NovelToon NovelToon
USTADZ GALAK

USTADZ GALAK

Status: tamat
Genre:Tamat / Pernikahan Kilat / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu / Romansa / Terpaksa Menikahi Murid / Suami ideal
Popularitas:1.3M
Nilai: 4.8
Nama Author: HANA ADACHI

Kalau nggak suka, skip saja! Jangan kasih bintang satu! Please! 🙏🙏

Gara-gara sebuah insiden yang membuatnya hampir celaka, Syahla dilarang keluarganya untuk kuliah di Ibukota. Padahal, kuliah di universitas itu adalah impiannya selama ini.

Setelah merayu keluarganya sambil menangis setiap hari, mereka akhirnya mengizinkan dengan satu syarat: Syahla harus menikah!

"Nggak mungkin Syahla menikah Bah! Memangnya siapa yang mau menikahi Syahla?"

"Ada kok," Abah menunjuk pada seorang laki-laki yang duduk di ruang tamu. "Dia orangnya,"

"Ustadz Amar?" Syahla membelalakkan mata. "Menikah sama Ustadz galak itu? Nggak mau!"

Bagaimana kisah mereka selanjutnya? Apakah pernikahan mereka akan baik-baik saja?

Nantikan kelanjutannya ya🥰

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HANA ADACHI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

16. Istri Yang Sempurna

"Eh, Gus!" Ustadz Amar bersuara agak keras untuk menghentikan Gus Sahil yang hendak mengelupas lakban itu. "Di sebelah situ ubinnya memang agak geser, jadi saya kasih lakban untuk sementara."

"Oh ya?" Gus Sahil memperhatikan lagi lakban hitam itu. "Sepanjang ini geser semua? Wah, nggak beres ini. Sudah coba panggil tukang?"

"Niatnya sih begitu Gus. Cuma belum sempat saja karena masih banyak kerjaan,"

"Harus segera diperbaiki Ustadz, takutnya malah semakin parah." Gus Sahil mengingatkan.

"Iya Gus, weekend ini akan saya panggil langsung tukangnya."

"Heh..Sudah, sudah, nanti lagi membahas ubinnya. Makan dulu yuk, keburu dingin makanannya."

Ustadz Amar bersyukur karena Umi Zahra berbicara diwaktu yang tepat. Kalau tidak, entah sampai kapan ia akan berbohong. Pada akhirnya mereka menikmati makan malam mereka dalam damai.

Setelah makan malam, Umi Zahra langsung berpamitan untuk tidur. Sementara Gus Sahil dan Ustadz Amar menonton televisi di ruang tengah. Syahla dan Hafsa mencuci piring.

"Mbak Hafsa numpang tidur di kamarmu ya dek, soalnya Aisha akhir-akhir ini sering rewel, takutnya mengganggu tidurnya Umi."

Syahla mengangguk, ia tidak keberatan sama sekali.

Selesai mencuci piring, Syahla dan Hafsa masuk ke kamar untuk tidur. Sedangkan dua lelaki yang masih asyik mengobrol itu digelarkan karpet untuk tidur di ruang tengah.

Syahla berbaring di sisi kanan ranjang, di tengah-tengah ada Aisha, dan Hafsa di sisi kiri. Syahla memperhatikan kakak iparnya yang sedang menepuk-nepuk lembut Aisha. Sejak dulu, dia sangat kagum dengan istri kakaknya itu. Sudahlah cantik, pintar, baik hati lagi.

"Mbak, gimana sih caranya jadi istri sempurna seperti Mbak Hafsa?"

Hafsa mengalihkan pandangannya dari sang putri ke adik iparnya. "Hm? Memangnya kamu pikir Mbak Hafsa itu sudah sempurna?"

"Yaampun mbak, kalau Mbak Hafsa itu bukan istri yang sempurna, terus siapa? Nih ya, Mbak Hafsa itu cewek tercantik yang pernah Syahla lihat seumur hidup. Ngajinya pinter, tutur katanya lembut, nggak pernah marah. Pokoknya, Mbak Hafsa itu segala-galanya deh! Mas Sahil terlalu beruntung bisa punya istri seperti Mbak Hafsa!"

Hafsa terkekeh. Ia tidak bisa tertawa lebih keras karena takut Aisha terbangun.

