Perjodohan
Terdengar klasik tapi masih banyak praktik tersebut di tengah masyarakat. Capella Permata Adityawarman, gadis 23 tahun yang baru saja menyelesaikan studinya dan bekerja sebagai jurnalis. Capella sudah dijodohkan saat ia kecil dengan Mahen. Kedua orang tersebut saling mencintai. Sebentar lagi Mahen dan Capella akan menikah, namun beberapa hari lagi pesta yang akan diselenggarakan berubah kacau saat Mahen menjadi tersangka pemerkosaan dan pembunuhan. Capella ingin membatalkan pernikahan itu dan orangtua Mahen yang terlanjur menyukai Capella serta persiapan pernikahan 90% memaksanya menikah dengan anak bungsunya yang super dingin dan nakal, Januari Harrisman Trysatia, pemuda yang masih 19 tahun. Capella harus menikahi Januari yang jauh di bawahnya dan masih labil.
"DASAR PELACUR!!" Januar meludahi Capella di depan orangtunya.
"JANUARI! DIA ISTRIMU!" teriak Megan kepada anak bungsunya.
"Sampai kapan pun gue tidak akan pernah menganggap lo istri." Januar mendorong Capella.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Amanda Ferina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 16
Capella memandang ban motornya yang bocor dengan prihatin. Ia tak tahu harus seperti apa karena jam masuknya sudah hampir datang.
Capella harus menyiapkan mental karena datang terlambat. Wanita itu pun mendorong motornya dan tiba-tiba ada mobil yang berhenti di tepi jalan.
"Kenapa?"
"Ini bannya bocor."
"Ikut? Nanti bawahan aku yang antar motor kamu ke bengkel."
"Eh..." Capella harus seperti apa. Ia bingung ikut dengan laki-laki tersebut atau ia tetap mendorong.
Tapi jika dirinya ikut ia merasa Tika enak dan juga Capella merasa malu. Ia tak mungkin ikut terlebih dengan orang yang tidak dikenalnya.
"Tapi..."
"Udah tidak ada tapi-tapian."
Ia pun keluar dari dalam mobil itu dan tampaklah pakaiannya yang serba marah membuat Capella rasanya mual karena ia tak mungkin pergi bersama orang yang sangat tinggi dari dirinya.
"Maaf, tapi saya bisa sendiri."
"Masuk aja. Kamu udah saya bilangin juga masuk, tetap di sana. Kamu mau kerja, kan? Saya tau kalau kamu hampir telat."
Apakah pria ini adalah seorang peramal hingga mengetahui kekhawatiran Capella. Capella pun terpaksa mengangguk dan ingin masuk ke dalam mobil laki-laki tersebut.
Tapi tiba-tiba ada orang yang menarik tangannya dengan kuat hingga Capella terpental dalama pelukan pria itu. Orang yang hendak menolong Capella tadi menatap ke arah orang tersebut.
"Loh?"
"Ini istri gue. Jangan bawa istri orang tanpa izin suaminya. Memalukan," ucap Januar dengan nada yang sangat posesif dan memeluk tubuh Capella dengan erat.
Capella terkejut dan langsung menatap Januar. Ia tak menyangka jika Januar ada di sini dan juga mengatakan kalimat tersebut.
"Januar," ucap Capella pelan.
Pria itu mengangkat wjahanya dan memandang Capella dingin. Ia pun menelpon temannya agar membawa motor Capella ke bengkel.
"Naik," perintah Januar kepada Capella.
Capella pun naik ke boncengan motor Januar yang sangat tinggi. Ia masih tak menyangka dengan dirinya sendiri.
"Makanya. Kalau ban motor mau bocor itu jangan dipake tapi diantar ke bengkel. Dasar nyusahin lo. Awas lo kalau ada apa-apa naik ke mobil cowok. Lo pikir lo bisa cari mangsa lain selain gue? Gak tau malu."
Capella terdiam dan membiarkan Januar yang terus mengoceh. Pria itu selalu saja bersikap seperti itu jika Capella hendak pergi bersama Arema prianya.
"Iya."
Januar pun membawa Capella dengan gas full hingga membuat Capella rasanya ingin terbang ke angkasa.
"JANUAR PELAN-PELAN!!!" teriak Capella berusaha melawan maut.
Capella pun memberanikan diri memeluk perut Januar untuk mencari perlindungan dari pria itu. Ia pun bernapas lega saat Januar membawanya dengan santai.
"Aku jantungan."
"Oh."
Januar pun membawa motornya dengan kencang kembali seolah Capella tengah dipermainkan oleh laki-laki tersebut. Capella merasa jika dirinya akan mabuk perjalanan setelah ini.
_____________
Sesampainya di depan kantor Capella, ia pun turun dari motor Januar dalam keadaan masuk angin. Capella berusaha memuntahkan sesuatu yang mengganjal di dalam perutnya ke dalam got.
