Transmigrasi Istri Pemburu

Sampai di rumah, Yue masih merajuk dia menghindari Yuwen dan sibuk memberi makan kuda. Yuwen yang melihat itu hanya geleng-geleng kepala, dia mengambil sesuatu dari kotak kayu di meja.

Menarik tangan Yue dan memasangkan cincin giok di jari manisnya. Yue mematung tidak menyangka akan menerima hadiah, menatap Yue dengan mata berkaca-kaca.

"Maafkan aku, jangan merajuk. Kemarin aku melihat cincin ini di pasar, jadi aku membelinya untukmu. Aku lupa mau memberikannya padamu, maafkan aku ya." Ucap Yuwen, membujuk.

"Hmm." Meskipun masih ketus, mata Yue terlihat berbinar.

Yuwen tersenyum, mengelus rambut Yue lalu ke belakang untuk membersihkan ikan. Di samping sumur, ada sebuah meja kayu dan Yuwen membersihkan ikan di sana.

Yue yang sudah mendapatkan hadiah, tiba-tiba merasa bersalah karena sudah merajuk. Mood ibu hamil memang naik turun, Yue mandi lalu mengganti Hanfu. Dia menyusul ke halaman belakang, berniat membantu Yuwen membersihkan ikan.

Yue berdiri dengan malu-malu, dia mulai membantu dengan canggung. Yuwen yang melihat itu tersenyum, sepertinya istrinya sudah berhenti merajuk, Yuwen mencium Yue tiba-tiba, membuat Yue terkejut tapi juga senang.

cup

"Sudah tidak merajuk." Ucap Yuwen.

"A-apasih, jangan menggodaku begitu ya." Yue salting.

"Pfttt." Yuwen tersenyum, Yue terlihat sangat lucu dimatanya.

Setelah drama merajuk dan membujuk, kini mereka membakar ikan bersama. Mereka saling menyuapi dan tersenyum, meksipun Yuwen masih kaku dan dingin tapi tindakannya selalu membuat Yue salting dan merasa dicintai.

Setelah makan, Yue dan Yuwen bersantai di kursi halaman depan. Mereka berbincang santai, membahas rencana masa depan mereka.

"Artinya semuanya di urus oleh Wei? kau tidak takut ada pengkhianatan?." Tanya Yue.

"Tidak, meskipun aku disini. Aku bisa mengontrol mereka semua." Ucap Yuwen.

"Bagaimana?." Heran Yue.

"Kultuvitasi, sihir dan kontrak darah. Menggunakan semua itu, aku bisa mengatur mereka semua tanpa takut akan pengkhianatan." Ucap Yuwen, menjelaskan dengan bahasa yang sederhana.

"Aku juga mau berlatih itu." Pinta Yue.

"Boleh, kau bisa melatih aliran Qi saat sedang istirahat." Ucap Yuwen.

"Caranya?." Bingung Yue.

"Pejamkan mata, rasakan aliran yang mengalir dalam dirimu. Kau akan merasakan pusaran aliran yang berkumpul perut atas dan bawah, pertama fokuskan aliran perut bawah lalu ke atas dan ke jantung. Jika aliran Qi milikmu sudah besar dan kuat, kau bisa menguasai banyak teknik bela diri." Jelas Yuwen.

"Hmmmm."

Yue bergumam dan memejamkan matanya tiba-tiba, Yuwen hanya tersenyum geli melihat sikap polos Yue. Tapi, hal mengejutkan membuat Yuwen melotot terkejut, aliran Qi milik Yue benar-benar berkumpul.

Aliran Qi berwarna biru muda, sudah berputar di bagian bawah dan atas. Bahkan bagian bawah sudah terbentuk sempurna, artinya Yue sudah berhasil berkultivitasi. Ini bukan kebetulan, ini adalah bakat bawaan yang mencengangkan.

