Sederhana saja. Tentang seorang gadis yang bernama Hazel yang sulit melupakan seseorang yang berperan penting dalam lembaran masa lalunya dan Calix si lelaki yang memiliki ribuan cadangan disana-sini.
Karena sebuah insiden yang mana Hazel nyaris dilecehkan oleh beberapa Brandalan, menggiring Hazel, pada jeratan seorang Calix Keiran Ragaswara, laki-laki yang narsisnya mencapai level maksimal, super posesif, super nyebelin, sumber bencana, penghancur terbaik mood Hazel.
"Sekarang, Lo hanya punya dua pilihan. Lo jadi pacar gue. Atau gue jadi pacar elo!" Calix Keiran Ragaswara.
Penasaran? simak ceritanya!
-Start publish 14 juli 2023.
-FOURTH NOVEL
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rsawty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MPB•YOU ARE NOT JEALOUS?
Hazel dan Kyra menuruni tangga eskalator usai membeli kebutuhan Kyra. Kini dia sedang menenteng sebuah paper bag berisi hadiah ulang tahun untuk Kakaknya.
Hazel tidak berbelanja apa-apa karena memang tidak ada niat untuk membeli apapun. Dia hanya menemani Kyra sekaligus membantunya memilih hadiah yang bagus.
Mata Hazel memicing mencoba menajamkan indera penglihatannya, tunggu! Dia mendeteksi sebuah aura-aura bencana dari seberang sana.
"Aduh! Tuh cowok, ngapain disini sih?!" Hah, sepertinya kali ini nasibnya kembali dibuat sial sesial-sialnya. Bagaimana semesta membuat lelucon seperti ini?!
Tidak disekolah, diluar bahkan disini, ada saja skenario semesta untuk mempertemukan mereka baik itu sengaja maupun tidak sengaja.
Ketika mereka sudah turun sempurna dari eskalator, Hazel berharap hanya matanya yang bermasalah karena tidak jauh jaraknya dari mereka, kalau tidak salah ada penampakan Kekasih possessive akutnya yang selalu mengusik hari-harinya.
Dia bersama dengan kedua temannya. Candra dan Farel. Dan sepertinya--bersama dengan seorang Wanita juga? Sudahlah, Hazel tidak ambil pusing dengan itu, yang pertama-tama saat ini adalah mencari cara agar tidak ketahuan disini.
"Ky, belanjaan lo, pinjem ntar.." Hazel merebut paper bag ditangan sang sohib lalu menutupi sisi wajahnya menggunakan barang tersebut.
"Eh-ehh? Buat apaan?"
"Ada bahaya dari seberang sana! Gue harus sembunyi!" Ke ujung dunia sekalipun dirinya mungkin lelaki itu selalu gentayangan disekitarnya.
Ditempat seperti ini pun, ada dirinya. Hazel harus segera mendaftar di planet lain, biar tidak pernah berjumpa lagi dengan manusia super duper menyebalkan itu.
"Lah, apa gunanya cuma pala lu yang ketutup?! Calix hapal sama body lo tolol!" Kyra sebenarnya menoyor sisi kepala Hazel.
Tapi karena terlapisi barang belanjaannya, jadi yang kena hanya barang tersebut, Kyra menopang dahinya memakai tangan sambil merenungi nasib.
Ngomong-ngomong, ada kesalahan fatal apa yang dia lakukan di kehidupan sebelumnya hingga bisa-bisanya Tuhan tega menurunkan teman segoblok Hazel untuk dirinya.
"Dahlah, yang penting muka pari purna gue gak kelihatan." Kyra menggeleng-geleng, kadang Hazel memang suka percaya diri, akan tetapi lebih seringan insecure.
"Eh, Calix? Kalo gak salah, kayaknya sana cewek lu deh." Candra yang menyadari lebih dulu, menunjuk Hazel menggunakan dagu. Akibat petunjuknya, Calix dan Farel reflek mengikuti arah petunjuknya.
"Ngapain tuh cewek pake nutupi muka segala?"
