Kembalinya Gadis Cupu

Beberapa hari ini Keanu benar-benar membuktikan ucapannya, dia mengajari Kiara untuk mengontrol kekuatannya. Mulai dari memukul kayu dengan gerakan sangat lambat, hingga memukul batu bata.

Awalnya Kiara tidak bisa mengontrol kekuatannya, saat Keanu meminta Kiara untuk memukul batu bata atau kayu, bukan hanya kayu dan batu itu yang hancur. Namun, Kiara juga malah menghancurkan banyak barang.

Akan tetapi, setelah satu minggu Kiara belajar mengontrol kekuatannya, Kiara sudah mulai bisa mengontrol kekuatannya itu.

"Akhirnya!" ucap Kiara dengan bangga, karena batu yang dia sentil bisa terbelah.

"Hem! Sekarang kamu harus paham jika kekuatan kamu itu sangatlah besar, cukup dengan sebuah sentilan saja mampu membuat batu terbelah. Ingat, fokus dalam mengontrol kekuatan kamu. Jangan sampai membuat orang curiga," ujar Keanu.

"Iya, Tuan. Terima kasih karena sudah mengajarkan aku, untuk upah karena anda sudah mengajari aku dengan sabar, bagaimana kalau nanti malam aku traktir anda dan nona Kia makan di tempat favoritku dulu," tawar Kiara.

"Di mana?" tanya Keanu.

"Hanya di tempat lesehan, makan di pinggir jalan gitu. Tapi makanannya enak kok, Tuan. Rasanya juara!" ucap Kiara seraya mengangkat kedua jempol tangannya.

"Bolehlah, boleh," jawab Keanu.

Di lain tempat.

Kaesang benar-benar pusing 7 keliling, usahanya kini sudah bangkrut. Perusahaan Atmaja hanyalah tinggal nama, beruntung Kaesang tidak memiliki hutang, sehingga dia masih memiliki hak milik kantor Atmaja dan kediaman Atmaja.

Namun, walaupun seperti itu tetap saja pria itu kini terlihat frustasi. Karena kini sumber penghasilannya sudah runtuh, semua orang yang bekerja sama dengan perusahaan Atmaja tiba-tiba saja mengundurkan diri.

Kaesang sudah meminta bantuan kepada teman-temannya. Dia bahkan sudah mengemis kepada orang-orang yang dulunya bekerja sama dengan perusahaan Atmaja, sayangnya tidak ada yang menggubrisnya.

Kini pria itu sedang membanting semua barang yang ada di depan matanya sebagai bentuk luapan emosinya, terlebih lagi ketika mengingat Kayesa yang mengirimkan pesan chat akan meninggalkan dirinya, Kaesang semakin frustasi.

"Aku harus menemui Kayesa, kenapa bisa dia ingin meninggalkan aku begitu saja? Padahal, dulu setiap dia meminta apa pun aku selalu memberikannya. Kenapa di saat aku terpuruk, dia malah mau meninggalkan aku?" tanya Kaesang.

Cape bertanya-tanya kepada dirinya sendiri, akhirnya Kaesang memutuskan untuk pergi ke apartemen milik kekasihnya itu.

Ya, Kaesang menganggap jika Kayesa masih resmi menjadi kekasihnya. Karena mereka memang belum putus, hanya Kayesa yang terus saja mengancam akan meninggalkan dirinya jika Kaesang jatuh bangkrut.

Setelah bersiap, Kaesang langsung melajukan mobilnya menuju apartemen kekasihnya itu. Karena sudah mengetahui kata sandinya, Kaesang bisa dengan mudah masuk ke dalam apartemen itu.

"Yang!" panggil Kaesang ketika dia melihat Kayesa yang sedang asik mematut dirinya di depan cermin.

"Hem! Untuk apa kamu datang ke sini?" tanya Kayesa.

"Untuk menemui kamu, aku butuh ketenangan. Aku sedang--"

"Frustasi karena usaha kamu bangkrut?" tanya Kayesa dengan cepat memangkas ucapan dari Kaesang.

"Yang, ngga bangkrut juga. Hanya sedang goyah saja, besok juga aku akan mendapatkan donatur. Perusahaan Atmaja akan kembali berjaya," bohong Kaesang.

"Jangan membohongi aku, Kaesang. Aku sudah tahu jika perusahaan kamu bangkrut, lebih baik kamu pulang dan pikirkan cara untuk memajukan kembali perusahaan kamu itu," ujar Kayesa seraya menunjuk dada Kaesang.

