Casey Copeland, wanita berusia 24 tahun yang memiliki hubungan yang tidak harmonis dengan ibunya sejak ia masih kecil. Casey tidak tau mengapa ibunya membedakannya dengan kakaknya. Ibunya membenci Casey.
Casey mulai lelah dengan segala upaya yang dilakukannya hanya untuk mendapat perhatian ibunya. Casey berubah, ia tidak ingin menjadi Casey yang dulu lagi.
Casey menjebak kekasih kakaknya hingga mereka berakhir di pelaminan. Benih-benih cinta mulai tumbuh pada di antara mereka. Akankah kehidupan Casey berakhir bahagia setelah mengetahui siapa pria itu sebenarnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nidia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16: Kamu Semakin Cantik
Adeline tampak keluar dengan langkah kaki yang terburu-buru dari cafe tempatnya makan siang. Sekretarisnya baru saja menghubunginya dan mengatakan jika model yang mereka sewa untuk pengiklanan produk kosmetik barunya sudah tiba di kantor. Mereka membuat janji pemotretan dilakukan setelah makan siang, tapi model itu datang lebih awal.
"Astaga... kunci ku dimana," gumam Adeline mencari kunci mobilnya dari dalam tas miliknya. Adeline tidak fokus lagi hingga ia tak sengaja menabrak tubuh seorang pria.
"Akhh.." pekik Adeline menutup matanya.
"Kenapa tidak sakit ya," batin Adeline membuka matanya. Netranya bertemu manik biru pria di depannya. Adeline tersadar jika bobot tubuhnya sedang ditahan oleh pria itu hingga ia tidak terjatuh ke lantai. Pria itu lalu menarik tubuh Adeline hingga ia berdiri dengan baik.
"Kamu baik-baik saja," suara bariton yang seksi keluar dari mulut pria itu menyapa indera pendengaran Adeline.
"Ya.. sa... saya baik-baik saja," balas Adeline gugup.
"Astaga... aku hampir lupa," Adeline menepuk dahinya.
"Maaf, aku tidak sengaja menabrak mu. Aku harus segera pergi," ucap Adeline terburu-buru meninggalkan pria itu.
"Aku tidak menyangka jika kamu semakin cantik setelah dewasa," gumam Malvin, sebuah senyuman terukir di bibir seksinya.
*******
Casey pulang larut ke rumah. Setelah pulang dari tempat kerjanya, Casey memilih berkunjung ke kos Megan terlebih dahulu. Alasannya karena ingin menghindar dari ibunya.
"Casey... kenapa kamu pulang larut?" tanya Adeline tak sengaja bertemu Casey saat ia hendak keluar dari kamarnya.
"Aku capek kak, besok saja bertanya nya," ucap Casey masuk ke dalam kamarnya.
"Casey..." panggil Adeline mengetuk pintu kamar adiknya itu.
"Aku ingin tidur kak," ucap Casey kuat dari dalam kamarnya. Adeline menghela nafasnya, mungkin adiknya itu butuh waktu untuk sendiri. Besok ia akan bertanya pada adiknya.
Casey merasa bersalah karena sudah mengabaikan Adeline. Ia hanya marah pada Matilda bukan kakaknya. Tapi entah kenapa Casey malah melibatkan Adeline.
Casey mengambil obat tidur yang baru saja ia beli. Sepertinya malam ini ia akan mengonsumsi obat itu, mengingat tadi malam ia tidak bisa tidur semalaman.
Esok paginya Adeline tidak menemukan Casey di ruang makan.
"Bik, apa Casey sudah sarapan?" tanya Adeline kepada pelayan.
"Sepertinya belum nona, saya melihat nona Casey pergi ke tempat kerjanya lebih awal," jawab pelayan. Adeline kemudian mengangguk.
Casey tiba di depan tempat kerjanya. Belum ada pegawai yang datang kecuali cleaning service mengingat ini masih jam 7. 10. Mereka baru buka pukul 8 pagi. Casey duduk di salah satu kursi, mengeluarkan 3 buah apel dari dalam tasnya. Ia melirik setiap inci warna merah pekat dari apel di tangannya.
Casey menggigit buah apel di tangannya," rasanya lebih enak dari yang semalam," batin Casey mengunyah buah apel di mulutnya.
Sambil menunggu pegawai yang lain datang, Casey mengambil ponselnya. Sepertinya memotret diri sendiri dapat menghilangkan rasa bosannya.
Casey menghidupkan kamera depan ponselnya. Ia mulai berpose dengan beberapa gaya. Casey mengernyitkan alisnya kala menyadari wajah yang dikenalinya ada di dalam kamera ponselnya.
"Tunggu... tunggu.. kenapa ada pria ini di sini," gumam Casey menggeleng. Casey menoleh kebelakang dan terkejut melihat wajah datar Dariel yang sedang menatapnya dingin.
"Pak...." ucap Casey menundukkan kepalanya. Dariel tidak menggubrisnya sama sekali. Ia berjalan melewati Casey menuju ruang kerja Luvena. Ibunya memintanya untuk menjemput ponselnya yang tertinggal di sana karena hari ini Luvena tidak datang ke kantornya.
"Siapa yang mau dengan pria seperti itu. Aku pikir wanita itu sudah buta jika sampai mau menjadi kekasihnya," ledek Casey kesal. Casey geram melihat pria itu.