Pelangi adalah gadis kecil yang sangat cantik, wajahnya sempurna dengan gurat timur tengah bercampur India, setidaknya itu yang biasa dikatakan para warga didesanya meski sebenarnya iapun tak tahu pasti mengenai asal usul hingga dirinya memiliki wajah seperti itu, Saat bayi ia ditinggalkan begitu saja didepan pintu sebuah panti asuhan, hujan yang reda seakan menyambut kedatangannya, itulah kenapa ia diberi nama Pelangi.
Ia adalah penghuni panti yang paling lama, ia tinggal selama 16 tahun, meski banyak yang ingin mengadopsinya saat kecil namun semua mengurungkan niatnya tatkala mengetahui jika gadis itu mengalami gangguan Jantung serius sejak lahir.
Dan karena sebuah kesalahpahaman, seorang pemuda kaya dengan julukan casanova berusia 24 tahun, memgambil secara paksa mahkota lambang kesucian gadis malang 16 tahun tersebut.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deodoran, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16
Mereka bertiga kembali berjalan menyusuri koridor rumah sakit, dua pria bersepupu itu nampak antusias berbincang, mereka berhasil mendapatkan ikan besar hanya dengan umpat cacing tanah.
Perlahan namun pasti langkah kaki Pelangi mulai melambat, ia sudah berjanji ini adalah yang terakhir kalinya bertemu dengan pria jahannam itu, Pelangi tahu ia hanya dimanfaatkan untuk sebuah kesepakatan, dengan menelisik perbincangan antara Daffin dan Tuan Yunan tadi. Dan sekarang ia yakin keberadaannya sudah tidak dibutuhkan lagi.
Lalu setelah ini ia akan pergi sejauh mungkin untuk menikmati sisa sisa kehidupannya.
Ia juga sudah tidak peduli dengan pekerjaannya di Restoran, toh dokter menyarankannya untuk tidak bekerja lagi.
'Sial dasar penyakit orang kaya' rasanya Pelangi ingin mengumpat, namun berkata kasar pun ia tak sanggup.
Haruskah ia menyalahkan takdir?
Jika ia mengalami kelainan jantung Ia seharusnya lahir dari rahim keluarga kaya raya, mungkin hidupnya tak akan semiris ini meski harus berjuang melawan penyakit Jantungnya.
Hufht.....Pelangi menatap nanar kearah pintu tangga darurat sebelum akhirnya memutuskan untuk keluar lewat sana saja dibanding harus jalan bersama Daffin.
"Tunggu" Melvin menahan pintu lift yang hendak ditutup Daffin, "Gadis itu?" Melvin akhirnya keluar dan mengedarkan pandangannya namun sama sekali tidak bisa menemukan pelangi.
"Sepertinya Dia turun melalui tangga darurat, kau tunggu di parkiran" Titah Daffin pada Melvin yang masih menautkan alisnya bingung, ia tidak menyangka Daffin akan repot repot mencari Pelangi.
"Sorry daf, tapi Pelangi tanggung jawabku, aku harus mencarinya" Tolak Melvin, ia berjalan lebih dulu dan mendahului Daffin.
Daffin hanya bisa mendesah, meski tadi sempat melupakan keberadaan gadis itu namun ia tidak bisa melupakan gejolak aneh yang dirasakan tubuhnya tatkala mencengkran lengan Pelangi di depan tuan Yunan tadi. Daffin menatap telapak tangannya dengan perasaan entah. Sepertinya ia harus memastikan sesuatu.
'Tanggung jawab' Daffin membatin, ia tak mungkin menyusul Pelangi, harga dirinya tidak mengijinkannya untuk mengejar wanita pembawa petaka dikeluarganya itu.
.
.
.
Melvin menyusuri tangga darurat dengan setengah berlari, ruang perawatan Tuan Yunan terletak di lantai 5 sehingga tidak begitu banyak anak tangga yang harus ia lalui.
"Pelangi" Panggil Melvin saat melihat gadis kecil yang kini tengah bertumpu pada pegangan tangga dengan nafas terengah engah.
"Tuan"
"Mengapa tidak ikut bersama kami?" Kini Melvin sudah berdiri dihadapan Pelangi.
"Maaf Tuan, bukankah tugas saya sudah selesai, oh iya..." Pelangi kembali mengambil sesuatu dari dalam tas kecilnya, itu adalah kartu Debit yang tadi gagal diberikan kepada Melvin.
"Ini"
"Bukankah sudah saya katakan saya bukan orang suruhan Tuan Alexander, jadi tidak ada hubungannya dengan itu" Melvin mengambil kartu Debit itu dan menyimpannya kedalam tas Pelangi.
"Pelangi hanya tidak ingin berhutang Tuan"
"Kau menolak uang tapi menerima saham sebanyak 20 persen?"
"Saham?" Pelangi tidak jadi mengeluarkan kartu debitnya lagi. Alisnya bertaut mendengar ia yang menerima saham 20 persen? Gadis itu lantas menggeleng bingung.
Melvin tak perlu penjelasan lagi, raut bingung yang terpancar diwajah pelangi menjawab semuanya.
"Kau tidak tahu? Tuan Alexander memberikanmu saham Hotel Jaxton agar Daffin putranya setuju untuk menikahimu!"
