Seorang kunoichi (ninja wanita) bernama Ayame mengalami perpindahan jiwa yang mengejutkan.
Perpindahan jiwa itu membawanya ke dalam tubuh seorang putri bernama Lian Hua, yang terkenal dengan kelemahannya yang mendalam.
Meskipun dihadapkan pada situasi yang sulit, Ayame menggunakan keahliannya yang luar biasa untuk beradaptasi dengan kehidupan barunya. Dia mengeksplorasi pengetahuan Lian Hua tentang politik dan strategi kerajaan, sementara juga menyempurnakan keterampilan fisik dan mentalnya melalui latihan kunoichi yang telah dia kuasai.
Dengan tekad yang tak tergoyahkan, Ayame merubah kelemahan menjadi kekuatan. Dia menggunakan kecerdasannya untuk mendapatkan pengaruh di balik layar, membantu memperbaiki kebijakan kerajaan, dan melindungi rakyat dari ketidakadilan.
Namun, takdir memiliki rencana lain bagi Ayame. Di tengah perjuangannya, dia menarik perhatian Raja Iblis, seorang penguasa gelap yang memiliki kekuatan yang mengerikan.
Yuks lanjut baca...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arlingga Panega, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 16
Putri Lian Hua akhirnya bergerak kembali menuju ke tempat dimana kelima orang pelayannya saat ini tengah berlatih dengan sangat giat, bahkan Xie Wei terlihat semakin mahir menggunakan jurus-jurus yang pernah diperagakan olehnya, membuat gadis kecil itu tersenyum tipis.
Akhirnya setelah berjuang sekian lama, mereka mulai bisa menerapkan satu per satu jurus yang pernah diajarkan olehnya. Melihat kedatangan Putri Lian Hua, akhirnya keenam orang itu pun segera menghentikan latihannya, mereka bergegas untuk mendekat ke arah gadis kecil itu dan bertanya.
"Tuan Putri dari mana saja? Nubi sejak tadi mencari, tapi tak bisa menemukan keberadaan tuan putri." tanya salah seorang pelayan.
Putri Lian Hua hanya tersenyum tipis. "Bagaimana latihannya?"
Mendengar pertanyaan dari putri Lian Hua, keenam orang itu pun segera memamerkan kemampuan mereka dengan penuh semangat, membuat Putri Lian Hua tersenyum tipis. Nampaknya latihan yang dia lakukan terhadap keenam orang itu berhasil, mereka saat ini ternyata mampu mengeksekusi satu persatu jurus yang telah diberikan olehnya.
"Sepertinya saat ini kalian sudah mulai mahir, aku senang melihatnya. Baiklah! Untuk saat ini kita sudahi terlebih dahulu latihannya. Bagaimana jika kalian ikut denganku untuk menangkap ikan?" tanya Putri Lian Hua.
Mata semua orang terlihat berbinar, hari ini mereka harus berhasil menangkap ikan dengan tombak, setelah di hari-hari kemarin mereka terus saja membiarkan ikan-ikan itu berkeliaran tanpa mampu menangkapnya satu ekor pun.
Melihat semangat yang ditunjukkan oleh keenam orang itu, tentu saja membuat Putri Lian Hua langsung tertawa kecil, gadis itu masih mengingat bagaimana kelima orang pelayannya menangkap ikan, tapi malah jatuh tercebur ke dalam sungai.
Melihat wajah Putri Lian Hua, akhirnya kelima orang gadis pelayan itu pun menundukkan kepalanya, mereka merasa sangat malu karena tak mampu menjadi lebih kuat dan cekatan dibandingkan majikannya. Padahal sebelumnya mereka telah berjanji, bahwa akan menjaga Putri Lian Hua dengan sebaik-baiknya, namun hingga saat ini bahkan mereka masih belum mampu untuk menaklukan 1 jurus pun.
Akhirnya ke-7 orang itu pun segera berangkat menuju sungai, tapi sebelumnya mereka mampir sejenak ke gubuk untuk mengambil tombak. Perjalanan menuju sungai tidaklah terlalu jauh, jika menggunakan penghitungan yang ada di masa depan mungkin membutuhkan waktu sekitar 15 menit saja.
Sesampainya di sungai, mereka mulai mencari tempat sendiri-sendiri sambil sesekali matanya terlihat melirik ke kiri dan ke kanan mengikuti gerakan ikan yang berada di dalam air. Tak lama kemudian tombak yang berada di tangan kanan mereka pun segera diangkat dan dilepaskan dengan sangat cepat menuju ikan-ikan yang ada di dalam sungai itu.
Namun sepertinya gerakan mereka tidak cukup efektif, sehingga ikan-ikan itu masih bisa menghindar, Putri Lian Hua tersenyum tipis, meskipun hingga saat ini kelima orang pelayannya itu masih belum mampu untuk menangkap satu ekor ikan pun, melihat semangat dan perjuangan mereka, gadis kecil itu pun merasa sangat bangga.
Kelima orang pelayannya tak mudah menyerah, mereka bahkan selalu berusaha dan terus berusaha untuk menjadi lebih baik dari hari ke hari.
Putri Lian Hua akhirnya merasa gemas melihat kelakuan para pelayannya, tak lama gadis kecil itu pun segera bangkit, kemudian berdiri dan mengambil tombak miliknya. Dengan langkah yang sangat santai, dia pun bergerak ke arah sungai kemudian matanya terlihat begitu tajam menatap gerakan ikan yang saat ini tengah berenang dengan riangnya.
