Secret Wedding ( Jimmy & Alisa )

Alisa sedang membantu Mama mertua nya memasak, dia sedang memotong bawang hingga membuat air mata nya menetes karena perih dari bawang yang tengah dia iris.

"Kok nangis? Mama maksa kamu bantu masak ya, Nak?" Tanya Raksa.

"E-ehh, enggak kok Pa. Alisa nangis karena ini, perih." Jawab Alisa sambil memperlihatkan bawang bombay yang tinggal separuh.

"Kirain aja Mama maksa kamu buat masak." Celetuk nya, tentu saja membuat istri nya mendelik.

"Masak itu hobi Alisa kok, Pa. Jadi gak usah di paksa juga Alisa pasti bantu-bantu." Jawab Alisa, membuat Raksa terkekeh, begitu juga Larissa.

"Menantu kita sangat pandai memasak lho Pah, jadi nanti kalau mereka sudah pindah rumah, kita gak usah khawatir sama perut Jimmy, istrinya pasti pandai memanjakan nya." Jelas Larissa, sedangkan Raksa hanya mengangguk dengan senyum yang dia kuluum, apalagi saat melihat wajah merona menantu nya.

Tak lama kemudian, Jimmy turun dari kamar nya dengan pakaian santai nya, celana training panjang dengan kaos berlengan pendek berwarna hitam. Seperti nya warna hitam adalah warna favori Jimmy, karena Alisa tak pernah melihat pakaian dengan warna lain di lemarinya.

"Malam, Ma, Pah." Sapa nya lalu duduk di dekat Alisa, membuat kedua orang tua itu terlihat keheranan, karena biasanya Jimmy akan memilih tempat duduk yang berada agak jauh dari istrinya, tapi kini dia duduk di kursi kosong samping Alisa. 

"Malam, sayang." Balas Larissa. 

"Makan sekarang?" Tanya Alisa pelan. Jimmy hanya menjawab dengan anggukan kepala nya. Alisa pun berdiri dan menyiapkan nasi serta lauknya di piring, lalu meletakan nya di depan Jimmy.

"Makasih." 

"Ya, sama-sama." 

Tentu saja interaksi keduanya tak luput dari pengamatan kedua orang tua nya, seperti nya hubungan pasangan muda itu mulai membaik seiring berjalan nya waktu, mungkin karena terbiasa juga.

Jimmy makan dengan tenang, begitu juga Alisa. Hanya terdengar denting sendok dan garpu yang beradu dengan piring. 

"Bagaimana sekolah kalian, apa terganggu?"

"Alisa enggak, Pa." Jawab Alisa dengan senyum canggung.

"Kalau Jimmy?" 

"Risih aja." Jawab nya singkat, membuat kening Raksa mengernyit.

"Risih gimana maksud kamu?"

"Temen Alisa cowok semua." Jawabnya membuat Alisa melotot, dia tak menyangka kalau Jimmy akan mengatakan hal itu pada orang tua nya.

"Ya terus, letak risih nya dimana?"

"Alisa gak bisa jaga jarak sama temen-temen cowoknya, pa." Jawab Jimmy datar, membuat Raksa paham. Seperti nya putranya ini mulai cemburu pada istri nya, bukankah ini bagus? Berarti Jimmy sudah mulai menerima Alisa sebagai istrinya, dan mungkin saja cinta itu sudah hadir hanya saja Dia belum menyadari nya.

"Ohh, bilang aja kamu cemburu, sayang." Celetuk Larissa membuat Jimmy mendongak, begitu juga Alisa, dia menatap wajah Suaminya dengan tatapan aneh. Apa robot juga bisa cemburu?

Entahlah, Jimmy sendiri tak tahu perasaan apa itu. Apa benar cemburu atau bukan, tapi yang jelas dia merasa tak suka saat Alisa dekat dengan teman laki-laki nya. 

"Sudah, yang penting mereka nyaman di sekolah dan tak ada yang tahu kalau mereka sudah menikah." 

Meskipun sekolah itu adalah miliknya, tetap saja dia tak bisa ikut campur kalau saja kepala sekolah harus mengeluarkan keduanya karena ketahuan menikah padahal mereka masih sekolah. Tapi ini tak bisa disebut pernikahan dini, karena usia mereka sudah sama-sama 18 tahun.