"Mana ada manusia yang sempurna La? Kamu itu terlalu lebay. Mbak Hafsa pun masih punya banyak kekurangan kok,"

"Masa sih Mbak? Tapi kok, sepertinya rumah tangga Mbak Hafsa nggak pernah ada masalah sih?"

Hafsa terkekeh lagi. "Bukannya tidak ada La. Kamu cuma tidak tahu saja. Masalah rumah tangga itu ya disimpan saja di dalam rumah, jangan dibawa keluar-keluar."

"Tapi kan, itu berarti Mbak Hafsa bisa menyelesaikan masalahnya dengan sempurna, makanya sudah nggak ada masalah lagi."

"Bukan begitu," Hafsa kali ini beranjak dari tidurnya dan duduk dengan bersandar di kepala ranjang. "Justru ketidaksempurnaan lah yang menyelesaikan masalah kita,"

"Hah? Maksudnya?" Syahla mulai tertarik, dia kini ikut beranjak dari tidurnya.

"Begini loh Dek," Hafsa menjelaskan dengan setengah berbisik. "Pasangan suami istri itu memang sudah sepatutnya tidak sempurna, karena mereka memang ditugaskan untuk saling menyempurnakan satu sama lain.

Jika istri punya kekurangan, suami harus mengerti dan membantu menutupi kekurangan itu. Begitu juga sebaliknya, seorang istri harus mengerti dan memahami kekurangan suaminya."

"Oh.." Syahla menganggukkan kepalanya. "Tapi, gimana caranya suami dan istri bisa saling mengerti?"

"Makanya," Hafsa mengelus punggung tangan adik iparnya lembut. "Dalam waktu pernikahan yang sangat lama itu, ada beberapa tahap yang harus dilewati. Tahap salah paham, kemudian marah, berbaikan, dan akhirnya mengerti tentang satu sama lain. Prosesnya tidak singkat, dan kita harus bisa melewati semuanya untuk mencapai akhir yang bahagia."

"Jadi, apa Mbak Hafsa dan Mas Sahil sekarang sudah mencapai akhir yang bahagia?"

"Tentu saja belum," Hafsa menggelengkan kepalanya. "Kami berdua juga masih perlu melewati tahap-tahap itu. Kadang kami juga masih sering selisih paham, tidak mengerti keinginan satu sama lain. Tapi, kami berusaha berjalan bersama untuk menuju kebahagiaan itu."

"Berarti, bisa jadi prosesnya nggak akan selesai dong mbak? Karena kan setiap manusia itu nggak bisa lepas dari masalah. Terus, kapan bahagianya?"

"Pertanyaan kamu menarik. Jawabannya, bisa jadi kebahagiaan itu hadir bukan di akhir, tapi justru di dalam proses perjalanannya."

"Hah?" Syahla menggeleng-gelengkan kepalanya. Dia bingung antara bahasa Hafsa yang terlalu tinggi atau dirinya yang terlalu bebal untuk mengerti. "Maksudnya gimana mbak?"

"Ibaratnya, meskipun badai topan menghadang, asalkan bersama orang yang dicintai, pasti akan melewatinya dengan gembira."

"Nah, itu masalahnya! Kalau melewatinya tidak bersama orang yang dicintai, bagaimana?"

"Cinta itu ada karena terbiasa, Syahla. Mbak tahu kok, mungkin sekarang kamu belum merasakan hal-hal seperti itu dengan Ustadz Amar. Tapi Mbak yakin, saat waktunya tiba, kamu pasti bisa merasakan ketulusan suamimu."

"Apaan sih, Mbak?" Syahla cemberut. "Kita kan nggak lagi bahas rumah tangga ku sama Ustadz Amar,"

"Loh, ini namanya pelajaran. Memangnya kamu mau tidur terpisah sama suamimu terus?"

"Hah? Maksud Mbak?"

Hafsa tersenyum simpul. "Kamu pikir, Mbak nggak tahu kalau kalian pisah ranjang?"

Syahla menutup mulut karena shock mendengar ucapan kakak iparnya. "Kok, Mbak bisa tahu?"

"Nah, ini juga harus kamu pelajari Dek," Hafsa mendekatkan wajahnya pada Syahla. "Ini namanya insting wanita."

Syahla masih menganga takjub. Sepertinya penyamaran mereka sudah sempurna, deh? Kenapa masih bisa ketahuan?

