Berdasarkan peta kuno yang dicurinya. Ayu mengajak teman-temannya untuk berburu harta karun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon David Purnama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pilih Aku Apa Kamu?
Setelah lama tidak sadarkan diri akibat pengaruh dari asap beracun yang mereka hirup. Ayu dan kawan-kawan terbangun dengan kondisi badan yang sama sekali tidak enak.
Tubuh mereka serasa remuk. Kepala mereka pening. Rasanya mual ingin muntah tapi hanya keluar angin.
Mereka berlima terperanjat ketika kesadaran mereka mulai pulih. Ayu dan teman-temannya membaca situasi.
Mereka masih berada di tempat yang sama. Sebuah ruangan yang tampilannya bak istana.
Tapi sekarang mereka berada di dalam sebuah kurungan yang terbuat dari jeruji-jeruji besi.
Ayu, Emil, Jono, Cindy dan Arya dipenjara di dalam kerangkeng sendiri-sendiri seperti burung-burung yang ditahan supaya tidak bisa terbang.
Lima kurungan besi itu terdapat di ujung ruangan. Di dalam masing-masing kotak kerangkeng itu ada anggota dari tim pemburu harta karun.
Mereka semua panik,
“Tolong”,
“Tolong”,
“Tolong”,
“Bagaimana ini?”,
“Apa kita semua akan mati?”,
Tidak terbayang bagi mereka jika harus ditawan seperti para penjahat. Mereka ketakutan.
“Arya tetap tenang ya, jangan takut”,
Ayu mencoba berbicara kepada adiknya. Meski tidak bisa dipungkiri ia sendiri juga khawatir dengan keadaan mereka sekarang.
Jono mencoba sekuat tenaga untuk membuka jeruji-jeruji besi itu dengan paksa. Tapi ia pun tidak sanggup setelah berkali-kali berusaha.
Mereka berlima pun terperangkap di dalam kurungan itu selama berjam-jam dengan sadar dan tanpa bisa berbuat apa-apa. Tidak berkutik.
“Apa kalimat di dalam peta pada titik bulatan hitam yang keenam?”, dengan putus asa Cindy bertanya.
“TEKA-TEKI”, jawab Emil yang menjadi satu-satunya orang yang masih menghafal seluruh isi peta harta karun raja-raja dengan seksama.
“Mana teka-tekinya?”, gerutu Arya.
Tidak ada yang sadar entah kapan pintu besar jalan mereka masuk ke dalam ruangan ini telah kembali tertutup. Mungkin sewaktu mereka tak sadarkan diri.
Siapa juga yang telah memindahkan mereka berlima masuk ke dalam kurungan jeruji-jeruji besi dan mengunci mereka.
Di tempat semacam ini semuanya menjadi lumrah. Tidak ada yang aneh tapi misteri.
Kurungan-kurungan besi itu juga tidak ada lubang kuncinya atau pun gembok yang menahannya.
Pintu besar itu kembali terbuka,
Pintu itu bergeser dengan sendirinya,
Dari balik jeruji besi lima sekawan itu melihatnya, mereka menyaksikan ada orang-orang yang masuk ke dalam ruangan tempat sekarang mereka disekap.
Tiba-tiba suasana menjadi mencekam,
Ayu, Emil, Jono, Cindy dan Arya merinding dan ketakutan.
Orang-orang yang barusan datang itu berjumlah lima orang. Dan orang-orang itu adalah mereka.
“Ya Allah”,
“Apa itu?”,
“Siapa mereka?”,
“Mereka sama seperti kita”,
Ayu dan teman-temannya melihat orang-orang itu adalah Ayu, Emil, Jono, Cindy dan Arya.
Pakaian yang mereka kenakan sama. Barang-barang yang mereka bawa serupa.
Cara mereka berjalan pun juga sama. Gerak tubuh mereka sama persis.
Dan sekarang kelima sosok itu tengah berjalan menghampiri Ayu dan kawan-kawan yang tidak bisa lari kemana-mana.
Sosok-sosok yang menyerupai Ayu dan teman-temannya itu memandang diri mereka masing-masing.
Ayu memandang Ayu, Emil menatap Emil, Jono melihat Jono, Cindy meilhat Cindy, dan Arya melihat Arya.
