Perjalanan Kisah Cinta Om Pram dan Kailla - Season 1
Kailla Riadi Dirgantara, putri tunggal Riadi Dirgantara pemilik RD Group. Berusia 20 tahun, cantik, manja, kekanak-kanakan dan sangat menyayangi ayahnya yang biasa dipanggil daddy. Demi ayahnya, dia terpaksa menerima perjodohannya dengan Reynaldi Pratama ( Pram ), lelaki yang sudah dianggap seperti Om-nya sendiri.
Pram, lelaki matang berusia 40 tahun. Tampan, dewasa, bertanggung jawab dan sangat sabar menghadapi Kailla. Pram adalah anak yatim piatu, yang diasuh dan dibesarkan oleh ayah Kailla ( Riadi ) sejak berusia 10 tahun.
Karena komitmen dan tanggung jawabnya kepada kedua orang tua Kailla, dia bersedia menikahi Kailla yang terpaut 20 tahun darinya dan berjanji menjaga dan membahagiakan Kailla seumur hidupnya.
Bagaimana perjuangan dan kesabaran Pram menaklukan cinta Kailla, mendidik Kailla yang manja dan tidak dewasa menjadi wanita dan istri seutuhnya.
Bagaimana perasaan sayang yang sudah terbentuk selama 20 tahun diantara Kailla dan Om-nya Pram, berubah menjadi cinta seutuhnya.
Ikuti kehidupan rumah tangga Om Pram dan Kailla yang berbeda usia dan karakter.
Visual di novel diambil dari berbagai sumber di internet. Hak cipta milik pemilik foto
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Casanova, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16. Pesta
Setelah kembalinya Kailla ke rumah, ia sudah ditunggu oleh daddy-nya.
“Non, dicari Bapak," kata Bu Sari yang membukakan pintu untuk Kailla.
“Daddy di mana?” Kailla bertanya, sembari menitipkan tasnya untuk disimpan di kamarnya.
“Di kolam ikan, Non. Bapak bertanya terus sejak tadi,” terang Bu Sari. Bergegas ia menuju kamar putri majikannya untuk menyimpan tas Kailla.
***
“Kamu dari mana saja, Kai?” tanya sang daddy yang sejak tadi menunggunya di pinggir kolam ikan ditemani asisten Donny.
“Tadi aku jalan ke mal. Baru juga pergi sebentar, Daddy sudah merindukanku,” ucapnya sambil bergelayut manja di pundak Riadi.
“Daddy merindukanku?” tanya Kailla mengecup pipi sang daddy yang mengulum senyuman.
“Di masa tuaku ini, yang bisa aku lakukan hanya merindukanmu, Kai,” jawab Pak Riadi.
“Ah, Daddy. Kamu membuatku sedih!” Terlihat Kailla memeluk erat daddy-nya.
“Pram menghubungimu?” tanya Pak Riadi tiba-tiba. Tangannya terlihat sibuk memberi makan ikan koi. Suara gemericik air akibat ikan yang saling berebutan menjadi kesenangan tersendiri bagi Pak Riadi.
“Ah, Om mana ingat padaku lagi, Dad. Sekarang dia sedang menikmati hari-hari tenang tanpa kekacauan. Hehehe,” jawab Kailla sambil terkekeh.
Pletik.
“Aduh! Ini sakit, Dad,” keluh Kailla sambil mengusap keningnya yang baru saja disentil Riadi.
“Tidak Om, tidak Daddy. Hobi kalian sama. Suka sekali menyentil keningku,” gerutu Kailla.
“Sudah tahu menyusahkan, tetapi kenapa tetap dilakukan. Setiap hari dia sibuk mengurusi kantor dan kenakalanmu sampai tidak punya banyak waktu untuk memikirkan dirinya sendiri,” ujar Pak Riadi.
“Hahaha.” Kailla tertawa. Kembali ia memeluk daddy-nya.
“Kamu tidak merindukannya, Kai?” tanya Pak Riadi tiba-tiba sembari menatap Kailla. Mencari sesuatu di manik mata putrinya. Ia berharap menemukan cinta dan kerinduan untuk Pram di dalam sana.
“Sedikit. Aku ingin Om cepat pulang dan mengembalikan semua kartu kreditku, Dad. Hehehe,” sahut Kailla terkekeh.
Kecupan mendarat di pipi keriput Riadi. “Dad, aku menyayangimu,” ucap Kailla, tersenyum menatap pria tua. Bahasa tubuh terlihat manja.
“Daddy juga menyayangimu. Kemarilah!” ucap Pak Riadi menarik putrinya ke dalam pelukan. Diusapnya pelan rambut panjang Kailla yang tergerai indah.
“Nanti sore, temani Daddy, ya. Kita harus mewakili Pram menghadiri undangan salah satu rekanan perusahaan kita,” ucap Pak Riadi
“Hah! Apakah aku harus ikut, Dad?” tanya Kailla ragu. Setiap ia ikut ke pesta sahabat atau kenalan Riadi, pasti tidak ada yang menarik. Hanya ada obrolan para orang dewasa yang membuatnya mengangguk tak jelas dan tersenyum tanpa memahami isi pembicaraan.
Kailla, Pak Riadi Dirgantara dan asistenn Donny
***
Di pesta.
Kailla yang tampak cantik dengan terusan biru tua berhias renda putih, terlihat menggandeng lengan Riadi masuk ke ruangan pesta. Di belakang mereka, tampak Asisten Donny yang tak kalah tampan dengan setelan putihnya. Kailla berkali-kali menggoda Donny yang kelihatan tidak seperti biasanya hari ini. Penampilan pria itu begitu memikat, jauh berbeda saat sedang bertugas menemani Riadi saat di rumah atau di kantor.
