Dimalam pertamanya dengan suaminya, Patricia menyaksikan perselingkuhan suaminya dengan adik kandungnya.
Kamar pengantin yang harusnya digunakannya bersama suaminya berakhir menjadi tempat bermain suaminya dengan adik kandungnya.
Permainan panas dua orang itu dilakukan di depan Patricia tanpa ada rasa bersalah.
Karena tidak tahan, Patricia meninggalkan hotel dan berjalan dalam hujan, naasnya, dia malah menjadi korban pelecehan pria asing.
Belum berhenti di situ, seluruh harta warisan yang ia dapat dari orang tuanya juga telah dirampas oleh adiknya.
Dia bahkan dipaksa menikah lagi dengan pria lumpuh bernama Lewi, Seorang CEO yang terkenal kejam dan dingin.
Bagaimana? Mampukah Patricia mengubah takdirnya dan mendapat kebahagiaan?
Kuy temukan jawabannya dengan membaca novel ini...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon To Raja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
C16. Mencari adik ipar dan membantunya bekerja
Setelah membantu Lewi berpindah ke kursi roda, Patricia kemudian mendorong pria itu ke kamar mandi.
"Kau bisa mandi sendiri 'kan?" Tanya Patricia ketika mereka melewati pintu kamar mandi.
"Kau sedang menghinaku?" Suara pria itu menyadarkan Patricia kalau pria lumpuh memang tidak bisa mandi sendiri.
Jangankan mandi sendiri, melepas celananya pun,,, uh,,, pasti merasa kesulitan.
"Kalau begitu aku akan memanggil Jun supaya dia membantumu mandi." Kata Patricia lalu berbalik untuk meninggalkan kamar mandi.
Seperti yang sudah-sudah, Lewi tidak membiarkan perempuan itu menjauh, dia mencekal tangan Patricia dan membalikkan kursi rodanya.
"He, tadinya tidak mau membiarkan Jun membantuku, sekarang ingin lari dari tanggung jawab?! Apa begitu caramu memperlakukan suamimu?" Kata Lewi menatap Patricia.
"Aku membantumu mandi?" Patricia mengeryit, apakah Indra pendengarnya salah tangkap?
Pria di depannya tidak mungkin menyuruh seorang gadis memandikannya bukan?!
Meskipun mereka telah menikah, tetapi pernikahan itu didasari oleh sebuah paksaan, bukan karena mereka berdua saling mencintai.
"Lalu, apa kau pikir aku setuju menikah denganmu hanya untuk membuatmu menjadi pajangan?! Kalau aku menginginkan pajangan, aku lebih memilih memajang patung emas dari pada perempuan rendahan yang menikah dua kali dan sekaligus memiliki hobi memanjat ranjang!" Cibir Lewi.
Patricia berdecak kesal "Kenapa mulutmu begitu kejam? Tidakkah kau takut kalau kau terus menghina istrimu seperti itu maka lama-lama kau akan mengalami kualat?!" Tanya Patricia mengerutkan keningnya.
Pria itu sudah tahu kalau dia adalah perempuan yang menikah dua kali dan sekaligus menuduhnya sebagai perempuan pemanjat ranjang tapi dia masih menikahinya.
Jika bukan karena ingin mendapatkan seseorang untuk terus dia hina maka tidak mungkin pria itu setuju menikah dengannya.
"Kualat?! He, aku tidak menaruh hal mistis seperti itu dalam kamusku! Jadi jangan membuang-buang waktuku, cepat mandikan aku supaya aku tidak sia-sia menikahi perempuan rendahan sepertimu!" Lewi berbicara sembari menggertakan giginya membuat Patricia semakin tersulut api kemarahan.
Tapi melihat pria yang duduk di kursi rodanya, Patricia berusaha menenangkan diri lalu dia memaksakan seutas senyum datar.
"Baiklah, anggap saja aku akan mendapat pahala karena sudah membantu pria cacat yang tidak bisa melakukan apapun!" Katanya memandang puas pada pria yang duduk di kursi roda.
Wajah Lewi yang awalnya terlihat menghina berubah menjadi wajah yang dipenuhi kemarahan.
Patricia kemudian mengabaikan wajah pria itu dan menatap penampilan Lewi "Jadi katakan padaku dari mana Aku memulainya?" Tanya Patricia.
"Buka bajuku!" Jawab Lewi dengan Gigi terkatup rapat karena dia pun merasa sangat marah pada perempuan di depannya.
Ibarat melempar racun ke sungai lalu memakan ikan yang telah diracuni, maka kamu juga kama teracuni.
"Oh,," jawab Patricia segera menundukkan tubuhnya dan membuka satu persatu kancing baju Lewi.
Wajah mereka berdekatan, dan Lewi bisa melihat wajah perempuan itu benar-benar indah, dia merasa tertarik untuk menyentuhnya.
Tapi ketika dia mengangkat tangannya, dia segera tersadar dan kembali menurunkan tangannya.
Patricia memperhatikan itu, tapi dia berpikir pria itu sedang marah dan berniat mendorongnya menjauh tapi kemudian mengurungkan niatnya.
'Kenapa dia membatalkan niatnya?' Patricia bertanya-tanya dalam hati tapi dirinya tak mampu digerakkan bibirnya untuk bertanya secara langsung.
