NovelToon NovelToon
Unblessed Story

Unblessed Story

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Spiritual / Romansa / Ahli Bela Diri Kuno / Penyeberangan Dunia Lain
Popularitas:9k
Nilai: 5
Nama Author: iyan al

Seorang gadis yang selalu mengeluh tentang hidupnya yang membosankan tiba-tiba saja di transmigrasi ke sebuah dunia antah berantah, menguak rahasia besar yang selama ini ia lupakan.

Penyerangan yang tiba-tiba membuat dirinya mau tidak mau harus meninggalkan seseorang yang menarik perhatiannya saat ia tiba.

Akankah gadis itu berhasil menguak identitas yang ia lupakan? Bisakah takdir mereka menyatu kembali? Apakah benang merah mereka mengkhianati mereka?

⚠️Perubahan pov akan terjadi untuk mendukung cerita, harap teliti agar tidak terlewat dan bingung.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon iyan al, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mimpi yang Nyata

Enam hari yang berat sudah Alin jalani di tempat kemah. Benar saja dugaannya jika Grace tidak lebih baik dari dugaannya. Gadis itu ternyata seorang perisak dan suka sekali membuat seseorang kesusahan. Alin korbannya entah yang ke berapa.

Selama berkemah, ia tidak bisa istirahat dengan tenang sedikit pun. Entah guru, pembina, maupun gadis itu selalu saja berhasil membuatnya tidak bisa beristirahat berkali-kali. Menunggu malam pun percuma, mimpi aneh yang membuatnya penasaran dan kepalanya terasa pecah selalu muncul dari hari pertama ia masuk ke hutan ini.

Sebenarnya hutan ini tidak terlalu jauh, hanya membutuhkan waktu satu jam maka ia bisa kembali ke apartemennya, jadi ia dan Seka akan kabur bersama ke apartemen ketika merasa malas atau lelah.

Hutan ini memiliki pemandangan yang memanjakan matanya. Pohon-pohon tumbuh dengan rindang, di bawahnya ada beberapa bunga liar yang menarik perhatian kupu-kupu untuk datang. Sebuah sungai berukuran lima meter yang jernih namun deras membelah hutan kecil dengan sangat berani, meski begitu tidak dapat menghentikan para siswi yang ingin bermain air.

Sepanjang mata memandang, Alin melihat pohon-pohon yang besar itu seperti semak. Ia memanjat pohon yang paling tinggi dan duduk di atasnya, setelah merasa nyaman, ia mulai memainkan suling yang sengaja ia bawa.

Suara gesekan daun dan serangga seakan mengikuti permainan sulingnya, Alin merasa puas hingga melupakan amarahnya seakan-akan tidak ada. Alin jadi merasa jika ia ingin pergi ke tempat yang berada di mimpinya.

Di dalam mimpinya, ia tinggal di sebuah gubuk yang berada di tengah hutan, hutan yang lebih indah dari hutan ini. Ketika pagi, bunga-bunga terlihat segar karena dilapisi embun. Kicauan burung selalu terdengar ketika matahari terbit, kepakkan sayapnya terdengar berada di sekitarnya.

Sebuah pohon cendana tumbuh di depan gubuk, biasa ia panjat duduki untuk melihat hutan membentang luas di bawahnya. Sama seperti yang ia lakukan Sekarang. Ketika sudah puas, ia akan pergi ke sungai dan menangkap beberapa ikan untuk ia makan, lalu bermain-main di halaman rumahnya sampai rembulan menampakkan diri.

"Hah."

Suara helaan nafas terdengar dengan lirih, Alin kini sudah berdiri di atas salah satu pohon untuk menunggu kelompoknya yang tidak kunjung datang. Sudah pasti rute yang ia lewati sudah diubah oleh Grace, tadi gadis itu beralasan ingin pergi ke toilet dan menyuruh Alin untuk pergi ke pos terlebih dahulu.

"Sialan."