Gadis kecil itu tersenyum tipis, tak lama tangan kanannya terangkat dan langsung saja sebuah serangan yang sangat cepat mendarat dan menancap pada tubuh seekor ikan yang gemuk.
Clap...
Tombak itu langsung menembus perut ikan, putri Lian Hua segera menarik kembali tombaknya dan semua pelayannya saat ini bisa menyaksikan, bahwa di ujung tombak gadis kecil itu, seekor ikan yang sangat gemuk kini tengah menggelepar.
Akhirnya kelima orang gadis pelayan itu kembali bersemangat, mereka pun mencoba untuk melakukan hal yang sama dengan Putri Lian Hua. Setelah menghabiskan waktu hampir dua kali pembakaran hio, akhirnya kelima orang gadis pelayan itu pun berhasil menangkap satu persatu ikan yang ada di dalam sungai.
Senyum mereka semakin lebar, wajah kelima orang gadis pelayan itu pun terlihat cerah, akhirnya setelah berjuang sekian lama, mereka berhasil mendapatkan ikan. Bahkan kini terlihat banyak sekali ikan-ikan yang sangat gemuk, yang telah berhasil mereka dapatkan.
Kelima orang gadis pelayan itu pun segera membersihkannya, setelah itu mereka mulai meloncat satu persatu ke dalam air sungai, mereka terlihat begitu bahagia, berenang ke sana kemari seolah tak lagi memikirkan beban hidup, seperti ketika masih berada di dalam istana kekaisaran.
Putri Lian Hua akhirnya mengikuti para pelayannya, gadis kecil itu pun mulai menceburkan kaki lencir mulus tak bercacat miliknya, kemudian berjalan masuk ke dalam air, dia mulai bergabung dengan kelima orang pelayannya, bersenang-senang sambil sesekali memercikkan air itu kepada para pelayan.
Kelima orang gadis pelayan itu pun tak terima, mereka mulai membalas serangan dari Putri Lian Hua, sehingga percikan-percikan air itupun mulai bertebaran. Gelak tawa mereka terdengar begitu indah, bagaikan nyanyian malam.
Setelah puas bermain-main air, akhirnya mereka pun kembali ke gubuk. Saat ini Xie Wei telah bersiap dengan kayu bakar, pemuda itu bahkan telah mengambil beberapa buah-buahan segar di dalam hutan dan juga beberapa kendi air minum.
Melihat banyaknya ikan yang dibawa oleh kelima orang gadis pelayan itu, tentu saja membuat Xie Wei terkesima, apalagi saat ini perutnya terasa sangat lapar setelah melewati pelatihan yang begitu panjang. Putri Lian Hua memang tak pernah memberikan istirahat kepada mereka saat berlatih, namun jika masa pelatihan usai, mereka bebas melakukan apapun yang diinginkan.
Xie Wei bergerak dengan cepat mengambil satu persatu ikan yang berada di tangan para pelayan, kemudian membakarnya, sementara Putri Lian Hua beserta kelima orang pelayannya saat ini mulai memasuki gubuk untuk berganti pakaian.
Aroma harum ikan bakar mulai menyebar ke udara, seperti menyanyikan serangkaian harmoni yang menghipnotis indera penciuman siapapun yang berada di sekitarnya.
Aroma yang sedap itu menyebar dengan cepat, melintasi lorong-lorong dan merambat ke seluruh sudut. Baunya menghias udara membuat seluruh tempat itu diisi dengan aroma ikan yang menggugah selera.
Di tengah kelezatan yang tercium di udara, putri Lian Hua, bersama dengan kelima orang pelayannya yang setia, merasakan panggilan perut yang tak terbendung. Suara gemuruh kelaparan terdengar di dalam perut mereka, mengingatkan mereka betapa laparnya mereka telah menjadi.
Tak dapat menahan godaan yang menggiurkan, putri Lian Hua beserta kelima pelayannya setia segera bergerak menuju sumber aroma yang menarik hati mereka. Xie Wei saat ini telah menata ikan-ikan yang telah matang itu di atas daun putri Lian Hua pun segera duduk, kemudian mengajak mereka untuk makan bersama.
Tak jauh dari tempat itu, seorang pemuda nampak tengah tertidur dengan sangat nyaman di antara dahan pohon, namun kenyamanan tidurnya tiba-tiba saja terganggu, begitu aroma lezat tercium melewati indra penciumannya.
Pemuda itu pun segera bangkit kemudian berjalan mengikuti aroma lezat yang saat ini terus saja menusuk-nusuk Indra penciumannya, bahkan perutnya terus saja berbunyi seakan cacing-cacing yang berada di dalam sana tengah berpesta meminta diberikan makanan.
Namun langkahnya tiba-tiba saja terhenti, karena adanya sebuah dinding tipis yang merupakan penghalang pertemuannya dengan Putri Lian Hua. Hingga akhirnya pemuda itu hanya bisa memandang dari kejauhan, tangan kanannya saat ini mengelus perutnya yang rata. Sepertinya dia memang benar-benar lapar, hingga akhirnya memutuskan untuk kembali menuju alam bawah.
"Sial..!"