"Positif thinking aja, mungkin mukanya terlalu wah buat dipamerin, ntar silau!"
"Eh, Calix! Mau kemana lo?"
"Nyamperin calon bini!" Sahutnya melangkah duluan meninggalkan Candra, Farel beserta Yolanda yang sedang memilih-milih barang.
Sejujurnya, suasana hati Calix sangat malas untuk keluar hari ini akibat efek penat belajar seharian dengan Lia, otak udangnya dipaksa bekerja bersama dengan Lia.
Tapi walau begitu, Yolanda bersikeras mengajaknya untuk menemaninya berbelanja dengan iming-iming akan memberinya jatah nanti malam. Siapa yang bisa menolak, coba? Ibaratkan seekor kucing yang diberikan ikan. Neneen aja lebih dari cukup kalau kata Calix mah.
Tak berselang lama dari Calix melangkah, menyusul-lah kedua kawan Calix. Sekarang, yang tersisa hanyalah Yolanda seorang diri.
Dengan netra yang sedikit membola panik, Kyra menepuk-nepuk lengan Hazel ketika menemukan Calix beserta rombongannya merajut langkah kearah mereka, "Zel, Zel, Zel! Gawat! Cowok lo jalan kearah kesini!!"
Dua kening Calix terlihat mengerut, kemungkinan dia sedang menajamkan indera penglihatannya untuk mendeteksi lebih jelas siapa orang disamping Kyra.
Mungkin saja mereka salah lihat kan? Dia masih kurang yakin seorang Hazel pergi ketempat ramai seperti ini? Kejadian langkah sekali.
"Ih Calix? Mau kemana sih? Gue belum selesai belanja tahu?!" Grusa-grusu, Yolanda mengejar langkah Calix kemudian setelah selaras, dia menggandeng lengan Calix. Yang dipeluk lengannya kelihatan tidak mengindahkan, tapi tidak menolak juga akan tindakan yang dilakukannya.
Fokusnya hanya terpusat pada gadis yang terlihat familiar menurut Calix. Setibanya didekat Hazel dan Kyra, dia menunjuk Hazel. "Hazel, bukan?"
Hazel meringis pelan, sial! dia ketahuan! pelan-pelan dia menurunkan paper bag dari wajahnya menyuguhkan ekspresi kakunya. "E-eh Calix..? Ngapain disini? Bawa pacar belanja ya? Hehehe.." Dia menampilkan deretan gigi putihnya yang tersusun rapi.
Dengan sengaja Calix mengelus punggung tangan Yolanda yang bertenggar dilengannya, dia menatap Hazel sinis. "Humm.. dia yang nemani gue saat pacar gue gak ada waktu. Bahkan gak jawab telepon gue sampai tujuh belas kali." Balasnya menyindir halus.
Skakmat! Terus terang saja disini Hazel dibuat mati kutu karena Calix bahkan sampai menghitung dengan teliti berapa kali teleponnya tidak diangkat olehnya.
"Y-yah sorry.. lagian udah ada pengganti kan? Jadi gue gak perlu nemenin lo, iya kan?"
Siapa yang tahu? Jika selama mereka berbicara, diam-diam Kyra mencuri pandang kearah Yolanda. Kedua tangannya sudah terkepal sangat kuat. Mencoba untuk terlihat tenang, Yolanda membalas lirikan matanya hanya dalam waktu sekilas.
"Sekarang kalo lo mau lanjut belanja bareng cewek lo, silahkan..Tuan.. lo lanjut aja..gue mau pulang bareng Kyra.. Ky! Ayok kita pergi dari sini."
Hazel melemparkan senyum pura-pura pada teman-teman Calix sebagai salam pamit lalu melengos, menarik paksa lengan Kyra menjauh dari sana.
Bahkan saat mereka sudah sedikit menjauh, Kyra masih enggan melepaskan matanya dari mereka, menuju Yolanda lebih tepatnya.