Pikiran-pikiran buruk kembali memasuki pikirannya, suara bisikan yang biasanya muncul saat malam, kini muncul di pagi hari membuatnya rasa marah menumpuk di hatinya. Kepalan tangan Alin semakin mengencang sampai buku-buku jarinya memutih.

Satu pukulan Alin layangkan ke dahan pohon, suaranya terdengar sangat kencang, membuat kupu-kupu bersembunyi, pohon itu bergetar dan ia terjatuh, ada sebuah portal menariknya untuk jatuh ke bawah.

"Aduh, sialan ini sakit sekali brengsek."

Lagi-lagi ia mengumpat, kali ini ia mengumpat sambil menepuk pinggulnya yang terasa kebas. Pohon itu adalah pohon tinggi, dan portal itu berada di atas pohon lainnya. Alin merasa bersyukur karena tulangnya tidak patah, paling parah ia bisa mati!

Alin mengumpulkan tenaganya untuk berdiri, ia membersihkan tanah yang mengotori pakaiannya yang tiba-tiba saja berubah. Baju training khususnya kini berganti menjadi sebuah dress berwarna putih. Rasa sakit tiba-tiba menyerang kepalanya, ia menjambak rambutnya berharap rasa sakit itu berkurang.

Setelah lama berkutat dengan rasa sakitnya, ia kini merasa jika tubuhnya menjadi lebih ringan dan hangat, sebuah asap melapisi tubuhnya. Alin berusaha menghilangkan asap itu namun asap itu tidak bergerak sedikit pun.

Karena merasa jengkel, ia memilih untuk memindai pemandangan yang tersaji di depannya, sejauh matanya melihat hanya ada tanah lapang yang tertutupi rumput hijau, semak-semak liar tumbuh dengan bunga yang lebih tinggi, aneh namun indah.

Alin berjalan mendekati salah satu semak yang memiliki bunga serta buah berwarna ungu tua, jari lentiknya mengelus kelopak bunga tersebut kemudian memetik dua butir buah dan memakannya.

Rasa buahnya sangat manis sampai-sampai bisa mengukir sebuah senyuman yang tidak pernah muncul di wajahnya selama ini, saat matanya beralih kembali baru ia menyadari jika di belakangnya terdapat sebuah hutan yang lumayan luas.

"GRRRRR"

Geraman itu membuat bulu kuduknya berdiri, dengan patah-patah ia melihat menoleh ke sampingnya.

Seekor singa raksasa berdiri dengan gagah tepat di sampingnya, matanya yang merah memindai Alin dari atas rambut hingga kaki lalu terhenti di salah satu tangan Alin yang masih menggenggam buah tersebut, singa itu mendengus kencang hingga rambut Alin berterbangan.

Tubuh Alin sudah basah karena keringat ketakutan setelah melihat singa itu, namun ketakutannya kembali memudar saat menyadari jika singa itu bersiap untuk menerjangnya.

Dengan cepat Alin mengambil kedua hiasan rambut yang tidak pernah terlepas dari rambutnya. Dalam gerakan sepersekian detik, hiasan itu berhasil menusuk mata sang singa, darah menyiprat ke wajahnya.

Keduanya terdiam membeku berusaha memproses kejadian yang baru saja terjadi, Alin pertama kali sadar langsung menarik salah satu hiasan rambutnya yang tertancap, mencipratkan darah lebih banyak ke arahnya, saat sadar kembali ia meloncat dua langkah ke belakang.

Singa itu mengaum kesakitan, Alin tersadar sepenuhnya atas apa yang sudah ia lakukan pada singa itu. Ia menggumamkan maaf berkali-kali hingga singa itu kembali memandang Alin dengan marah.

Singa itu mengaum sekali lagi menunjukkan amarah yang sudah bergumul di dadanya, dengan cepat singa itu berlari ke arah Alin yang entah sejak kapan berlari ke arah hutan. Alin terus berlari memasuki hutan tanpa menoleh ke belakang, semakin dalam hutan itu semakin gelap, pohon-pohon berukuran lebih besar daripada pohon di perbatasan hutan.

