Sekuel ke empat Terra The Best Mother, sekuel ke tiga Sang Pewaris, dan sekuel ke dua The Big Families.
Bagaimana kisah kelanjutan keluarga Dougher Young, Triatmodjo, Hovert Pratama, Sanz dan Dewangga.
Saksikan keseruan kisah pasukan berpopok dari new generasi
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maya Melinda Damayanty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
HEBOH
Jumat pagi, seperti biasanya. Keluarga pebisnis itu ada di vila mereka. Berbagi rejeki yang dititipkan, Zack semangat menggelontorkan uang untuk membeli seratus paket sembako.
"Seratus dulu. Nanti bisa seribu seperti Kak Kean!" ujarnya semangat.
Sementara di halaman belakang, tampak Zaa menatap Al dan El Bara. Dua keponakannya itu sudah tidak mau menguping lagi.
"Tapi, apa kamu nggak penasalan Aypi?" tanya Zaa sedikit kesal.
"Emang ada apa sih?" tanya El Bara.
'Tan kemalin, lada yan dandutin Yeyan Butli!" jawab Khadijah.
"Ada yang gangguin Eyang Putli?" tanya duo Bara kompak.
"Wiya ... Wewat semeses!" sahut Mala ikut-ikutan.
"SMS?" tanya Ramdan kini.
"Wiya!" angguk Khadijah dan Mala antusias.
"Gangguinnya gimana?" tanya Harun.
"Tatana tilim dambal buldal, dat semonoh!" jawab Mala dan Khadijah yang mengangguk membenarkan.
"Vulgal? Apa itu?" tanya Chira tak mengerti.
Semua anak menoleh pada Armada, pria itu sampai tersedak.
"Uhuk! Uhuk!"
"Papa!" seru Zaa kesal.
"Baby, itu masalah orang dewasa. Lagi pula. Itu semua sudah selesai. Yang gangguin Eyang Putri sudah dipenjara!" jawab Armada berhasil mengalihkan pembicaraan.
"Pipenzala?" mata semua bayi melebar.
"Iya, seseorang yang melanggar hukum itu tempatnya di penjara, Baby," sahut Armada.
"Ooo ... beudithu!" angguk semua bayi sok mengerti.
"Jadi, selain ada yang dangdutin eh gangguin Eyang Putri, apa lagi?" tanya Zaa.
"Apah Memeda pasalan mama Tinti Tinta!" jawab semua bayi kompak.
"Wiya Onty, tata Apah beudini. "Zin. .. Atuh inin lada yan beumpeulatitan tuh wattu atuh pulan, lada yan zadayin atuh, bas ladhi satit. Mama lada yan peulut atuh bas ladhi beulaza peuldili!" jawab Ali semangat.
'Wiya ... tata Apah judha dhini. 'Atuh inin beupistli, atuh bawu beunazatmu puntut beunalunin mamulda peulsama, talam itatan lalal!" sambung Khadijah.
"Halal, Baby. Bukan lalal!" ralat Bariana tersenyum lebar.
"Wiya batsutna ipu!" angguk Khadijah.
'Berarti ada yang akan menikah dalam waktu dekat!" seru Titis senang.
'Iya, Papa Andromeda sama Tinti Sinta!" sahut Darma.
'Asik, Aaima udah lama nggak nyanyi dangdut. Nanti, nyumbang lagu deh!' sahut Aaima girang.
"Asit doyan pandut!" seru Ali lalu memutar pinggulnya heboh.
'Atuhlah banelan pandut. Yan atan beundunzan puniyaaa!" ia bernyanyi dengan nada pas.
'Pandut ... pandut ... Sel ... Poha!" Umar ikut berjoget heboh.
Sementara Sinta dan Andormeda menghadap Bart dan Virgou. Mereka mengutarakan keinginan mereka.
'Apa, kalian ingin menikah?" tanya Bart menatap keduanya dengan mata haru.
'Iya, Tuan besar!" jawab Andromeda dan Sinta kompak.
"Ah, jadi kamu siap untuk mengundurkan diri dari pengawal para Babies?" tanya Virgou memicingkan mata pada Sinta.
Gadis itu menghela nafas pelan, memang berat. Selama delapan tahun mengabdi di keluarga besar ini. Kedekatannya dengan semua anak bukan lagi jadi seperti pengawal biasa. Tapi ia sudah menganggap mereka adik dan anaknya sendiri.
"Siap tak siap. Saya harus memilih kan Ketua?" jawabnya dengan suara bergetar.
Ia menatap Andromeda, begitu juga sebaliknya. Tangan keduanya saling menggenggam erat.
"Saya sudah melabuhkan hati saya pada Mas Andromeda," lanjutnya tegas.
"Baiklah, seperti Sella, Rosa, Devi dan pengawal wanita sebelumnya. Jika menikah maka wajib untuk dia mengundurkan diri. Kamu lapor segera pada atasanmu di markas!" suruh Virgou.
Andromeda dan Sinta mengangguk hormat. Keduanya dibebaskan bertugas untuk mengurus ijin dan lain sebagainya.
Exel menatap Andromeda yang berani mengambil Sinta sebagai istri. Sementara mimpinya melabuhkan cinta pada sosok yang paling tinggi kedudukannya, Exel masih harus lebih bersabar lagi.
