NovelToon NovelToon
I Am Morgan Seraphine

I Am Morgan Seraphine

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Playboy / Cinta Beda Dunia / Diam-Diam Cinta / Ayah Darurat
Popularitas:10.4k
Nilai: 5
Nama Author: Maeee

Bagaimana jadinya ketika bayi yang ditinggal di jalanan lalu dipungut oleh panti asuhan, ketika dia dewasa menemukan bayi di jalanan seperti sedang melihat dirinya sendiri, lalu dia memutuskan untuk merawatnya? Morgan pria berusia 35 tahun yang beruntung dalam karir tapi sial dalam kisah cintanya, memutuskan untuk merawat anak yang ia temukan di jalanan sendirian. Yang semuanya diawali dengan keisengan belaka siapa yang menyangka kalau bayi itu kini sudah menjelma sebagai seorang gadis. Dia tumbuh cantik, pintar, dan polos. Morgan berhasil merawatnya dengan baik. Namun, cinta yang seharusnya ia dapat adalah cinta dari anak untuk ayah yang telah merawatnya, tapi yang terjadi justru di luar dugaannya. Siapa yang menyangka gadis yang ia pungut dan dibesarkan dengan susah payah justru mencintai dirinya layaknya seorang wanita pada pria? Mungkinkah sebenarnya gadis

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maeee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Caught

Morgan menarik napas dalam dan menghela panjang. Oscar telah pergi, Cherry masih sekolah, dan dirinya kini seorang diri di rumah.

"Eunghh!" Morgan meregangkan otot-otot tubuhnya, hari ini dirinya merasa malas pergi ke kantor.

Morgan mengangkat bahunya acuh tak acuh. Pokoknya hari ini dirinya hanya akan bermalas-malasan.

Langkah kakinya membawanya ke dapur. Dia membuat kopi dan makanan secara bersamaan sehingga aroma kopi segera menguar, berpadu dengan bau gurih makanan yang tengah ia siapkan untuk dirinya sendiri.

Setelah selesai berkutat dengan peralatan masak, Morgan membawa sarapannya ke ruang santai. Di sana ia duduk santai di sofa, menikmati setiap suapan sambil menonton film acak di tv.

Namun, bahkan sebelum alur film sepenuhnya mencuri perhatiannya, Morgan sudah merasa cukup. Ia mematikan televisinya karena makanannya pun sudah habis. Ia membawa piring dan gelas kotor ke dapur. Suara gemericik air menemani gerakannya saat ia mencuci setiap peralatan hingga bersih.

Setelah itu, awalnya ia ingin langsung bermalas-malasan tapi saat melihat seluruh penjuru rumah rasanya terlihat sangat kotor. Dengan semangat, ia pun mengusir debu yang berani menempel di permukaan furnitur, dan lantai yang terasa lengket ia pel hingga mengkilap.

Hingga akhirnya rumah pun kembali menjadi oase kenyamanan yang bersih dan teratur. Setidaknya sedikit lebih bersih daripada sebelumnya. Ia tidak begitu ahli membereskan rumah.

Langkah selanjutnya membawa Morgan ke area kolam renang. Sebelum masuk ke dalam kolam ia lebih dulu memilih musik yang cocok untuk menemaninya. Ponsel pun diletakkan di atas meja kecil yang dinaungi payung.

Tanpa ragu, ia melepaskan pakaiannya, membiarkan kulitnya merasakan kehangatan mentari sesaat sebelum akhirnya menceburkan diri ke dalam air yang menyegarkan. Waktu untuk memanjakan diri sendiri pun dimulai.

Waktu terus berlalu dan Morgan masih setia di dalam kolam.

Air kolam yang tenang beriak saat pria itu muncul dari kedalamannya. Setetes air terakhir menggelinding turun dari dagunya yang tegas, sebelum ia meraih pinggiran kolam dan menarik diri naik. Otot-otot lengannya terlihat jelas saat ia bertumpu pada tangga keramik yang basah.