"Sejauh ini cuma Farhan yang tahu pernikahan ini, pah." Jawab Jimmy, Raksa menganggukan kepala nya. Pemuda itu tahu pernikahan ini karena dia juga ikut membantu persiapan pernikahan, sekaligus menyaksikan sendiri pernikahan itu. 

"Baiklah, setelah makan kalian beristirahat ya. Jim, ingat kalian masih sekolah jadi Alisa nya jangan di buat hamil dulu."

Uhukk.. uhukk…

Alisa yang sedang minum tersedak hingga air dari mulut nya muncrat keluar, wajah nya memerah karena batuk yang tak kunjung reda. Larissa berdiri dari duduknya dan menepuk-nepuk punggung Alisa pelan, setelah batuk nya mereda barulah dia meminta maaf karena merasa tak sopan.

"Maaf Pah, Alisa kaget." 

"Gapapa sayang, maafin papah juga kalau udah bikin kamu terkejut." 

"Iya pah." Jawab Alisa, sedangkan Jimmy hanya diam. 

'Boro-boro di bikin hamil, tidur aja di batesin guling.' Batin Jimmy berbicara. Mereka memang tidur satu ranjang sekarang, hanya saja Alisa meletakan guling sebagai pembatas di tengah-tengah mereka. Itu lebih baik dari pada harus tidur di sofa, membuat tubuhnya pegal dan sakit.

Setelah selesai makan malam, Alisa lebih dulu ke kamar, sedangkan Jimmy memilih keluar rumah. Entah kemana, Alisa tak peduli. Selama tak menganggu nya dia membiarkan saja Jimmy dengan segala tingkah polah nya yang kadang membuat dia darah tinggi. 

Tapi tak lama kemudian, pria itu masuk dengan wajah datar nya. 

"Lis.."

"Eung.." jawab Alisa, dia sudah memejamkan mata nya, karena rasa kantuk yang tiba-tiba menyerang nya.

"Gue mau pergi ke basecamp, mungkin malem ini gak balik." 

"Serah Lo aja." Jawab Alisa acuh.

"Gak ada ucapan lain gitu?"

"Emang nya mau di ucapin apaan?" Tanya Alisa, dia terpaksa membuka mata nya yang sudah berat.

"Hati-hati atau apa gitu."

"Ohh, hati-hati di jalan nya. Kalau bisa sih balik, besok sekolah." 

"Gua usahain, Lis." 

"Yaudah, gue tidur ya, ngantuk berat." Jimmy tak menjawab lagi, dia pergi ke ruang ganti untuk mengganti pakaian dan mengambil jaket nya. 

Saat keluar, dia melihat Alisa sudah tertidur lelap dengan dengkuran halus yang keluar dari mulutnya. Jimmy tersenyum kecil saat melihat gaya tidur Alisa. 

'Lagi tidur gini Lo keliatan gemesin aja, Lis.' hati kecil Jimmy yang bicara, dia mendekat lalu mengusap rambut Alisa, lalu mengecup singkat kening dan bibir istrinya. Dia ingin berlama-lama merasakan bibir itu, tapi teman-teman nya sudah menunggu di basecamp. 

Dia jadi teringat saat pertama kali mencium bibir istrinya kemarin siang di sekolah, bibir nya terasa manis. Sangat terlihat kalau istrinya itu adalah gadis yang polos, dia tak membalas ciuman nya sama sekali. 

'Selamat malam, tidur yang nyenyak.' 

Cup, lagi-lagi Jimmy mencium hangat kening Alisa. Sebagai ciuman selamat tidur. 

Setelah itu, Jimmy keluar dan menutup pintu, tak lupa mematikan lampu. Tanpa dia tahu, bahwa sebenarnya Alisa belum benar-benar tertidur. 

"Astaga jantung gue!" Ucapnya sambil meraba dada nya yang terasa berdebar tak karuan karena kecupan Jimmy.

"Dua kali dia cium kening gue, satu kali di bibir. Aarrghhh, beneran gila gue di buat tuh cowok." Alisa merutuki tingkah ajaib pria itu, benar-benar tak bisa di tebak apa saja kelakuan nya. 

Bisa datar, menyebalkan, dan sekarang membuat nya sesak sendiri karena jantung nya berdetak lebih cepat dari biasanya, hanya karena ciuman selamat malam dari Jimmy. Baru di cium lho ini, gimana kalau yang lain? Bisa-bisa dia pingsan. 

.......

🌻🌻🌻🌻🌻