Setelah lama berlari sebuah portal lagi-lagi tercipta di bawah pijakannya membuat dirinya lagi-lagi terlempar ke sebuah dimensi. Lagi-lagi Alin berdecak kesal karena banyak daun-daun kering yang menyangkut di rambutnya.

Sambil membersihkan dirinya, ia kembali memindai tempat dimana dirinya berakhir. Sebuah rumah yang dindingnya terbuat dari anyaman rotan dengan atap bolong yang bisa di lewati oleh hujan dan juga sinar matahari. Rumah ini benar-benar tidak layak dan harus di bumi hanguskan.

Kakinya menjelajahi rumah itu dengan hati-hati, seakan-akan rumah itu dapat roboh jika dirinya melangkah dengan cepat, tidak ada banyak benda di rumah itu hanya ada sebuah meja, tungku dan lemari di dapur.

Hanya ada 3 ruangan yang tersedia. Alin menyimpulkan jika yang ia tempati tadi adalah ruang tidur, dan ia berada di ruang tamu sekarang karena pintu yang mengarah keluar hanya ada di ruangan ini. Ruang ini lebih besar daripada kamar, juga lebih bersih daripada dapur.

"Tempat ini adalah mimpiku? Tapi di mimpiku tempat ini sangat bagus, luas dan juga bersih."

Monolognya terpotong karena rasa sakit di kepalanya kembali muncul, ia mendudukkan dirinya di meja, berusaha mempertahankan kesadarannya. Pandangannya memburam, potongan-potongan kisah masuk ke dalam memorinya dengan paksa.

Tubuhnya terasa sakit sekali, ia membelalakkan matanya ketika ia tidak bisa merasakan kedua kakinya. Bau amis perlahan masuk ke indra penciumannya, ia merasa hangat namun dingin di saat yang bersamaan.

Belum selesai memproses kejadian, Alin kembali dihadapkan oleh bencana. Seorang pemuda bersurai perak menghunuskan pedangnya ke perut Alin tanpa ragu. Seteguk darah keluar dari mulut Alin.

"Sial...an."

Umpatan itu keluar dari mulut Alin dengan terputus-putus, gadis itu merasakan sakit yang luar biasa. Rasanya ia akan mati sekarang juga. Ia meraih kerah pemuda itu, mencengkeramnya dengan kencang tanpa berniat untuk melepaskannya. Di rekamnya wajah itu dalam memorinya, sebelum pandangannya menggelap.

Samar-samar ia mendengar suara teriakan tepat di sebelahnya, Alin langsung menengok ke arah tersebut. Seorang pemuda bangkit dari duduknya, pemuda itu menundukkan wajahnya dan sangat berhati-hati, seperti takut jika ia akan menyinggung Alin yang menatapnya penasaran.

Alin merasa tenggorokannya terasa kering dan sakit, matanya tak sengaja melihat gelas berisi air putih, ia mengambil dan meminumnya tanpa ragu, air itu terasa segar melewati tenggorokannya, iya menebak jika pemuda itu baru saja mengisinya. Bau besi tercium ketika air itu masuk ke tenggorokannya, ia berhenti dan melihat air itu dengan seksama, mencium baunya lalu mengerutkan dahi. Merasa yakin jika masalahnya bukan ada di air itu, tapi pada tenggorokannya benar-benar terluka.

"Berapa lama aku tidur?"

"Tiga hari, nona."

Alin tersedak air liurnya sendiri setelah mendengar jawaban pemuda itu, tiga hari? Rasanya ia sudah berada di neraka selama seribu tahun! Seketika itu pula, tubuhnya merinding ketika ia kembali mengingat tentang apa yang ia lihat di mimpi.

"Bukan mimpi, aku benar-benar dibunuh."

Alin melihat kakinya yang dibalut perban, tangannya penuh dengan goresan, darah masih belum berhenti keluar dari tubuhnya saat ia bergerak. Alin mengorek telinganya yang sedikit gatal, mulai memikirkan hal-hal yang terjadi padanya.