Di puncak tangga ia berdiri sejenak membiarkan sisa air menetes dari tubuhnya yang atletis. Rambutnya yang basah dan sedikit berantakan ia sisir ke belakang dengan gerakan tenang, kemudian tangannya meraih handuk putih bersih yang terlipat di kursi rotan.

Dengan gerakan perlahan ia mengeringkan tubuhnya, lekuk-lekuk otot di punggung dan bahunya tampak begitu memukau di bawah sinar matahari.

Garis rahangnya semakin tegas dan setetes air yang masih tersisa di ujung rambutnya berkilauan seperti permata. Ia menatap dirinya sejenak, tersenyum sambil menaik turunkan alisnya, aura ketampanan terpancar begitu kuat, tapi anehnya selain Cherry, sulit ada wanita yang jatuh cinta untuk waktu yang lama padanya.

...----------------...

Morgan duduk diam di kamar Cherry. Sepi juga ternyata rumah ini tanpa gadis itu. Tangannya mengusap kasur yang tengah ia duduki, aroma Cherry membuatnya tak sabar dengan kepulangannya, ingin segera memeluk dan menciumnya.

"Oh shit," umpatnya. Ia sepertinya sudah gila karena hanya dengan memikirkan berpelukan dengan Cherry saja membuat sesuatu di balik celananya langsung berdiri semangat.

Tangannya mengambil selimut Cherry dan menghirup aromanya dalam-dalam. Ini semakin membuatnya gila dan kehilangan akal sehat.

Morgan meneguk salivanya. Mungkin melakukannya sekali saja di kamar ini tidak masalah. Tidak akan ada orang yang tahu selain dirinya sendiri.

Ia menarik napas dalam-dalam, membiarkan aroma Cherry memenuhi benaknya, membangkitkan gambaran-gambaran gadis itu dalam ingatannya.

Perlahan, imajinasinya mulai bekerja. Sosok Cherry hadir dalam benaknya, dengan senyumnya yang menawan dan tatapan matanya yang lembut.

Morgan membiarkan pikirannya berkelana, membayangkan sentuhan dan bisikan yang pernah ada. Dalam keheningan kamar ini Morgan membiarkan dirinya hanyut dalam pikirannya yang penuh dengan Cherry.

Tangannya bergerak ritmis menenangkan m1l1knya. Bayangan Cherry saat mengusap dan mer3mas m1l1knya di mobil semakin membangkitkan 9airahnya.

Di saat gerakan tangannya semakin cepat, tiba-tiba saja pintu kamar terbuka lebar dengan suara BRAK. Suara pintu membentur tembok yang cukup keras berhasil membuat Morgan terperanjat kaget.

"Oh Lord!" Oscar menutup wajahnya. Morgan yang berbuat tapi dirinya yang merasa malu. Dari sela-sela jarinya ia memerhatikan Morgan yang panik, tengah berusaha kembali memakai celananya, dan itu membuatnya tak bisa menahan tawa.

Oscar menertawakan Morgan begitu puas.

"Shit, diamlah!" gertak Morgan. Menarik napas dalam, berusaha bersikap biasa saja di saat malu menguasainya.

"Apa yang sedang kau lakukan di kamar seorang gadis?" Oscar mendekati Morgan, tersenyum mencemoohnya.

"Jadi, ini alasan kau malas bekerja? Ini yang kau sebut memanjakan diri sendiri?" Oscar menggelengkan kepalanya. "Aku tidak menyangka kau akan pergi sejauh ini."

Morgan menggaruk tengkuknya. "Aku tidak merencanakan ini dari awal. Aku hanya melakukannya secara tak sengaja," akunya. Ia menunduk, memijat keningnya. Hatinya menggerutu, merutuki nasib sialnya, dan memakai sahabatnya yang datang di saat yang tidak tepat.

Oscar duduk di samping Morgan. "Aku sarankan agar kau cepat melakukannya atau kau akan frustasi." Ia menatap kasian temannya.

"Tidak," tolak Morgan mentah-mentah. "Aku tidak ingin membuat Cherry lari lagi dari hidup ku."