Mimiknya memudar, tidak ada raut pada wajahnya. Datar tanpa ekspresi sama sekali. Ada kobaran api yang menyala dalam jiwanya, apakah Yolanda tak kasat mata sehingga Hazel tidak menangkap keberadaannya? Perasaan tadi dia sampai mengelus tangan Yolanda.
Apa yang diharapkan olehnya? Mengapa dia merasa tidak puas? Tidak tahu mengapa Calix melepas dengan paksa belenggu tangan Yolanda agar dia dapat mengejar Hazel, Yolanda yang dinomor duakan jadi mencak-mencak sendiri.
"Calix ih! Gue belum selesai belanja, masa ditinggal gitu aja sih?! Siapa yang bakal bayarin belanjaan gue?!"
"Yang sabar Neng Yola.. bareng A'a Candra aja yuk sini.." Lidahnya terjulur menyapu tangannya.
Candra membasahi telapak tangannya menggunakan air liur kemudian untuk langkah selanjutnya, dia menyugar rambut kebelakang sengaja menebar pesona mautnya. Bukannya tergoda, Yolanda malah bergidik geli.
"Mungkin gue gak semempesona seperti Calix tapi kalo soal kantong? Tenang! Jangankan buat belanjain elo, utang gue ke-Mbak kantin aja belum lunas."
"Najis!" Yolanda melenggang pergi dari hadapan mereka. Selain Calix, kedua sahabat Calix tak ada yang dapat diandalkan
Farel menggampar bagian belakang kepala Candra memberinya pelajaran. Sekali-kali membuatnya sadar, tidak apa-apa kan?
"Perempuan juga kalo jalan bareng cowok, milih-milih, mana mau sama orang yang gak bermodal?"
Sementara itu, dengan langkah jenjangnya dia dapat mengejar langkah Hazel dan Kyra, "Zel!" Calix mencekal pergelangan tangan Hazel yang langsung menghempasnya kuat sehingga terlepas dengan sendirinya.
Calix mengangkat kedua keningnya saat melihat langkah Hazel dan Kyra berhasil tertunda karenanya. "Lo gak liat gue lagi bareng siapa?!"
"Bareng cewek kan?"
"Nah, itu tahu." Calix baru sadar, jika dia sering menonjolkan keberadaan dirinya bersama dengan Wanita lain kepada Hazel. Masa tidak berpengaruh sama sekali?
"Ya terus?!" Terlihat cuek sekali ketika Hazel bersidekap dada. Lelaki didepan matanya ini benar-benar aneh. Jika dia bersama Wanita lalu kenapa?
Percaya atau tidak, meskipun Hazel sedikit tidak senang, tapi fakta dia bukan tokoh utama dan hanya bagian dari mereka, yaitu salah satu mainan Calix tak bisa diganggu gugat.
"Lo gak keberatan?"
"Bentar-bentar! What do you mean?!"
"You are not jealous?" Entahlah. Dari miliaran kalimat dalam kamusnya, entah mengapa hanya itu yang meluncur. Calix jadi merutuki dirinya sendiri dalam hati.
Lihatlah sekarang, sebagai tanggapan paling dibenci oleh Calix, Hazel hanya melemparkan delikan sebelum terdengar kekehan, seolah yang dilontarkan beberapa detik lalu hanyalah lelucon semata.
"Jealous?" Ulang Hazel tak mengerti. "Ngapain gue cemburu, coba?"
"Lo kenapa gak cemburu sih? Lu cewek gue, terus gua cowok lu, masa gak cemburu?"
Kyra memilih untuk bungkam karena merasa dia tak ada hak untuk ikut campur. Secara bergantian dia menggulir indera penglihatannya ke sana-sini sesuai arah siapa yang berbicara.
Pada drama kali ini kelihatannya, Calix seperti tidak terima Hazel tak merasakan yang namanya cemburu setelah memergoki dirinya bersama Wanita lain.
"Ya terus mau lo gue harus apa? Cakar-cakar muka cewek yang tadi? Atau jambak rambutnya? Oh.. atau gue cemplungin ke selokan biar woah gitu?"