"Ya Tuhan, Sayang. Jangan pernah kamu berkata seperti itu, selama ini aku selalu mendukungmu. Jika kamu minta uang, aku akan memberikannya. Jika kamu mau minta dukungan, aku bahkan rela tidak bekerja hanya untuk menemani kamu agar lebih semangat. Lalu, kenapa kamu seolah tidak mau menemaniku saat ini?" tanya Kaesang.

"Dengar, Sayang. Aku adalah seorang model papan atas, aku sudah sepantasnya bersanding dengan pria kaya yang mau mengorbankan harta dan juga waktunya untukku. Mungkin dulu kamu berada di dalam posisi itu, tetapi saat ini tidak."

Kayesa terlihat memandang remeh ke arah Kaesang, padahal dulu pria itu adalah pria yang begitu dia puja. Pria yang selalu dia banggakan kepada para sahabat ataupun keluarganya, tetapi kini tatapan wanita itu begitu lain terhadap Kaesang.

"Yang, bukankah sudah sepantasnya kamu menemani aku di saat sulit seperti ini?" tanya Kaesang.

"No! Aku bukan wanita bodoh yang mau menemani pria tidak berharta," ujar Kayesa.

"Yang! Kenapa kamu bilang seperti itu? Katanya dulu kamu bilang jika cinta kamu itu tulus kepadaku, kamu tidak pernah memandang hartaku. Kamu benar-benar mencintai aku apa adanya, terus... apa ini?" tanya Kaesang dengan kaget.

"Maaf, Kaesang. Mulai hari ini kita sudah tidak ada hubungan lagi, karena aku tidak mungkin berhubungan dengan pria miskin seperti kamu."

Kaesang langsung mengeratkan giginya mendengar apa yang dikatakan oleh Kayesa, dia benar-benar tidak menyangka jika wanita itu akan mengatakan hal seperti itu terhadap dirinya.

"Aku bukan pria miskin, hanya saja saat ini aku sedang jatuh dan suatu saat nanti aku bisa bangkit kembali. Kamu tidak boleh menghina aku seperti itu, karena aku adalah kekasihmu."

"Tidak lagi, karena mulai sekarang kita putus. Aku lebih memilih berkencan dengan pria kaya daripada pria miskin seperti kamu," ujar Kayesa.

"Tapi, Yang. Kita tidak bisa putus begitu saja, lagi pula apartemen ini aku yang membelikannya. Mana mungkin kamu mengusirku dari sini," protes Kaesang.

"Apartemen ini sudah kamu balik nama atas nama aku, itu artinya kamu tidak berhak sama sekali atas apartemen ini. Lebih baik sekarang kamu pulang, cuci kaki, cuci tangan, gosok gigi terus tidur." Kayesa langsung tertawa setelah mengatakan hal itu.

Kaesang mati-matian menahan amarahnya terhadap wanita itu, jika saja dia tidak mencintainya, sudah dapat dipastikan jika Kaesang akan menampar mulut wanita itu.

"Kayesa! Kamu benar-benar tidak punya hati! Kamu itu benar-benar manusia biadab," ujar Kaesang.

"Tak perlu banyak bicara, Sayang. Selama ini kamu selalu mengajak aku berpeluh, anggap saja semua yang kamu berikan kepada aku sebagai upahku karena sudah mampu membuat milik kamu itu muntah-muntah," ujar Kayesa disertai tawa.

Mendengar apa yang dikatakan oleh Kayesa, Kaesang terlihat begitu kaget. Kaesang bahkan terus saja mengumpat Kayesa dengan kata-kata yang kasar, Kayesa tidak menanggapi ucapan Kaesang karena dia mendengar bel pintu berbunyi.

"Hai, Om. Kayesa rindu," ujar Kayesa seraya bergelayut manja pada lengan pria paruh baya yang sejak tadi menekan bel pintu apartemen.

"Om juga rindu, ayo kita pergi. Kita akan menghabiskan waktu untuk berlibur, terus... kita akan menghabiskan waktu untuk bercinta." Pria itu tertawa setelah mengatakan hal itu.

Keduanya nampak pergi dari sana, Kaesang hanya bisa melongo tidak percaya melihat kepergian Kayesa dengan pria tua itu. Jika pria itu adalah pria biasa, mungkin Kaesang akan berani menghadang.

Namun, setelah Kaesang memperhatikan wajah pria itu, Kaesang sangat sadar jika pria itu adalah salah satu konglomerat yang ada di kota itu.

"Sial!" umpat Kaesang.