"Kalau begitu lakukan saja dengannya. Dia sudah dewasa," saran lagi Oscar. Ia mengangkat dua tangannya.

"Kau gila," pekik Morgan. "Aku masih waras. Aku tidak akan melakukan itu pada gadis yang aku asuh dengan tangan ku sendiri." Ia menatap tangannya sendiri.

"Tapi sekarang kau melakukannya sambil membayangkannya, kan?" Pertanyaan itu tak mampu Morgan jawab.

"Usia mu tidak tetap muda meski kau belum menikah. Segera cari wanita untuk menikmati sisa hidup mu. Jangan biarkan sosis mu layu sebelum digunakan." Oscar terkekeh.

Morgan menggelengkan kepalanya. "Aku tidak berani meminta izin pada Cherry. Dia pasti akan marah dan kabur dariku. Apapun yang terjadi aku tak akan pernah rela kehilangannya."

"Jika Cherry tidak mau disentuh oleh mu, maka dia harus mengizinkan kau bersama wanita lain. Dia tidak boleh egois. Kau harus memberitahunya untuk bersikap dewasa, apalagi pada pria lajang yang selama ini merawatnya. Kau tidak boleh menghabiskan seluruh hidup mu hanya untuk mengasuh gadis yang bukan darah daging mu."

Morgan menghela napas berat. "Itulah masalahnya," ungkapnya. "Sebenarnya Cherry mengizinkan ku untuk melakukannya padanya. Sebelum memasuki ujiannya dia sering memintanya padaku."

"Itulah yang membuat ku gila seperti ini. Andai saja aku kehilangan kendali maka sekarang kita pasti sudah melakukannya."

Oscar tersenyum seakan begitu puas. "I love Cherry. Dia pasti tipe hyper. Ah, aku suka, aku suka, aku ingin memilikinya."

Seketika Morgan langsung melayangkan tinjunya, menggantung di udara hanya untuk memperingati Oscar. "Kau suka Cherry? Kau ingin memilikinya? Kau akan ku pukul bahkan sebelum menyentuh satu inci kulitnya."

"Lihat!" Oscar menunjuk Morgan. "Kau juga tidak mau Cherry jadi milik orang lain, lalu kenapa tidak terima saja tawarannya?"

"Kalian memang ditakdirkan untuk satu sama lain. Memang nyeleneh, tapi kupikir kau memang ditakdirkan membesarkan jodohmu sendiri. Cobalah seperti Cherry juga! Berhenti menahan diri dan berpura-pura menjadi ayah yang baik. Kau sebenarnya mau Cherry juga, kau hanya terlalu banyak memikirkan sesuatu yang tak perlu."

"C' mon...kalian bersama itu tidak aneh, toh tidak ada hubungan darah di antara kalian berdua."

"Lakukan saja bersamanya. Pasti nikmat," goda Oscar. Menaik turunkan alisnya.

"Kau gila, Oscar," pekik Morgan, melempar bantal tepat ke wajah sahabatnya itu.

"Ck!" Oscar berdecak kesal. Buang-buang waktu saja berbicara dengan pria tua keras kepala. Ia beranjak. "Sudahlah," tukasnya.

"Aku datang untuk memberitahumu bahwa akhirnya salah satu teman kita akan ada yang menikah."

"Siapa?" tanya Morgan penasaran.

"Max. Dengan wanita pilihan orang tuanya," jawab Oscar.

Morgan mengangguk. "Itu pasti," gumamnya.

"Kapan?" tanyanya, menengadah menatap Oscar yang berdiri di depannya.

"Minggu depan," jawab lagi Oscar. "Aku juga datang untuk memberitahu bahwa Max mengundang mu ke pesta lajangnya. Kau wajib datang!"

"Kenapa tidak Max langsung yang datang dan menyampaikan berita ini?"

"Karena pernikahannya mendadak sehingga saat ini dia begitu sibuk."

Oscar melemparkan kembali bantal di tangannya pada Morgan. "Pikiran kan lah. Minggu depan kau akan datang bersama Cherry atau wanita lain. Jangan datang sendiri kalau kau tidak mau malu."