Akhirnya, baju pria itu telah terlepas, Patricia membuangnya ke keranjang baju kotor lalu melihat tubuh pria di depannya.
Dada bidang dan perut kotak-kotak, lengan kekar dan,,,
'Mengapa pria yang duduk di kursi roda memiliki tubuh yang begitu indah?' Patricia merasa sangat aneh, awalnya dia pikir tubuh pria itu akan sangat jelek, tapi ternyata,,,
"Ada apa? Diantara semua pria yang sudah pernah kau telanjangi, apakah baru kali ini kau melihat tubuh yang begitu indah?!" Lewi mencibir Patricia membuat perempuan itu mendengus kesal menyalahkan perbuatannya barusan.
"Diamlah! Sekarang aku akan melepaskan celanamu!" Patricia kembali mendekati Lewi dan mengulurkan tangannya untuk melepaskan celana pria itu.
"Bagaimana cara membuka ini?" Suara pelan Patricia terdengar berbicara untuk dirinya sendiri ketika dia kesulitan membuka celana Lewi.
Lewi mengerutkan keningnya dan memperhatikan tangan Patricia yang tidak terampil berusaha membuka pengait celananya.
"Pelakon! Jangan berpura-pura tidak tahu membukanya!" Geram Lewi.
"Hais...! Siapa yang berpura-pura?! Ini salah mu karena kau menyuruh seorang gadis untuk memandikanmu tapi kau tidak mau mengajariku cara membuka benda sialan ini!" Geram Patricia masih berkutat pada celana Lewi.
Lewi mengerutkan keningnya, mungkinkah perempuan di depannya sunguh-sungguh?
"Haiss..! Aku menyerah! Aku akan memanggil Jun membantumu!" Kata Patricia segera melenggang pergi meninggalkan Lewi.
Sementara Lewi, dia menatap punggung Patricia dengan rumit 'Dia benar-benar tidak berpura-pura?'
Awalnya Patricia terus mengatakan bahwa dirinya adalah seorang gadis dan Patricia tidak terlihat seperti sengaja mengatakannya, lalu perempuan itu juga seorang yang perempuan dengan keahlian mencium yang buruk, bahkan ketika dia pertama kali menciumnya, perempuan itu menjadi sangat marah. Dan sekarang.....
'Mungkinkah aku sudah salah?' Lewi memijat bagian tengah alisnya karena merasa bimbang.
Akhirnya, pagi itu berlalu dengan Lewi yang terus sibuk memikirkan Patricia tapi seberapa pun dia memikirkannya di otaknya masih terjadi pro dan kontra.
Mana mungkin Patricia benar-benar masih seorang gadis, padahal perempuan itu telah menikah selama 2 bulan!
"Tuan, apakah tuan memikirkan sesuatu?" Jun bertanya ketika dia selesai membantu Lewi berpakaian.
Sangat jarang melihat Lewi bersikap aneh seperti itu, jadi dia merasa ada yang tidak beres.
"Selidiki hubungan Patricia dengan suami sebelumnya, cari tahu apakah mereka sudah pernah tidur bersama atau belum." Kata Lewi.
Jun "..."
Jari sepanjang pagi itu, tuannya bersikap sangat aneh hanya karena memikirkan apakah Patricia sudah pernah tidur dengan suaminya atau belum?
Ini artinya,,, artinya bahwa Lewi benar-benar memiliki perasaan pada Patricia.
"Baik Tuan, saya akan melakukannya." Jawab Jun lalu dia mendorong kursi roda keluar dari kamar.
"Sudah siap berangkat?" Patricia berdiri di depan pintu kamar dengan senyum mengembang menyambut kedua pria yang keluar dari kamar.
Perempuan itu menggunakan kemeja berwarna biru langit dipasangkan dengan rok span hingga membuat siluet tubuh Patricia tergambar dengan sangat indah.
"Kau,, apa yang kau lakukan?" Lewi bertanya sembari mengerutkan keningnya.
"Karena sekarang kita adalah suami istri jadi akan sangat tidak baik jika aku tidak menggunakan kemampuanku untuk membantu suamiku bekerja. Jadi,,"
"Memangnya siapa yang membutuhkan bantuanmu?" Lewi memotong ucapan Patricia.
"Kau tidak mau kubantu? Kalau begitu, sebaiknya aku mencari adik ipar dan membantunya saja bekerja." Patricia berbicara sembari tersenyum menunggu jawaban Lewi.
Dia sudah ingat, pria yang dimaksud sebagai pria yang dikejar Patricia adalah Rolland, jadi dalam hatinya Patricia menyimpulkan bahwa sebenarnya Lewi tidak suka jika dia berdekatan dengan Rolland.
Ini senjata yang bagus bukan?
"Cih,, lakukan sesukamu. Tapi satu hal yang perlu kau ingat, jangan coba-coba kabur dariku atau kau mungkin akan berakhir dengan,,"
"Ya ya ya,,,, terserah katamu." Patricia mengabaikan ucapan Lewi dan berjalan menuju tangga.
sok polos
aneh banget pernah jadi pemimpin perusahaan, tapi "lugu"
Terima kasih ya Kak utk karyanya 🙏🏻💐
Semangat utk karya2 terbarunya 💪🏻🤗