"Maaf Tuan, Pelangi orang rendahan tidak mengerti dengan saham yang tuan maksud" ucap Pelangi Polos.
'Gadis ini mengapa sangat suka merendahkan dirinya' Melvin membatin.
Saat masih menjadi anak panti Pelangi memang tak pernah memandang tinggi dirinya ditambah lagi dengan penyakit yang ia derita, lalu kemudian Daffin datang dan merenggut hal yang paling berharga miliknya membuatnya merasa jika ia adalah manusia terhina yang hidup di muka bumi ini.
Hufht.... Melvin menghela nafas berat.
"Pelangi, apa kau benar benar tak ingin menikahi Daffin?"
"Tidak Tuan" Jawab Pelangi mantap, dan melanjutkan perjalanannya, ia ingin segera terbebas dari semua orang yang berasal dari Jaxton Hotel.
Melvin mengikuti langkah pelangi.
"Kenapa?"
"Karena aku membencinya" Jawab pelangi simpel.
'Dua orang yang saling membenci dipaksa untuk menikah' Lagi lagi Melvin membatin.
"Mengapa kau membencinya, disaat semua orang ingin menjadi istrinya"
Langkah Pelangi terhenti, ia mengepalkan kedua telapak tangannya, rasanya ia ingin berteriak jika pria jahat itu sudah memperlakukanku lebih rendah dari pada binatang, akan tetapi Pelangi tak memiliki keberanian, atau lebih tepatnya ia ingin mengubur hal memalukan itu seorang diri, dan membiarkan tuhan membalas semuanya.
Pelangi tak ingin saat ia meninggal ada yang mengingatnya apalagi itu sebagai korban pemerkosaan, jika orang lain percaya mungkin akan lebib baik , tapi bagaimana jika tak ada yang mempercayainya?
Benar benar menyedihkan.
"Aku hanya membencinya, Tolong Tuan jangan bertanya Lagi" Pelangi menyeka air matanya yang sedikit keluar dengan punggung telunjuknya.
'Mungkin rasa bencinya sama seperti Daffin, rasa benci dari seorang anak kepada anak dari orang yang sudah menyebabkan ketidakbahagiaan orang tuanya' pikir Melvin.
Sangat rumit memang memahami kisah cinta segitiga antara Alexander ,Dokter Isyana dan Paula.
"Saya harap ini pertemuan terakhir kita Tuan" Pelangi sedikit menudukkan kepalanya memberi hormat, dan tanpa menatap wajah Melvin ia keluar dari pintu tangga darurat.
"Pelangi!....." Melvin mengejar dari belakang," Biarkan aku mengantarmu" ucapnya saat kembali berjalan disisi Pelangi.
"Tidak perlu Tuan"Tegas Pelangi, dan kembali melangkah.
Melvin menatap nanar pada punggung Pelangi yang perlahan menjauh.
"Kau tidak akan bisa lepas Pelangi, Tuan Alexander sudah mengikat kakimu dengan saham 20 persen itu, kau harus menikah dengan Daffin karena pria itu membutuhkannya"
Pelangi kembali menghentikan langkahnya, seakan menunggu Melvin hingga kembali berdiri disisinya.
"Apa yang harus kulakukan kalau begitu Tuan? Bantu Pelangi, Saham, uang, perjodohan Pelangi tidak pernah menginginkan ketiganya" Pelangi menatap netra Melvin dengan sendu dan penuh pengharapan, ia tak ingin lagi mempersulit kehidupannya yang memang sudah sulit ini.
"Kau.....?hah...."Melvin lagi lagi mendesah "Kau harus membujuk Tuan Alexander agar menarik kembali sahamnya hanya itu"
Pelangi tersenyum getir, padahal ia sudah berapa kali mengatakan tak ingin menjadi menantu pria yang ia panggil Uncle Alex itu, tapi kenapa Pelangi merasa seperti dijebak.
"Apa aku harus segera menghilang saja?"Gumam pelangi lirih.
"Apa yang kau katakan barusan?"
"Ah tidak tuan"
"Kalau begitu aku antar ya, kita bisa bicara dengan Daffin mengenai hal ini, mungkin kalian bisa menemukan jalan keluar tanpa harus menikah" Melvin terdengar optimis meski dilubuk hatinya ia pesimis, karena yang ia tahu tak ada yang bisa mengubah pendirian seorang Alexander Jaxton.
Pelangi terlihat berfikir sejenak meski tetap pada pendiriannya, ia sudah tak bisa lagi bertemu dengan Daffin.
"Maaf Tuan Pelangi tetap tak bisa pulang bersama Tuan" Tolak Gadis itu, namun saat hendak membalik tubuhnya, Melvin memegang Lengannya hingga ia merintih kesakitan.
"Akh..."
"Maafkan aku Pelangi," Melvin menelisik Lengan Pelangi yang baru dipegangnya dan mendapati sebuah lebam membiru terpatri disana, Melvin tertegun padahal ia tidak sekeras itu menariknya.
"Maafkan aku Pelangi"
"Tidak apa tuan, ini bukan karena tuan" Jawab Pelangi, tanda itu berasal dari Daffin saat ia memariknya dengan kasar di depan Tuan Yunan tadi.
smoga sehat slaku dn terus success thor
wlau melvin smbunyikan
lari sja rainbow jauh2