapasan dengan seorang laki-laki yang begitu tampan, pendiam dan berwibawa, berjalan dengan wajah dinginnya keluar dari bandara,
"jangan kan di dunia, ke akhirat pun akan aku kejar " ucap seorang gadis yang begitu terpesona pada pandangan pertama.
Assalamualaikum.wr.wb
Yuh, author datang lagi, kali ini bertema di desa aja ya, .... cari udara segar.
selamat menikmati, jangan lupa tinggalkan jejak.
terimakasih...
wassalamualaikum,wr.wb.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Marina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
tatapan julid para warga
Pagi yang cerah di kompleks Pesantren. Yusuf dan Zora kembali dari perjalanan singkat mereka dengan hati yang segar. Mereka sarapan di sana, hotel yang lengkap dengan restoran sederhana namun pelayan dan rasanya memuaskan....Zora segera memilah pakaian kotor, dan Yusuf, sesuai kesepakatan mereka untuk berbagi tugas, segera mencuci dan membilasnya.
" mas menjemur dulu sayang....!" ucap Yusuf membawa keranjang pakaian yang sudah setengah kering, karena Yusuf mencucinya dengan mesin cuci, kecuali gamis istrinya yang ada payet-payet nya, barulah Yusuf menggunakan tangan.
" iya mas....aku mau menyetrika" balasnya tersenyum.
Saat Yusuf keluar untuk menjemur pakaian, ia lupa bahwa gerbang rumahnya masih terbuka. Ia sedang merencanakan untuk memasang pagar yang lebih tertutup seperti yang ada di rumah-rumah modern lainnya untuk menjaga privasi Zora, tetapi belum sempat ia lakukan.
Maka, pemandangan itu pun terekam jelas oleh mata siapa saja yang melintas, Ustadz Yusuf, pemimpin shalat dan pembimbing spiritual mereka, dengan santai menjemur beberapa helai pakaian di tali jemuran yang dipasang di teras.
Di antara tumpukan pakaian itu, terlihat beberapa pakaian dalam wanita milik Zora yang, meskipun sederhana, tetap terlihat berbeda dari pakaian wanita desa.
Sekelompok ibu-ibu yang kebetulan sedang lewat, mereka baru pulang membeli sayuran yang berhenti di pintu masuk gang, mereka langsung berhenti dan terperangah. Mereka berbisik-bisik, dan tentu saja, Bibi Lasmi ada di antara mereka, matanya berkobar penuh kemenangan.
Ibu A Berbisik kepada Bibi Lasmi"Ya Allah, Bi. Lihat itu? Ustadz Yusuf sedang menjemur pakaian. Pakaian itu... itu pasti milik Zora!"
Bibi Lasmi melihat itu Dengan nada jijik dan mencibir "Tentu saja! Lihat betapa malasnya gadis kota itu! Sudah kaya, memaksa Ustadz menikahinya, sekarang Ustadz kita disuruh mencuci dan menjemur pakaiannya! Di mana martabat Ustadz kita?!"
Ibu B "Iya, Masya Allah. Dulu kita mencuci pakaian suami kita dengan tangan di sumur, demi mendapatkan pahala. Sekarang Ustadz Yusuf yang melakukannya. Benar-benar istri yang tidak tahu diri."
Di mata para ibu-ibu itu, tindakan Yusuf adalah bukti nyata dari fitnah yang disebar Bibi Lasmi, Zora adalah istri yang egois, manja, dan telah memperbudak Ustadz Yusuf. Mereka tidak melihatnya sebagai bentuk kasih sayang dan memperlakukan istri dengan baik, seperti yang diajarkan Islam, melainkan sebagai kekalahan Yusuf di bawah pengaruh istri barunya.
Yusuf, yang sibuk memasang penjepit pakaian, sama sekali tidak menyadari tawa sinis dan tatapan penuh penghakiman dari luar pagar. Ia hanya menjalankan tugasnya sebagai suami yang mencintai istrinya, tanpa menyadari bahwa setiap tindakan kelembutannya kini menjadi amunisi baru bagi musuh-musuh istrinya di Pesantren...
setelah selesai, Yusuf menaruh keranjangnya di tempat khusus dan mendatangi istrinya yang sedang menyetrika.
Yusuf memeluk perut istrinya ... , Yusuf suka melihat pemandangan istrinya saat sedang melakukan pekerjaan rumah, Zora hanya memakai tang top dan celana pendek,serta rambut di Cepol tinggi dan masih sedikit berantakan... Benar-benar menggoda iman Yusuf yang setipis tissue saat berdekatan dengan istrinya.
" belum selesai sayang....?" tanya Yusuf meletakkan dagunya pada pundak istrinya.
" satu lagi mas..., hanya sedikit yang aku setrika, mungkin karena kita baru sehari di sini" jawab Zora terkekeh, ia masih fokus dengan celana bahan suaminya yang biasa digunakan untuk mengajar. Dulu boro-boro menyetrika... melihat bajunya sendiri yang belum di cuci saja rasanya jijik.