Orang-orang itu sekarang sudah berada di hadapan Ayu, Emil, Jono, Cindy, dan Arya. Mereka berada tepat di depan kurungan masing-masing sambil memperlihatkan dengan jelas wajah-wajah mereka.
Menatap dengan tatapan mata yang mengerikan. Tersenyum dengan senyum yang menyeramkan.
Ayu dan kawan-kawan yang berada di dalam kurungan seolah dibuat mati berdiri. Mereka benar-benar takut setangah mati.
Tubuh mereka mendadak kaku. Mau menggerakkan bibir saja susahnya minta ampun.
Tidak lama setelah kehadiran sosok orang-orang yang menyerupai mereka. Salah satu dari orang-orang itu pun mulai berbicara.
Dimulai dari sosok yang sama dengan Arya, ia berbicara kepada Arya.
“Hanya empat orang saja yang bisa keluar dari tempat ini”,
“Siapa orang yang ingin kamu tinggalkan di sini?”,
Pertanyaan itu mengejutkan semua orang. Suara Arya yang bukan Arya yang asli itu juga sama persis dengan suara Arya yang asli.
Dan Arya harus menjawabnya,
“Jawablah”,
“Emil”,
Setelah cukup lama terdiam akhirnya Arya kecil menjawab Emil.
“Apa alasannya?”, pertanyaan kedua.
Tentu saja semuanya mendengar percakapan itu. Membingungkan kenapa Arya ingin Emil yang ditinggal. Padahal Emil adalah saudara Arya sendiri.
“Aku tidak suka dengan Emil karena ia sering membentak-bentak saat berbicara kepada paman dan bibi”, itulah alasan Arya.
Kemudian orang yang berdiri di hadapan Cindy berbicara. Sosok yang menyerupai Cindy itu juga memiliki suara yang sama seperti Cindy saat berbicara;
“Hanya empat orang saja yang bisa keluar dari tempat ini”,
“Siapa orang yang ingin kamu tinggalkan di sini?”,
Pertanyaan yang sama, Cindy harus menjawabnya.
“Ayu”, jawab Cindy.
Jawaban Cindy lebih memukul hati lagi. Semuanya tahu jikalau Ayu adalah sahabat Cindy.
“Apa alasannya?”, pertanyaan kedua yang sama.
“Ayu selalu mementingkan kemauannya sendiri. Ia tidak pernah melihat orang lain juga punya keinginan yang mereka impi-impikan”, jawab Cindy.
Selanjutnya giliran Jono yang mendapatkan pertanyaan serupa.
“Hanya empat orang saja yang bisa keluar dari tempat ini”,
“Siapa orang yang ingin kamu tinggalkan di sini?”,
Jono yang sebelumnya sudah memikirkan jawabannya menjawab dengan cepat;
“Arya”,
“Apa alasannya?”,
“Karena ia masih anak kecil. Kami yang sudah dewasa lebih membutuhkan harta karun itu. Dan lagi ia juga tidak terlalu berguna di tim ini”, jawaban Jono yang menohok.
Alasan yang sangat rasional dan tidak memakai hati sama sekali.
Sekarang waktunya Emil yang memberikan jawaban.
“Hanya empat orang saja yang bisa keluar dari tempat ini”,
“Siapa orang yang ingin kamu tinggalkan di sini?”,
“Jono”, Emil menjawab Jono.
“Apa alasannya?”,
“Karena hidup Jono sama sekali tidak jelas. Ia tidak punya cita-cita dan tidak memiliki semangat berjuang”, jawab Emil.
Emil memilih meninggalkan Jono yang memang setiap harinya tidak jelas pekerjaannya. Rutinitasnya hanya lontang-lantung. Hidup segan mati pun tak mau.
“Hanya empat orang saja yang bisa keluar dari tempat ini”,
“Siapa orang yang ingin kamu tinggalkan di sini?”,
Pertanyaan itu sekarang ditujukan kepada Ayu.
Dengan cerdik Ayu pun menjawab;
“Kami berlima akan keluar dari tempat ini”,
Ayu menjawab dengan penuh percaya diri.
“Apa alasannya?”,
“Empat orang yang akan keluar dari tempat ini adalah aku, Emil, Jono dan Cindy”,
“Sedangkan Arya adikku masih lah anak-anak”,
“Dan dia juga akan keluar dari tempat ini”,