Biasanya manusia biasa akan menguatkan aliran Qi bagian bawah kurang lebih selama 3 tahun, tapi Yue bisa melakukannya dalam sekali percobaan.

"Yue." Panggil Yuwen.

Yue membuka matanya, dia merasa ada sesuatu yang aneh dengan tubuhnya. Dia tidak lagi merasa badannya pegal-pegal, dia merasa lebih ringan dan rilex.

"Wahh lumayan juga." Ucap Yue.

"Apa kau jenius kultuvitasi?." Tanya Yuwen, terlihat serius.

"Apa? mana aku tau." Heran Yue.

"Kau telah berhasil menguatkan aliran Qi bawah mu, sekarang bagian tengah juga sudah mulai terbentuk. Itu bukan aliran Qi milik Siren, kau benar-benar jenius kultuvitasi." Ucap Yuwen.

"Apa itu sesuatu yang hebat?." Tanya Yue.

"Tentu saja, coba mau arahkan telapak tanganmu ke sana. Fokuskan pandangan mu ke satu titik, lalu genggam tanganmu. Bayangkan kau meledakan titik itu." Ucap Yuwen.

"Baiklah." Yue menurut.

Mengarahkan tangan ke arah pohon besar, dia melihat satu titik dan menggenggam tangannya, lalu ___

Bom

Duarr

Yue melotot, melihat sesuatu yang sangat aneh dimatanya, ini terlihat tidak masuk akal dan sulit dipercaya. Jika dia syuting film aksi, hal seperti ini akan di edit atau menggunakan petasan. Tapi ini semua nyata? dia punya kekuatan super?.

"A-apa ini?." Kaget Yue.

"Lihat dan ikuti aku Yue." Ucap Yuwen, mode menjadi guru Killer.

Yuwen mengadahkan tangannya, aliran merah keemasan terlihat berputar diatas telapak tangannya. Aliran itu semakin lama membuat sebuah bulatan energi, setelah energi itu sebesar bola kasti, Yuwen melemparnya ke depan dan ledakan dahsyat terjadi, hingga tanah bergetar di buatnya.

"W-wow.. apa itu?." Yue terpana.

"Itu serangan energi mana, di buat melalui Aliran Qi stabil dan fokus yang luar biasa. Coba mau lakukan, ikuti caraku tadi." Ucap Yuwen.

Yue menurut, mengadahkan telapak tangannya. Dia tidak fokus justru malah melamun, sambil membayangkan ada kekuatan keluar dari telapak tangannya. Kemudian dia merasakan sensasi hangat diatas telapak tangannya, lingkaran berwarna biru nyaris putih terlihat memutar dan membentuk sebuah energi.

"A-apa nih? Rasengan Naruto kah?." Yue merasa terkejut.

Aliran itu membesar sebesar bola ping-pong, Yue melemparnya ke depan dan bola energi itu meledak, cukup besar tapi tidak sampai menggetarkan tanah.

Bom

"Wahh, aku bisa melakukannya." Ucap Yue, menatap telapak tangannya.

"Kau.. jenius." Ucap Yuwen, menatap Yue tak Percaya.

"Jenius apa sih? aku tidak mengerti." Heran Yue.

"Aku bisa melakukan lemparan energi mana setelah merasakan hidup dan mati, di peperangan. Kau bisa melakukannya hanya dengan melihatku?." Syok Yuwen.

"Kau iri padaku ya?." Ucap Yue polos.

"Tentu saja, kau sangat beruntung." Ucap Yuwen.

"Benar, aku memang sangat beruntung. Jika suamiku bukan dirimu, belum tentu aku bisa melakukan semua ini." Ucap Yue.

"Kau memang pandai berucap manis." Ucap Yuwen terkekeh.

"Kau bangga tidak punya Istri se jenius diriku? sudah cantik, pintar, kuat, bisa kasih kamu anak, apa coba kurangnya?." Sombong Yue.

"Kurang waras." Celetukan Yuwen lirih.

"APA?!." Yue melotot.