" setelah ini, kita jalan jalan yuk...ke kebun buah milik ibu?" ajak Yusuf lembut...
" ibu...ada kebun juga mas?" tanya Zora sambil melipat celana suaminya yang sedang di setrika.."
" iya .. banyak, hasil kebunnya ibu gunakan untuk keperluan pesantren.
"Masyaallah ... kalian memang keluarga yang sangat baik, di saat di luar sana , orang-orang mengumpulkan pundi-pundi uang untuk kebahagiaan mereka sendiri, kalian malah memikirkan nasib orang banyak" ucap Zora membalikkan tubuhnya dan mengalungkan kedua tangannya pada leher suaminya.
Hap....
Yusuf menggendong istrinya ala koala dan membawa istrinya untuk berganti baju, menggunakan gamis santai.
" Alhamdulillah... semoga Allah senantiasa memberikan keberkahan pada kami" ucapnya.
cup....
Yusuf mencium istrinya sekilas saat akan menurunkan istrinya di kamar.
perlakuan romantis suaminya membuat hati Zora semakin meleleh...
"terimakasih mas!" ucapnya tersipu...
"cepat lah berganti pakaian, kalau terlalu lama...mas takut, kita akan berakhir di ranjang lagi" kata Yusuf terkekeh,lalu meninggalkan istrinya di kamar.
Setelah suaminya keluar, Zora memegang dadanya yang berdebar tidak karuan, setiap berdekatan dengan suaminya, dia merasa sangat istimewa, suaminya benar-benar lembut dan tidak malu lagi mengungkapkan perasaannya, melalui tindakan maupun kata-kata... Berbeda saat belum menikah, suaminya selalu menjaga jarak, dan menunduk.
***
Beberapa saat kemudian, Zora sudah rapi dengan gamis santainya... Gamis berbahan rayon super yang terasa lembut juga adem, cocok di pakai saat cuaca panas.
"Sudah siap sayang...?" tanya Yusuf lembut, melihat istrinya sudah berubah tertutup, tidak seperti saat berada di dalam rumah.
"iya mas, ayo" ajak Zora senang.
Yusuf menggandeng tangan istrinya saat berjalan setelah Yusuf mengunci pintu gerbangnya.
Setiap warga yang berpapasan, baik santri maupun ibu-ibu, akan menyapa Yusuf dengan sangat ramah, penuh hormat, bahkan menunduk.
"Assalamualaikum, Ustadz. Semoga sehat selalu." sapa seorang warga.
Tapi Kepada Zora Ketika Zora balas tersenyum dan menyapa, "Waalaikumsalam, Bu," respon yang ia dapatkan sangat berbeda. Mereka akan membalas dengan senyum kaku, tatapan dingin, atau bahkan langsung membuang muka setelah menyapa Yusuf.
Zora bukanlah wanita bodoh. Awalnya ia mengira itu hanya rasa canggung, tetapi setelah berpapasan dengan beberapa orang, ia mulai menyadari ada sesuatu yang salah. Tatapan julid itu kini terasa lebih menusuk, dan senyum yang ia berikan seolah-olah ditanggapi dengan rasa jijik.
"Mereka tidak suka aku. Tapi kenapa? Aku sudah bersikap sopan, aku sudah menutup aurat. Apakah karena aku istrinya Mas Yusuf? Tapi kenapa mereka hanya dingin padaku, bukan pada Mas Yusuf?" gumam nya dalam hati bertanya-tanya.
Zora mencoba menggenggam tangan Yusuf lebih erat, mencari perlindungan dan rasa aman.
Meskipun Yusuf berjalan dengan santai, tersenyum dan menyapa balik warga dengan hangat, Zora tidak bisa lagi mengabaikan perubahan suasana di sekitarnya.
Zora Berbisik pelan pada Yusuf, saat mereka melewati tikungan sepi "Mas Yusuf. Apakah... apakah ada sesuatu yang salah? Kenapa ibu-ibu itu tidak ramah padaku? Apakah aku melakukan kesalahan?"
Yusuf menoleh, melihat kekhawatiran di mata istrinya.
Yusuf Menggenggam tangan Zora, penuh keyakinan"Tidak ada yang salah, Sayang. Kamu tidak melakukan kesalahan apa pun. Mungkin mereka hanya belum terbiasa denganmu. Biarkan saja, fokus pada kita. Sebentar lagi kita sampai di kebun." balasnya mengapit dagu sang istri, dan itu membuat Zora tersenyum.
eh Thor semoga itu Zorra bisa mengatasi fitnahan dan bisa membongkar dan membalikkan fakta kasihan yang lg berhijrah di fitnah....
lanjut trimakasih Thor 👍 semangat 💪 salam