Setelah menemui sang pemilik pesta, Pak Riadi terlihat menyapa beberapa kenalannya dan memperkenalkan Kailla kepada mereka.
“Kenalkan Putriku, Kailla.” Pak Riadi mengenalkan Kailla pada para koleganya.
“Wah, gadis kecil yang suka mengganggu rapat kita dulu sudah tumbuh menjadi wanita cantik,” ujar salah satu kenalan Pak Riadi yang di sambut gelak tawa yang lainnya. Kailla yang dibicarakan hanya bisa tersenyum. Sepak terjang Kailla kecil sudah bukan rahasia lagi. Hampir semua yang pernah terlibat kerja sama dengan RD Group mengenal kenakalan Kailla kecil.
“Apa aku senakal itu dulu. ya,” batin Kailla dengan kening berkerut.
“Saya tidak melihat Pram dari tadi. Anak muda itu tidak ikut ke sini?”
“Oh ya, Pram sedang mengurus proyek di Bandung. Ada sedikit kekacauan.” Pak Riadi menjelaskan.
“Kamu beruntung mendapatkan anak itu,” ucap rekan yang lain menepuk pundak Pak Riadi.
“Sangat. Aku tidak tahu bagaimana kalau dia tidak ada di sisiku,” sahut Pak Riadi tersenyum.
Pak Riadi yang melihat Kailla sedari tadi hanya menunduk dan tersenyum tanpa melakukan apapun seolah paham kalau putrinya itu sedang dilanda kebosanan.
“Kai, kamu bisa berkeliling dan menikmati pesta. Minta Donny menemanimu. Daddy masih ingin berbincang dengan mereka,” titah Pak Riadi, berbicara pada putrinya.
“Baiklah, permisi,” ucap Kailla sambil mengangguk sopan kepada semua kenalan daddy-nya. Senyumnya langsung cerah begitu Daddy mengizinkannya berkeliling. Dari tadi ia sudah memantau makanan yang tersedia di pondok yang diletakkan di pinggir ruangan. Di saat seperti ini salah satu cara untuk menghabiskan waktu adalah mengisi perut dengan makanan lezat yang disediakan tuan rumah.
“Ayo, Don!” ajak Kailla. Bukannya ia tidak tahu, Donny juga sama seperti dirinya. Apalagi dari tadi ia melihat Donny mengedarkan pandangannya menatap para tamu yang menyantap makanan. Melihat tampang Donny pada saat itu sangat lucu, rasanya sudah ingin menggoda laki-laki yang dulu selalu menjaganya saat ia masih kecil.
“Don, kamu sudah lapar, kan?” goda Kailla sambil tersenyum.
“Aku diet, Non.” Donny menjawab singkat. Ada rasa malu juga kalau sampai ketahuan putri majikannya itu kalau ia menatap ke arah hidangan yang berjejer rapi di atas meja.
“Ah, jujur saja. Aku lihat pandangan matamu ke mana sedari tadi. Jangan malu-malu. Ayo kita hajar! Hahaha."
Donny terlihat menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ia malu, tetapi hatinya ikut tergelitik saat melihat Kailla yang begitu antusias. Terlihat Kailla mendatangi meja prasmanan panjang dan mengambil beberapa cake dan puding. Sedikit membosankan memang, tetapi ia juga tidak bisa menolak Daddy untuk datang ke pesta. Kalau bukan ia yang menemani Daddy, siapa lagi.
Tanpa Kailla sadari, sejak masuk masuk ke ruang pesta sudah ada dua orang laki-laki yang memperhatikannya di salah satu pojok ruangan.
“Ingat baik-baik. Gadis yang mengenakan gaun biru itu adalah putri tunggal Riadi Dirgantara. Kalau kamu bisa menaklukannya ... aku pastikan, Riadi Dirgantara Group beserta aset-asetnya akan menjadi milik kita. Gadis itu kunci kesuksesan kita,” jelas seorang pria pada pria lainnya sambil menunjuk ke arah Kailla yang sedang menikmati cake.
“Cantik! Apakah aku harus mulai mendekatinya sekarang, Pa?”
“Cukup memantaunya saja untuk saat ini. Kita akan mencari waktu yang tepat. Pastikan kamu menempatkan seseorang untuk mengawasinya. Aku tidak mau kehilangan kesempatan lagi,” ucap pria gempal yang terlihat lebih tua sambil menyeringai licik.
***
Keesokan harinya, di salah satu kamar hotel di Bandung. Pram terbangun dengan kepala sedikit pusing. Ia tidak bisa mengingat apa-apa, kepalanya berat sekali. Setelah mencoba bangun dan duduk, ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling kamar. Ini bukan kamar tempat ia menginap, dan yang membuatnya kaget adalah ia terbangun dalam keadaan polos. Semua pakaiannya sudah berserakan di bawah tempat tidur.
“Breng’sek! Permainan apa lagi ini?” Pram meremas rambutnya kesal setelah ia berhasil mengumpulkan semua ingatannya secara sempurna.
“Siapa yang mengerjaiku sekarang? Kurang ajar!” geramnya mengepalkan tangan. Rahangnya mengeras, menahan amarah. Ia masih berusaha menerka-nerka, siapa yang telah mengerjainya saat ini. Mengumpulkan ingatan di tengah pusing yang mendera kepalanya.
Bunyi dering ponsel memaksa Pram untuk turun dan mencari keberadaan benda pipih itu. Setelah mendapati bunyi ponsel berasal dari saku celananya, segera Pram meraih celana hitam yang tergeletak di lantai itu dan merogoh gawainya.
“Kamu ....”
***
TBC
Terima kasih.
Love you all