Di dunia kultivasi yang kejam bernama Benua Azure Langit, seorang pemuda desa bernama Lin Feng seumur hidup dianggap “sampah” karena dantian rusak yang membuatnya tak mampu menyerap Qi. Diejek, dikhianati, bahkan tunangannya membatalkan perjodohan demi masa depan yang lebih cerah.
Dari seorang anak desa yang terbuang hingga menjadi legenda yang ditakuti sekaligus dikagumi, Lin Feng berjuang membuktikan bahwa bahkan “daun kering” bisa menjadi pedang abadi yang membelah langit. Bersama Su Ling’er, ia menapaki jalan panjang menuju keabadian—jalan yang dipenuhi darah, air mata, tawa, dan cinta abadi yang tak pernah layu seperti bunga sakura es di puncak gunung suci.
Sebuah kisah epik xianxia klasik penuh aksi kultivasi, balas dendam yang memuaskan, romansa manis yang berkembang perlahan, serta perjalanan menjadi tak terkalahkan sambil melindungi orang yang dicintai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Michael Nero, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15: Ancaman Yang Sudah Menunggu
Hari ini adalah hari terakhir di alam rahasia. Pintu segel di tebing mulai bergetar pelan, tanda waktu tiga bulan di dalam sudah selesai — setara satu bulan penuh di dunia luar.
Lin Feng dan Su Ling’er berdiri berdampingan di depan pintu, sambil saling menggenggam tangan. Aura mereka kini sama-sama di level Golden Core tahap menengah puncak, tubuh lebih ramping tetapi berisi kekuatan yang terpendam.
“Siap pulang?” tanya Lin Feng sambil menatap gadis di sampingnya.
Su Ling’er mengangguk, namun ada keraguan kecil di matanya. “Siap. Tapi aku takut dunia luar sudah berubah banyak.”
Lin Feng meremas tangannya. “Apa pun yang menunggu, kita hadapi bersama. Ingat janji kita?”
“Janji untuk menikah di bawah pohon sakura,” jawab Su Ling’er sambil tersenyum lembut. “Aku tak akan pernah lupa.”
Pintu terbuka lebar. Cahaya terang dari luar menyilaukan sebentar, lalu mereka pun melangkah keluar.
Udara gunung terasa lebih dingin daripada yang mereka ingat. Di depan tebing, Elder Han dan Elder Xue sudah menunggu dengan beberapa murid senior.
“Selamat datang kembali,” kata Elder Han, suaranya lega tapi tegang. “Kalian memiliki aura yang luar biasa sekarang.”
Su Ling’er mengepalkan tangan di depan dada sambil membungkuk hormat. “Terima kasih, Elder. Bagaimana situasi sekte?”
Elder Xue menghela napas. “Tidak baik. Sekte Darah Iblis sudah bergerak menyerang tiga desa di perbatasan. Mereka meninggalkan pesan tertulis dari darah yang berbunyi , ‘Serahkan Lin Feng dan Putri Es, atau kami ratakan sekte ini dalam satu bulan.’”
Lin Feng mengerutkan kening. “Mereka sudah tahu kita ada di sini?”
Elder Han mengangguk. “Pengintai mereka semakin banyak. Sect Master sudah mengaktifkan formasi pelindung penuh, tapi kita tetap membutuh kekuatan kalian berdua.”
Mereka langsung dibawa ke aula utama dimana Sect Master Tian Jian tengah duduk di kursi tinggi, wajahnya lebih tua daripada ingatan mereka.
“Kalian tepat waktu,” katanya saat melihat aura Golden Core keduanya. “Sekte Darah Iblis sudah mengirim utusan resmi tiga hari lalu — tantangan perang sekte dalam kurun waktu tiga minggu lebih.”
Su Ling’er maju selangkah. “Seberapa besar kekuatan mereka?”
Tian Jian menjawab pelan. “Tiga elder Golden Core puncak, satu Nascent Soul tahap awal sebagai pemimpin, dan ratusan murid Foundation serta Qi Condensation. Mereka ingin memaksa untuk membentuk aliansi dan jika kita menolak mereka akan bergerak menghancurkan kita.”
Lin Feng mengepalkan tangan. “Sialan! Mereka mengincar warisan milikku dan akar roh Ling’er.”
“Benar,” kata Tian Jian. “Tapi sekarang kalian sudah di ranah Golden Core menengah puncak. Dengan teknik gabungan kalian, kita memiliki banyak peluang untuk menang.”
Elder Han menambahkan, “Kalian akan memimpin tim murid inti untuk melancarkan serangan balik kecil dulu — hancurkan pos depan mereka di Lembah Darah Merah. Ini untuk mengurangi moral musuh.”
Su Ling’er menoleh ke Lin Feng. “Kita terima?”
Lin Feng mengangguk. “Terima. Tapi aku minta satu hal dulu pada Sect Master.”
Tian Jian mengangkat alis. “Apa?”
Lin Feng tersenyum kecil. “Izinkan kami menikah dulu sebelum pergi ke medan perang. Lebih tepatnya besok, di bawah pohon sakura di halaman sekte.”
Ruangan hening sebentar, lalu Tian Jian tertawa ringan — tawa pertama dalam sebulan. “Baik. Sekte butuh kabar gembira seperti ini. Besok pagi sekte akan mengadakan upacara sederhana untuk memeriahkan acara pernikahan kalian, malamnya kalian berangkat memulai misi.”
Su Ling’er merona, matanya berbinar bahagia.