"Lo berharap gue kayak cewek yang kehilangan akal sehat berkelahi dengan dia?! Sorry-sorry aja nih ye.. gue bukan tipikal cewek yang suka berantem hanya karena cowok."
Jika Hazel tak cemburu yang artinya dia tidak menaruh hati sedikit pun padanya? Dia--jadi cowok gagal dong? Sejauh ini, Calix tidak pernah menjadi lelaki gagal dalam menaklukan kaum perempuan.
Disini yang dipertaruhkan adalah harga diri. Bisa tercemar citranya sebagai raja playboy jika begitu. "Gue gak mau tahu, pokoknya lu harus cemburu, titik gak pake koma! Kalo enggak, kita putus!" Pungkasnya menggebu-gebu.
Lah? Mulut Hazel sedikit menganga, dia agak tercengang, tentu dia benar-benar tak habis pikir, apa-apaan? Malahan bawa-bawa kata putus lagi? Calix ini paham gak sih dengan definisi cemburu yang sebenarnya? "Lah, kok maksa?"
Cemburu atau tidaknya, bukankah tergantung dari perasaan? Mana bisa dipaksa? Benar-benar deh, dia tidak tahu entah dia berpacaran dengan manusia atau bukan manusia. Masalahnya, pola pikirnya cenderung tak rasional.
Tidak hanya itu, Calix kembali mencengkram pergelangan tangan Hazel lebih kencang dari yang tadi. Sehingga Hazel sendiri pun tak mampu lagi melepas lilitan tangannya. Didalam hati Calix, dia sudah berteriak murka.
Apa yang sudah dia lakukan sekarang?!! Bukankah sekarang dia seperti mengemis-ngemis untuk meminta dicintai?! Iya, dia sadar. Namun, entah mengapa egonya yang menguasainya mampu membuatnya tidak bisa berhenti sampai disini.
"Terserah lo mau bilang gue maksa atau apapun itu, Biarin! Lo berani menentang perintah gue? Perintah gue mutlak, kalo gue bilang cemburu, berarti lo harus cemburu! Lo gak mungkin milih putus dari gue kan? Secara gue pacar yang paling semp--""
"Yaudah, fine! kita putus! Beres kan?" Sela Hazel benar-benar jengah. Percuma, dia sudah dapat menerka apa yang akan menjadi balasan Calix.
"Gak-gak! Apaan lo milih putus? Lo gak ada kewenangan untuk milih!"
"Calix!!" Volume suara Hazel naik satu oktaf. Bagaiman tidak? Tubuhnya seketika melayang beralih dipikul layaknya karung beras oleh Calix tersampir pada bahunya.
Tak tinggal diam, Hazel melakukan pemberontakan. Dia memukul-mukul punggung kekar Calix. Kaki-kakinya berayun-ayun diudara.
Terus, di sekeliling mereka banyak pasang mata yang menonton, aduh.. Hazel jadi malu setengah mati gara-gara tindakan Calix yang semena-mena.
Jika ada yang namanya keajaiban di dunia ini, dia amat berharap bisa ada magic yang dapat membawa wujudnya menghilang dari sini sekarang juga.
"Heh, lo mau bawa gue kemana hah?!"
"Lo pulang bareng gue!" Calix, sama sekali tidak bisa diajak bernegosiasi.
"Terus, Kyra gimana?!"
"Sudah pasti dia punya ongkos pulang. Kalo enggak ada, punya kaki buat jalankan?"
"Maksud lo suru dia jalan kaki?! Calix! Turunin gue!" Hazel meronta-ronta dengan keras, berharap dengan begitu, Calix mau mendengarkan segala jeritannya dan menurunkan dirinya disini.
Yang menjadi kendala, memangnya semudah itu bagi Calix yang si anti di instruksi menjadi orang yang mau diajak berkompromi?! Tidak adalah jawaban yang mutlak!