"Mbak, tapi mbak nggak bakal bilang siapa-siapa kan?" Syahla berkata takut-takut. Mau menyangkal juga tidak mungkin karena sudah terlanjur ketahuan. "Jangan sampai Umi tahu ya, Mbak?"

"Nggak akan, sayang.." Hafsa mengelus pundak adik iparnya menenangkan. "Mbak mengerti karena ini semua juga bagian dari proses. Tapi, kalau bisa prosesnya jangan lama-lama ya, biar Aisha cepet punya teman main."

Syahla membelalakkan matanya mendengar ucapan jail dari sang kakak ipar.

"Tahu ah, Mbak Hafsa! Syahla ngantuk, mau tidur!"

Hafsa terkekeh. Menggoda Syahla ternyata memang se-menyenangkan itu, pantas saja Gus Sahil sering melakukannya.

...----------------...

Esoknya, Syahla dan Ustadz Amar menjadi pemandu wisata dadakan untuk menemani keluarganya berkeliling Jakarta. Tujuan mereka yang utama tentu saja di tempat wisata paling ikonik di Jakarta, yakni Taman Mini Indonesia Indah. Sesampainya di sana, mereka mulai menjelajahi satu persatu wahana yang berada di sana.

Sebagai seorang ibu, Hafsa langsung menuju wahana istana anak-anak. Umi Zahra ikut mendampingi cucunya bermain di sana. Sementara Gus Sahil asyik memotret kelucuan putrinya.

"Kalian pergi saja sana, jalan-jalan berdua." usir Gus Sahil.

Syahla memanyunkan bibirnya. "Apaan sih, Mas? Kok ngusir-ngusir?"

"Nduk, Masmu ngomong begitu karena pengertian sama kamu. Kalian kan pengantin baru, jadi harus sering menghabiskan waktu berdua sebelum punya anak nanti. Sudah sana, kita berempat bisa kok jalan sendiri,"

"Kok Umi ikut-ikutan ngusir Syahla, sih?"

"Sayang.." Ustadz Amar meraih bahu Syahla sehingga posisi badan mereka semakin dekat. "Pergi aja yuk,"

Syahla masih terkaget-kaget mendengar panggilan mesra dari suaminya. Meskipun tahu itu hanya pura-pura, tetap saja jantungnya berdebar tak karuan.

Keluar dari lokasi istana anak-anak, mereka berdua menyusuri TMII dengan canggung. Baik Syahla maupun Ustadz Amar bukanlah seseorang yang suka liburan di luar, sehingga mereka tidak tahu harus melakukan apa sekarang.

"Ee.. Om Suami, mau coba naik itu nggak?" Syahla menunjuk kereta gantung yang berjalan di atas mereka. Dia memang sudah beberapa kali datang kesini saat studytour sekolah, tapi belum pernah naik ke wahana tersebut.

Ustadz Amar menelan ludah gugup sebelum menganggukkan kepalanya perlahan. "Ayo,"

1
Yhunie Andrianie
oallaaahhh wes falling in love💞 rupa ny pak ustadz🤭🤭
Tia H.
😅😅😅 ustadz amar iseng ya cemburu nya lucu.
Ilham Bay
Luar biasa
Ilham Bay
Lumayan
Susanti Susanti
Luar biasa
Wiwin Almuid77
jadi inget pas di pesantren dulu ada temenku yg suka bikin cerpen gitu...
Vitamincyu
❤️❤️
Tia H.
duh si bulek bikin aku mewek aja.
Tia H.
bulek kalau patokannya bisa masak bisa nyuci g mungkin suami mu kabur haduh bulek bulek.
Tutus Roimatus
Luar biasa
Zayyin Arini Riza
Baru nemu judul novel ini dan ceritanya seru.. runtutan tulisannya apik, asik buat dibaca... keren...
Rose Reea
wadaw
Rose Reea
💕🌹🌹🌹💕
Andi Bahraeni
Lumayan
Rose Reea
🤣🤣🤣🤣🤣
Rose Reea
ciyeeeeeeh
Rose Reea
Halah jadi melow 🥲
Rose Reea
huhuy
Rose Reea
sa ae lu tadz 🤭
Rose Reea
🥰🥰🥰🥰🥰
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!