Malam sebelum pernikahan, Lin Feng dan Su Ling’er duduk di bawah pohon sakura yang sama — tempat pertama kali mereka janji berlatih bersama.
Diatasnya bunga sakura mulai bermekaran lagi meskipun musim belum tiba, seolah alam sendiri merestui pernikahan mereka berdua.
“Kau gugup?” tanya Lin Feng sambil memainkan kelopak yang jatuh di telapak tangan Su Ling’er.
Su Ling’er menggeleng. “Aku tidak gugup sama sekali di waktu yang semakin dekat ini. Namun yang membuatku lebih khawatir adalah fakta kalau besok kita akan berangkat perang.”
Lin Feng memeluknya dari samping. “Aku juga. Tapi aku lebih takut kalau kita tidak melangsungkan pernikahan terlebih dahulu. Aku ingin dunia tahu dan menjadi saksi kalau kau adalah istriku tercinta sebelum kita pergi menghadapi musuh.”
Su Ling’er bersandar di dadanya dengan manja. “Kau selalu punya cara untuk membuatku merasa lebih tenang.”
Mereka diam menikmati angin malam. Lalu Su Ling’er angkat bicara lagi.
“Aku bermimpi aneh lagi semalam. Suara wanita itu… bilang ‘pernikahan akan membuka segel’.”
Lin Feng mengerutkan kening. “Segel apa?”
“Aku tidak tahu,” jawab Su Ling’er pelan. “Tapi aku sama sekali tidak mau diusik oleh perasaan ini untuk sekarang. Yang jelas besok kita akan mengucapkan janji nikah, kemudian baru kita pergi untuk menghancurkan musuh bersama-sama.”
Lin Feng mencium kening calon istrinya itu. “Benar. Apa pun rahasia itu, kita hadapi setelah menang.”
Mereka berpelukan dalam waktu yang cukup lama di bawah pohon sakura, kelopak berterbangan pelan di sekitar mereka seperti langit pun ikut turun untuk memberkati hubungan mereka berdua.
Di kejauhan, lampu-lampu sekte menyala terang — persiapan untuk upacara besok sudah hampir selesai.
Pagi hari pernikahan pun tiba dengan cuaca yang cerah menawan. Halaman bawah sekte dihias dengan pernak-pernik sederhana tapi indah — karpet merah yang digelar dari gerbang ke pohon sakura, lampion biru-putih menggantung, dan murid-murid sekte berkumpul dengan pakaian terbaik.
Lin Feng mengenakan jubah biru langit dengan bordir pedang perak, sementara Su Ling’er jubah putih dengan motif sakura es yang berkilau.
Sect Master Tian Jian sendiri yang akan menjadi saksi utama dalam upacara pernikahan itu.
“Di hadapan langit dan bumi,” katanya lantang, “aku nyatakan Lin Feng dan Su Ling’er sebagai suami-istri. Semoga pedang dan es mereka selamanya menyatu, melindungi sekte dan melindungi satu sama lain.”
Mereka saling tatap, lalu Lin Feng angkat cadar Su Ling’er.
“Kau cantik sekali,” bisiknya.
Su Ling’er tersenyum malu. “Kau juga begitu tampan.”
Mereka melengkapi acara pernikahan itu dengan berciuman di bawah hujan kelopak sakura yang tiba-tiba turun — semua orang bertepuk tangan gembira.
Elder Han mendekat setelah upacara selesai. “Selamat untuk kalian berdua. Tapi ingat malam ini kalian akan memulai sebuah misi. Lebih baik kalian perbanyak istirahat dulu sekarang.”
Lin Feng mengangguk. “Kami siap.”
Lin Feng beserta Su Ling'er kemudian segera pergi ke kamar pengantin mereka. Kamar yang sudah disiapkan dengan taburan bunga mawar yang membentuk hati di atas kasur berbahan wol. Kedua mempelai baru itu saling berpandangan satu sama lain, kemudian berciuman.
Ciuman yang hangat dan dalam.
Di kamar baru mereka, Su Ling’er bersandar di pangkuan Lin Feng.
“Suamiku,” katanya pelan, mencoba kata itu sambil memainkan jari di dada bidang milik Lin Feng.
Lin Feng tertawa. “Ada apa istriku yang menawan.” Lin Feng mengecup kening istrinya dengan penuh cinta.
Mereka akhirnya tertidur dalam pelukan, siap untuk menghadapi perang nanti malam— lebih kuat sebagai pasangan suami-istri.
jika berkenan mampir juga keceritaku PENJELAJAH WAKTU HIDUP DIZAMAN AJAIB
saya suka...saya suka.../Drool//Drool/
Terima kasih banyak atas dukungan dan kesetiaan kalian dalam mengikuti novel ini.
Saat ini, novel sedang dalam proses revisi, khususnya pada segi kepenulisan dan ejaan, agar alur cerita menjadi lebih rapi, nyaman dibaca, dan sesuai dengan kualitas yang diharapkan. Selain itu, terdapat beberapa adegan yang perlu dipotong, diperbaiki, atau diganti, demi memperkuat cerita serta menjaga konsistensi plot.
Proses ini dilakukan agar pengalaman membaca kalian menjadi jauh lebih baik ke depannya. Mohon pengertiannya apabila ada perubahan pada beberapa bagian cerita.
Sekali lagi, terima kasih atas kesabaran dan dukungan kalian. Semoga versi revisi nanti bisa memberikan kesan yang lebih mendalam dan memuaskan. 🙏✨