Sedang Kyra, tak berniat mengejar ataupun menghentikan Calix, gadis itu hanya melihat sosok Calix yang sedang memikul Hazel membawanya hendak keluar dari pusat perbelanjaan.
Di dua sisi tubuhnya sekali lagi dia mengepalkan tangannya bahkan lebih kuat yang tadi. Ada sebuah lengkungan yang sulit ditebak tercipta pada wajahnya. Manik mata yang setiap hari memancarkan keramahan, saat ini hanya memancarkan tatapan sebuah kebencian.
'Gak peduli apapun caranya, lihat saja, gue bakal memisahkan kalian berdua dengan segala cara..' sangat samar mulutnya bergumam tajam. Nyaris seperti bisikan.
...*****...
Segala pemberontak murka yang dilakukan oleh Hazel, hanya sia-sia karena Calix berhasil membawanya sampai masuk kedalam mobilnya yang terparkir diarea parkiran.
Kini Hazel sudah duduk di jok depan di samping kemudi bersama dengan Calix. "Emang harus pake cara yang kaya tadi?! Lo gak bisa bawa gue dengan cara baik-baik, apa?"
"Sekarang gue tanya, kalo semisal gue ajak lo baik-baik, lo bakal mau? Sudah pasti lo bakal nolak gue mentah-mentah. Lo akan lebih milih teman munafik lo itu ketimbang gue."
"Heh beraninya lo bilang Kyra temen munafik, dia itu temen karib gue yang selalu ada dan setia ke gue selama ini. Bahkan gue lebih dulu kenal sama dia dari pada elo!"
"Arus waktu gak bisa dijadikan tolak ukur seberapa kenalnya kita pada seseorang. Baik atau busuknya hati seseorang, kita gak akan tahu, seumpama cover gak pernah menjamin isi."
"Bisa jadi orang yang baru lo kenal lebih tulus ketimbang orang lama. Gak menutup kemungkinan, kalau saja dia adalah racun paling berbahaya, yang tanpa lo sadari menghancurkan lo secara perlahan."
Deru mobil terdengar saat Calix menghidupkan mesin, dia menancap gas tanpa aba-aba membuat tubuh Hazel yang belum sempat memasang sabuk pengaman terdorong kedepan.
Ditambah lagi ketika Calix melakukan pengereman mendadak kala menyadari Hazel yang belum memasang seat belt. Dahi Hazel nyaris terbentur dibagian depan mobil, beruntung Calix gesit manahan dahinya dengan telapak tangan yang berukuran besarnya.
"Lo gila gak pasang seat belt?!" Walaupun dengan emosi yang memuncak, tidak urung Calix mencondongkan tubuhnya agar tangannya yang menguntai melintasi tubuh Hazel dapat meraih sabuk pengaman di pinggirnya.
Seketika Hazel lupa cara meraup oksigen ketika memperhatikan Calix membantunya dengan cara kasar memasangkan seat belt biar aman, hawa-hawa panas meliputi dalam mobil.
Mulut lelaki ini tidak henti-hentinya mengeluarkan gerutuan demi kebaikan Hazel. Tubuh Calix benar-benar dekat, saking terhapusnya jarak antara mereka, fisik mereka telah saling bersentuhan satu sama lain.
Semerbak wangi parfum yang bikin nyaman menguar darinya. Entah sejak kapan parfum ini--menjadi favorit tersendiri bagi Hazel.
"Seat belt itu salah satu fitur keselamatan saat lagi berkendara. Jangan dianggap sepele, lo bukan anak kecil yang nanti dipasangin atau diingetin. Lo gak boleh ceroboh sampai melupakan memasang sabuk pengaman. Ngerti?!"
Dengan sepasang mata elangnya, Calix mengalihkan atensi dari sabuk pengaman menyorot pada Hazel.
Hazel terkesiap seakan baru buyar dari lamunannya, tangannya terangkat, Calix sontak menggetok dahinya gemas sebelum menarik dirinya lantas memperbaiki posisinya seperti sedia kala. "Dari tadi gue ngomong, lo dengerin gue gak sih?"