Handayani dan Sista jadi pengawal wanita yang menjaga para bayi. Tadinya Kika ingin digabungkan bersama mereka. Tapi, ada perusahaan yang butuh pengawal wanita level dua. Kika yang telah bekerja sebagai pengawal dua tahun, harus pindah tugas karena hanya dia yang sesuai kriteria permintaan klien.
"Baby!" pekik Deri mengejar Umar yang berlari membawa sendok nasi.
"Hahahaha ... Apah tantap atuh!" seru Umar berkelit ketika hendak ditangkap.
Deri nyaris terjerembab, Khasya menghentikan tingkah cucunya itu.
"Baby! Nanti Eyang nggak buatin puding mangga ya?" Umar dengan cepat ditangkap Deri.
Sholat Jum'at pun mulai, para ayah menggendong putra mereka ke masjid untuk sholat berjamaah.
Selesai sholat, para pemuda mengantri untuk mendapat kotak berkat. Sean, Kean, Calvin, Dimas, Al, Daud, Satrio dan Dewa menyempil diantara para jamaah.
"Papa ngantri Pa!" ajak El Bara pada ayahnya, Demian.
"Ayo Pa!" ajak Zizam putra Jac.
Hanya Darren, Haidar dan para ayah lainnya yang menolak mengantri. Rion ikut serta dalam antrian.
Setelah mendapat kotak berkat, Kean paling semangat. Ia memanggil bibi kecilnya.
"Onty, lihat Baby besar dapat apa!" hal itu membuat Puspita cemburu.
"Sayang, Mommy nggak kamu ajak?"
"Kakak Mommy!' ledek Zaa pada kakak iparnya itu.
"Sayang, lihat adikmu itu!" adu Puspita pada suaminya, Virgou.
Virgou hanya menggeleng mendengarnya. Setelah makan kotak berkat. Para pemuda kembali ke perusahaan. Billy baru pulang kuliahnya.
"Assalamualaikum!"
"Waalaikumsalam! Makan dulu sayang. Sudah sholat kan?" Billy mengangguk.
Remaja itu mencuci tangan dan mengambil piring lalu makan. Usai makan, ia mencuci piringnya sendiri.
Di sana walau para maid banyak membantu. Tetapi, jika hanya perkara cuci piring makannya sendiri. Para orang tua melarang mereka meminta bantuan maid.
Waktu berlalu, matahari perlahan bergulir. Pulang dari urus berkas. Sore sudah menjelang.
Keduanya terkejut melihat ruang tamu didekorasi. walau sederhana, tapi sangat cantik dan elegan. Keduanya disambut Khasya dan Kanya.
Bart meminta Andromeda melamar Sinta di depannya. Seperti tradisi sebelumnya.
Sinta dibawa ke kamar untuk dirias. Andromeda menghadap Bart, Herman, Bram dan Virgou.
Keringat dingin menetes di pelipis Andromeda, menelan saliva pelan dan susah. seketika ia gugup.
"Tenangkan hatimu, Meda!" bisik Dahlan yang ada di belakangnya.
Andromeda menarik nafas pelan, ia menatap Bart. Pria paling tua di sana.lalu pandangnya berganti ke Herman. Sosok pria yang jadi ayah semua pengawal. Kemudian ke Bram, pria yang baru-baru ini mau masuk bergabung melebur bersama keluarga, bukan hanya sekedar orang asing. Terakhir tatapannya tertumpu pada Virgou.
Pria yang membawanya dari lubang maut, seketika pelupuk matanya tergenang air.
"Ketua ...," lirih suaranya seiring airmata menetes.
Bart berdehem pelan, lalu menatapnya dalam.
“Andromeda, kamu sudah tahu apa arti seorang pengawal di keluarga ini. Kalau kau menikahi Sinta, maka tanggung jawabmu bukan hanya pada dia… tapi juga pada masa depan yang akan kau bentuk bersamanya!"
Andromeda menenangkan diri, ia menarik nafas pelan. Lalu dengan tegas berkata:
“Saya tahu, Tuan. Dan saya sudah siap. Siap menjadi pelindung, bukan karena tugas, tapi karena cinta.”
Suasana hening beberapa detik.
Virgou menatapnya tajam — lalu pelan, sudut bibir pria itu terangkat.
“Bagus. Karena kalau cuma niat main-main, kau tak akan berani bicara dengan mata seperti itu!"
Sinta datang diapit Khasya dan Kanya. Andromeda tertegun, menatap betapa cantik, calon istrinya. Wajah Sinta memerah karena malu.
Keduanya duduk di hadapan Bart. Kini, Dahlan jadi juru bicara sebagai perwakilan pengawal.
"Sinta, Andromeda bermaksud ingin melamarmu jadi istrinya. Mengajak kamu untuk membentuk mahligai rumah tangga. Bersediakah kamu menerima pinangan rekan Andromeda?"
Sinta mengangguk, airmatanya sudah tak terbendung lagi.
"Iya ... Saya bersedia ... Saya bersedia jadi istri Mas Andromeda!" jawabnya tegas walau airmata berderai.
"Alhamdulillah!" seru seluruh keluarga.
Sore itu, vila besar terasa hangat, di dalamnya berkumpul keluarga besar. Sinta dan Andromeda dua manusia yang bukan bagian dari keluarga itu. Bukan hanya mereka berdua. Tapi seluruh pengawal, maid dan para pekerja. Di sana, bersama keluarga, mereka bukan orang lain. tapi kesatuan yang utuh dan satuan itu bernama.
Keluarga!
bersambung.
Ah ....
Next?