"Apa? aku tidak mengatakan apapun." Yuwen panik sendiri.

"Kau pikir aku tuli?!!." Pekik Yue, kesal.

Adegan merajuk dan membujuk terjadi lagi, semuanya dimulai karena Yuwen yang mematik api pertengkaran. Untunglah mereka tidak punya tetangga jadi mau berteriak pun tidak jadi masalah.

Esok harinya, wajah Yue masih ditekuk. Tapi sekujur tubuhnya penuh tanda merah, bisa di tebak jika Yuwen yang menangkan pertarungan semalam.

Mereka berjalan ke gunung, Yue masih pura-pura merajuk dia menjaga jarak dan terus menghindari tatapan Yuwen.

"Sayang." Panggil Yuwen.

Deg.

"A-apa?." Yue menoleh dengan syok.

"P-panggilan legendaris itu, akhirnya keluar dari mulut Yuwen yang kaku seperti kayu. Panggilan manis itu untukku?!!." Batin Yue memekik senang.

"Kau memanggil siapa?." Yue pura-pura tidak peduli, dia malah celingukan seakan mencari orang lain.

"Astaga, aku yakin anak kita memang tidak suka padaku. Katakan kau mau apa? aku akan menuruti semuanya." Yuwen frustasi.

"Aku mau berenang." Cicit Yue.

"Berenang? baiklah, temani aku melihat perangkap. Setelah itu kita berenang sepuasmu." Ucap Yuwen mengalah.

"Janji?." Ucap Yue.

"Iya janji, kemarilah." Yuwen mengulurkan tangannya.

Yue mendekat dengan wajah malu-malu, menggandeng tangan kekar Yuwen dan berjalan dengan patuh. Yuwen tersenyum puas melihat Yue yang mulai menurut.

Yuwen meminta Yue duduk diam di ranting pohon yang besar, Yuwen memeriksa jebakan yang dirinya taruh kemarin. Tapi hanya 3 kelinci yang tertangkap, 2 kelinci putih masih hidup sedangkan satunya kelinci coklat sudah terluka, Yuwen memotongnya dan akan mencucinya di sungai nanti.

Yuwen kembali ke tempat Yue duduk, melihat Yuwen membawa kelinci lucu dan masih hidup. Yue merasa senang.

"Wahh apa itu kelinci?." Pekik Yue.

"Iya, kau mau memeliharanya?." Tanya Yuwen.

"Aku tidak bisa memelihara hewan." Yue takut kelinci ini akan mati seperti ayam waktu itu.

"Tidak akan mati, aku akan membuatkan kandangnya." Ucap Yuwen.

"Makannya apa?." Tanya Yue.

"Bisa sayuran." Jawab Yuwen.

"Baiklah, tapi kalau mati bagaimana?." Yue khawatir.

"Ya kita bakar saja lalu dimakan." Jawab Yuwen enteng.

"Kau jahat sekali, dia juga ingin panjang umur tau." Kesal Yue.

"Jangan terlalu khawatir, dia akan panjang umur jika memang umurnya panjang." Yuwen sangat penuh logika.

Yue pun mengangguk mengerti, Mereka mulai turun gunung dan mampir ke sungai untuk berenang. Sebenarnya Yue takut ada buaya, tapi untunglah Yuwen membuatkan kolam buatan di pinggir kolam, airnya jernih jadi bisa melihat dasarnya.

"Jangan terlalu lelah, ingat kau tidak sendirian." Yuwen menasihati.

"Iyaa, kau sedang pamer otot sekarang." Ketus Yue, melihat Yuwen melepas Hanfu atasnya.

"Tidak ada siapapun kecuali kita berdua." Ucap Yuwen.

Mereka pun berenang dengan senang, Yue merasa bahagia karena merasakan air dingin yang menyegarkan tubuhnya. Saat hamil, Yue merasa gerah dan sumuk, berendam air gunung benar-benar membuatnya segar dan rilex.