Hazel gelagapan. Baiklah, kali ini Hazel mengaku salah. Salahkan dirinya yang salah fokus dan tidak konsentrasi dengan pemaparan Calix. "A-ah apa? Lo ngomong apa barusan?"
"Dahlah, malah di kacangin. Berasa bicara sama orang budek gue." Calix berpasrah pada Tuhan. Dia berdoa dalam hati, semoga gadis disampingnya ini benar-benar menjadi tuli.
"Mau langsung pulang atau mampir kemana dulu?" Baru saja dia hendak menyalakan mesin lagi. Tindakannya kembali dipending oleh deringan ponsel Hazel. Dia menolehkan kepala, mendapati Hazel yang mengambil sebuah benda pipi dari dalam saku.
"Hallo?"
"Hazel, kamu lagi dimana? Kenapa belum pulang?"
"Siapa hah?!" Perasaan baru beberapa menit lalu amarahnya terlihat menyurut, kini Calix lagi lagi menjadi gondok. Berani-beraninya gadis ini mengangkat panggilan orang lain ketika lagi bersamanya.
Tenang, Hazel tidak akan masuk dalam list dendam kesumat Calix, yang perlu dikhawatirkan adalah orang diseberang sana. Nanti pertanyaan yang sama 'Mau langsung ketemu dengan malaikat maut atau singgah dulu di RS?' kembali berlaku.
"Hazel? Itu suara siapa? Kamu lagi bareng cowok?"
Dengan ujung mata melirik hati-hati kearah Calix. Detik ini, aura-aura suram mendominasi dirinya, terlihat sangat gelap menguasainya. Mendadak Hazel meneguk salivanya amat sulit.
Ada dua bagian yang mengintimidasinya, takut ketahuan Mamanya dan takut dengan aura mencekam yang dikeluarkan oleh Calix. "I-ini..Hazel lagi bareng temen.." Perkataan Hazel memancing pelototan tajam dari Calix.
Bugh!
Dengan emosional, Calix memukul setir mobilnya tak terima. "Temen matamu! Bohong, jangan percaya sama dia! Gue pac--hmphhh!!" Dipukul-pukulnya tangan kecil Hazel yang membekap mulutnya agar suara baritonnya tidak bisa lagi keluar kepermukaan.
Calix benar-benar berbahaya. Tahu, tidaknya siapa yang menjadi lawan bicaranya diseberang telepon, tanpa bisa dia cegah, dia secara tak sengaja akan mengumbar hubungan mereka.
Hazel takut, Mamanya akan marah mengingat betapa sensitifnya sang Mama jika sudah berkaitan lelaki yang dekat dengan Putri kesayangannya.
"Tenang aja Mah.. Hazel bareng Kyra juga kok, gak berdua aja dengan cowok.. sudah dulu ya, ini Hazel udah mau otw pulang, See you Mah!"
Tut..Tut..Tut..
Usai mengantongi ponsel, Hazel memusatkan perhatian pada Calix yang kini bertepuk tangan tak jelas. Dia mengangguk-anggukkan kepala entah untuk apa.
Disaat yang sama, Hazel hanya menatapnya aneh. "Oh.. jadi lo ada main dibelakang gue? Mah..? Bahkan sampai ada nama panggilan khusus. Good job Hazel! Gue salut sama lu!"
Hazel mendelik sensi, apaan sih? Masa lelaki ini tak mengerti Mah adalah panggilan dari Mama? Tangannya terjulur dengan berani menoyor pelipis Calix, "Dia, Mama gue, bego!"
"Hah?!" Saking terkejutnya, Calix sampai terlonjak, Mama Hazel? Berarti calon Ibu mertua... Oke, Calix dibuat speechless.
*****
Calix ada-ada saja🙄
jadi bisa jedotin itu kepala calix yang konslet nya udah kelewatan
sama sikap dia yang overprotektif itu
mantep kak
semangat!!
kok ciwi ciwi pengen banget jadi pacarnya calix
iya ga zel? wkwk