Januari yang melihat Capella dalam keadaan tidak baik-baik saja lantas menghampiri wanita itu dan memijat tengkuk Capella.
"Lo gak papa? Jangan nyusahin orang dalam kondisi kaya gini," ucap Januar yang membuat Capella menatap pria itu dengan pandangan tak percaya.
Jelas-jelas pria itu yang sudah membuat ya seperti ini dan seenaknya pula laki-laki tersebut menyalahkan dirinya.
"Gara-gara kamu."
"Kok gue? Oh sekarang pintar nyalahin yah?" tanya Januar membuat Capella harus mendesah panjang dan mencari alasan untuk ia melawan pria ini.
"Bukan seperti itu. Tapi kamu yang bawa motornya kencang banget. Aku gak sanggup."
"Udah masuk sana. Ntar lo telat. Gue sengaja bawa cepat supaya lo gak telat dan gue juga gak telat masuk kampus."
Capella pun baru sadari jika Januar pasti akan telah masuk kampus jika mengantarkan dirinya.
"Maaf," ucapkan Capella sangat bersalah kepada pria itu.
Karena harus mengantarkan dirinya Januar pun telat masuk ke kampus. Pasti pria itu akan dimarah oleh dosen dan tidak akan bisa mengikuti pembelajaran.
Tanpa memikirkan ucapan Capella kemudian Januar lantas pergi ke arah kampus. Capella pun menarik nafas panjang dan masuk ke dalam kantor.
Ia melihat Meta dan Rahma tengah menghadang dirinya. Capella tidak mengerti dan mengangkat satu alisnya melihat mereka seolah tengah menatapnya penuh interogasi.
"Kenapa kalian berdiri di sana?"
"Hayoo, siapa tadi? Pacar baru. Dari helm nya aja ganteng. Kayaknya kaya banget deh," ucap Rahma yang blak-blakan membuat Capella menepuk jidatnya.
"Apa-apaan sih kalian."
"Ayo berikan penjelasan kepada teman-temanmu ini. Kami penasaran banget, siapa pria tadi? Pacar baru lo?"
"Enggak."
"Gue tau lo boong."
"Ishhh apaan sih gak percaya banget," kesal Capella kepada sahabatnya tersebut.
Ia pun masuk begitu saja dan tidak mempedulikan semua ocehan teman-temannya. Tampak Capella seolah-olah tengah mengabaikan teman-temannya.
Yang lain hanya mendesah panjang melihat ke cuekan Capella.
"Wait. Tadi bukannya kaya Januar yah? Ciehh diantar sama Januar. Ternyata masih dekat dengan keluarga Tante Megan."
Capella terdiam. Ternyata teman-temannya hebat juga bisa mengetahui bahwa itu adalah Januar meskipun pria itu mengenakan helm.
"Sok tau."
"Dari motornya mirip dengan Januar," ucap Meta yang dibenarkan oleh Rahma.
Capella menghela napas panjang dan masuk terlebih dahulu tidak peduli dengan teman-temannya. Sejenak ia berpikir apakah Januar telat atau tidak? Capella selalu kepikiran hal itu hingga membuat dirinya merasa tidak tenang.
"Siapa yang lagi dipikirkan?" tanya Rahma menghampiri Capella.
"Aku lagi pusing. Utang banyak," jawab Capella enteng dan hanya bercanda.
"Serius? Berapa emang?"
"Mau bantu?"
"Kalau masih dapat aku bayar sih aku bantu."
Capella menggelengkan kepalanya. Bukan itu yang tengah dipikirkan dirinya. Ia hanya bercanda agar bisa menenangkan pikirannya.
"Udah ah, aku lagi capek banget. Aku kerja dulu. Nanti bos marah."
Rahma menganggu dan Capella pun lanjut membuat berita baru yang lagi hangat-hangatnya di media sosial untuk segera dirilis. Capella berharap jika kali ini ia bisa memberikan yang terbaik untuk perusahaannya dan tetap fokus menulis berita tanpa memikirkan Januar.
Namun tetap saja dia tidak tenang. Ingin menghubungi Januar pun ia tak bisa.
"Capella."
Ia menoleh ke arah pria yang memanggilnya.
"Ada tugas baru. Hari ini pembalap Januar secara mendadak melakukan jumpa fans. Kita disuruh ke sana buat wawancara."
Hah? Bahkan orang yang ia pikirkan tidak masuk kampus? Apa ini karena Capella hingga ia tak masuk dan malah memutuskan untuk melakukan jumpa fans. Oh Capella kau sungguh hebat.
_________
Tbc
JANGAN LUPA LIKE DAN KOMEN SETELAH MEMBACA. TERIMA KASIH.