Kejadian-kejadian aneh mulai mengikutinya setelah Alin melihat pemuda di aula itu, semenjak saat itu Alin mulai bermimpi aneh, tentang Alin yang sebenarnya adalah seorang raja iblis pertama, tempat ia seharusnya bukanlah di bumi, tapi disini di dunia antah berantah ini.

"Aku- Aku tidak membunuhmu. Saat aku kembali, kau sudah tidur di kasur dan tu- tubuhmu tiba-tiba saja terluka."

Pemuda itu berusaha menjelaskan kejadian yang sebenarnya membuat Alin tersadar jika dikamar ini tidak hanya ada dirinya saja, masih ada pemuda lain disisinya. Jujur saja, menurutnya penampilan pemuda itu sangat manis hingga terlihat cantik.

Rambutnya yang panjang di sanggul rapih, poninya menutupi kening menambah kesan cantik tersendiri, wajahnya terlihat sangat imut, bulu mata yang panjang menghiasi bola matanya yang berseri indah, sekilas Alin merasa jika ia sedang menatap alam semesta.

Sayang sekali bajunya terlihat lusuh dan pipinya tirus, terlihat seperti orang yang sangat miskin.

"Oh benar, jika ini kenyataan, aku juga orang miskin sekarang."

Alin menepuk dahinya. Pemuda itu masih tidak bergerak dari tempatnya, berdiri mematung sambil memandang Alin dengan penuh kewaspadaan yang sedikit terpancar kala ia lagi-lagi melihat Alin berbicara sendiri.

"Kau kenal denganku?"

Alin bertanya sambil menunjuk dirinya, pemuda itu menjawab dengan gelengan ragu-ragu.

Helaan kasar kembali ia keluarkan, Bagaimana bisa pemuda itu menurutinya jika ia sendiri tidak mengenal orang yang ia turuti. Pemuda ini sebenarnya terlalu baik hati atau polos menyerempet dungu?

"Baiklah dengarkan aku. Kau tidak mengenalku namun mengapa kau merawatku? Bisa saja aku ini orang jahat yang sedang mencarimu meski aku juga tidak kenal denganmu tapi mengapa kau tidak menyerangku atau mencurigaiku sedikitpun?"

Alin mendekatkan wajahnya ke wajah pemuda itu, ia menatap lamat bibir secerah cherry itu lalu menggelengkan wajahnya, berusaha menyadarkan dirinya dan fokus pada masalah utama. Pemuda itu terlihat memundurkan wajahnya, merasa tidak nyaman dengan Alin yang tiba-tiba mendekatinya

"Itu- aku hanya.. yakin jika kau orang yang baik, terlebih aku tidak berguna karena tidak memiliki kekuatan."

Alin membelalakkan matanya, rahangnya jatuh ketika mendengar ucapan pemuda itu. Ia menggeleng tidak percaya.

"Bagaimana bisa kau menganggap dirimu tidak berguna? Bahkan babi selalu sombong terhadap dirinya. Jika kau berbicara seperti itu, baiklah sekarang kita buat dirimu berguna."

Alin menarik tangan pemuda itu hingga keluar dari gubuk, jika dilihat dari luar gubuk itu benar-benar gubuk yang berada di dalam mimpinya. Dalam diam, ia mulai mengomel pelan sambil melihat gubuk itu lebih teliti.

"Kita anggap jika ini benar-benar rumahku, lalu setelah ini, apa? Aku harus berusaha dari awal lagi? Mencari pundi-pundi uang demi bertahan hidup? Bukankah seharusnya ada sebuah sistem yang memberikan misi? Atau menjadi pemandu perjalanan di dunia asing seperti novel the scum villain's self-saving system? Kalau tidak ada, aku benar-benar akan mati."

"Yaish sudahlah terserah kau saja."

Alin berteriak kesal, Ia menghentakkan kakinya ke tanah. Mengutuk siapa saja yang menyenggolnya. Hal ini membuat pemuda itu beringsut takut, ingin melarikan diri tetapi tangannya masih di genggam oleh gadis itu.