"Selamat tinggal!" pamit Oscar.

...----------------...

Sekali, dua kali, tiga kali, hingga rasanya Cherry lelah menoleh pada Morgan, tapi pria itu terus menatapnya tanpa berbicara apapun. Karena ini dirinya tidak bisa fokus belajar.

"Morgan, ada apa?" tanya Cherry.

"Um...." Begitu sulit bagi Morgan untuk mengucapkan apa yang ada dalam benaknya. "Berapa hari lagi kamu ujian?"

"Empat, mungkin," jawab Cherry.

Morgan mengangguk dan mengelus kepala Cherry. "Bagaimana sampai sejauh ini? Mudah atau sulit? Capek atau biasa saja?"

"Aku berusaha dengan sungguh-sungguh, tapi aku tidak akan berharap terlalu tinggi, tapi semoga saja aku bisa dapat nilai tinggi. Lelah? Tentu saja."

Morgan tersenyum tipis. "Mau makan malam di restoran? Mengistirahatkan diri dari lelahnya belajar mungkin? kamu harus beristirahat sejenak," tawarnya.

Cherry menatap buku yang tengah dipelajarinya, berpikir cukup keras mempertimbangkan tawaran Morgan, akan tetapi pada akhirnya ia menggelengkan kepala. "Lain kali saja," tolaknya. Ia ingin fokus belajar.

"Ada apa? Kamu ingin membicarakan sesuatu? Aku tahu kamu menyembunyikan sesuatu dariku, tapi aku bukan peramal yang bisa membaca pikiran mu. Katakan saja!" tutur Cherry.

Morgan menarik napas dalam. "Tidak ada apapun," alibinya. "Kamu fokus saja belajar, aku akan duduk sebentar di luar." Ia pergi dari kamar Cherry dengan pikiran yang terasa berat.

Mungkin sebaiknya ia membicarakan saran Oscar itu nanti saja setelah Cherry selesai ujian. Ia tidak ingin menurunkan semangat gadis itu yang tampak membara.

1
partini
kalau di dunia nyata dah kena PK tuh Morgan,,untung cuma novel
egois kamu suka suka have sex
moga aja tuh Otong masti suri dulu
Bundanya Pandu Pharamadina
semanis buah Cherry
Bundanya Pandu Pharamadina
huummm 🤔😍
partini
lah salah sih,,gini aja kamu yg Kya gitu lakukan di dalam rumah kalau ga ada reaksi yg udah move on
partini
yang menang banyak si Morgan dong dia bebas berhubungan sex ,, sedangkan car kubrasa dia bukan tipe orang yg mau sex dulu
Esti Purwanti Sajidin
sweet bgt morgan
Elmi Varida
cherry msh anak2 blm dewasa.
Esti Purwanti Sajidin
cery yg di rayu aq yg senyum2 malu
Esti Purwanti Sajidin
rubah kecil hadechhhhh
Esti Purwanti Sajidin
pindah yg jauh morgan bawa cery
Esti Purwanti Sajidin
oh no morgan mna morgan
Esti Purwanti Sajidin
syemangat ka sdh aq vote 1
Esti Purwanti Sajidin
makane si drak nakal bgt ya sama cery
Vanilabutter
agresif kali si cherry
Vanilabutter
ini kenapa dar der dor sekali baru chap awal /Facepalm/.... semangat thor
my_a89
Kein Problem Thor, santai aja..semangat Thor✊
Elmi Varida
lanjut thor
Elmi Varida
kasihan sih sebenernya cherry...
wajar dia nggak peduli lg dgn ortu kandungnya secara dia dr bayi sdh dibuang.🥲
Elmi Varida
ikut nyimak thor. lanjut ya..
Elmi Varida: Amen, sama2 Thor. sukses terus dan tetap semangat ya..
Fairy: Makasih udah baca cerita aku yang tak sempurna ini☺️ kakaknya semoga sehat selalu, dikasih rezeki yang berlimpah, dan selalu dalam lindungan Tuhan☺️
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!