Setelah puas mengutuk, Alin melepaskan genggamannya dan berjalan ke arah hutan, ia sempat berhenti ketika menyadari jika pemuda itu tidak juga menyusulnya. Jalan setapak ini mengarah ke sebuah batu besar yang berhadapan dengan sungai jernih di depannya.

Alin lagi-lagi terdiam, tempat ini benar-benar sama seperti tempat yang ada di dalam mimpinya. Sebelum larut dengan pikirannya, Alin meminta pemuda itu untuk duduk di atas batu besar untuk berkultivasi.

Alin fokus memperhatikan pemuda itu, ia bisa melihat dengan jelas jika ada banyak asap putih yang mengelilingi pemuda itu, namun asap itu sama sekali tidak bisa masuk ke dalam tubuh pemuda itu. Berbeda dengan dirinya, asap itu dengan cepat masuk ke dalam tubuhnya hingga tubuhnya semakin terasa ringan.

Berbekal pengetahuan dari mimpinya, Alin menyalurkan energinya ke pemuda itu. Matanya terbelalak tak percaya karena energinya di terima dengan baik oleh tubuh pemuda itu. Alin memejamkan matanya, telinganya ia pasang dengan baik takut jika tiba-tiba ada sesuatu yang menyerang.

Matahari kian meninggi, menunjukkan waktu jika kini sudah siang hari. Alin membuka matanya, berhenti menyalurkan energi ke pemuda itu karena pemuda itu kini bisa berkultivasi sendiri. Ia berlari dengan semangat ke sungai, merendam kakinya di air dingin itu sedangkan tangannya sibuk menombak ikan menggunakan ranting yang berada di sekitarnya.

Saat di rasa cukup Alin berhenti memburu ikan dan mulai menyalakan api unggun untuk membakarnya, suasana hatinya sepertinya sedang dalam keadaan yang baik karena senyum tipis tidak pernah berhenti terukir dari wajahnya.

Keempat ekor ikan yang ia dapatkan, ia tusukkan pada empat ranting yang sudah ia bersihkan, bau ikan bakar menyerbak membuat perutnya mengeluarkan bunyi keroncongan. Itu sudah pasti karena dirinya sudah tiga hari ini tertidur tanpa ada makanan yang masuk ke tubuhnya.

"Hei kemari, sudahi dulu kultivasimu, kita makan terlebih dahulu."

Alin berteriak dengan lantang, pemuda itu tersentak kaget dan mengejapkan matanya lalu turun dari batu besar itu dengan bantuan Alin. Sarapan menjelang makan siang itu pun dimulai.

1
Naomi Arin
tambah penasaran sm episode selanjutnya wooeyy,
mampir dinovelku Mati Rasa ya gaess, sukses trs thor 😍
Husna15🐅
njirr😂
Husna15🐅
gimana klau Xian ktmu Ian d depan mata Chyou
Husna15🐅
Ooh🤭
Husna15🐅
😂
Husna15🐅
aku ngakak bentar kak🤣
Husna15🐅
hah? pantesan bnyk yg ngincer ian
Husna15🐅
tapi mimpi emang sering kek nyata, saking nyata perasaan dalam mimpi ke bawa d dunia nyata
Husna15🐅
lahh, efeknya masih ada terus ian gk sadar dri tdi
Husna15🐅
tunggu² aku kek ragu² 😂

alin itu ian kan? aduh.. gk salah inget kan akunya
Iyan: Alin itu Lian kak, tapi dia dipanggil apa aja juga nyaut
total 1 replies
Husna15🐅
hm, udah kembali ke dunia asli
Husna15🐅
akhirnya tau kondisi ian
Husna15🐅
ada hati yang harua di jaga😌
Husna15🐅
seperti hewan iblis
Husna15🐅
😂
Husna15🐅
ehh, tpi ini singa😆
Husna15🐅
dri dulu pengen pelihara harimau
Husna15🐅
kuat banget ya Xian
Iyan: Soalnya dia setiap cobaan dicobain
total 1 replies
Husna15🐅
😔
Husna15🐅
aku blm prnah nyium bau teratai
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!