Gairah Terlarang Cinta Pertamaku

"Janji apa maksudmu?"

Harleya mengernyitkan keningnya, seingatnya ia tidak memiliki janji apa pun apalagi dengan Nadeo.

"Mom, Dad..."

"Tala!"

Harleya menghambur memeluk putranya yang tiba-tiba saja muncul dari balik pintu.

"Kamu ke mana aja, Nak?" Harleya terisak dalam pelukan putranya. Harleya sangat takut kehilangan putranya satu-satunya itu.

"Mom, lepasin. Aku gak bisa napas."

Harleya baru melepaskan pelukannya setelah Gentala mengeluh tidak bisa bernapas. Wanita itu menangkup pipi putranya, dan tanpa sadar air matanya kembali menetes.

Harleya divonis tidak akan memiliki anak lagi setelah melahirkan Gentala. Kondisi rahimnya yang rusak menyebabkan dokter terpaksa harus mengangkatnya. Karena itu, Harleya sangat takut saat Gentala kabur, Harleya takut putranya tidak akan kembali dan selamanya ia akan kesepian.

Harleya melahirkan Gentala saat usia kandungannya baru menginjak 7 bulan, tepat setelah Hazelle melahirkan Arzela. Harleya mengalami pendarahan karena benturan pada perutnya saat jatuh di kamar mandi.

Bahkan kandungannya waktu itu nyaris tidak selamat karena Harleya kehilangan banyak darah. Beruntung saja Elang berhasil mendatangkan dokter terbaik ke rumah sakitnya tepat waktu, membuat Gentala lahir dengan selamat.

Karena itu sejak Gentala lahir, Harleya sangat menomor satu-kan Gentala dan melupakan jika ia memiliki tanggung jawab pada Nadeo yang juga anak angkatnya. Harleya selalu memberikan apa pun keinginan Gentala, bahkan terlalu memanjakan putranya itu.

Untung saja Gentala tidak terlahir memiliki sifat seperti Harleya. Walaupun dimanjakan, Gentala tidak pernah seenaknya. Bahkan Gentala membenci Harleya yang selalu bersikap buruk pada Nadeo.

Gentala sangat menyayangi Nadeo, walaupun bukan saudara kandungannya. Gentala tidak pernah marah ataupun tersinggung saat Elang menjadikan Nadeo contoh untuknya. Karena Gentala sendiri menjadikan Nadeo sebagai sosok kebanggannya.

Namun Harleya justru menganggap jika Elang selalu membanding-bandingkan antara Gentala dan Nadeo.

"Apa Kamu makan dengan baik? Kenapa pipimu semakin tirus?"

Harleya kembali menangis saat memperhatikan wajah putranya sedikit berbeda, Gentala lebih tirus dari sebelumnya.

"Aku gak apa-apa, Mom." Gentala mengusap air mata yang mengalir di pipi mommy-nya. "Maaf, Tala sudah membuat Mommy sedih."

Gentala menyesal sudah membuat Mommy-nya menangis. Terlepas dari sikap Harleya yang otoriter, Gentala sangat menyayangi Mommy-nya.

Melihat sikap hangat Harleya pada Gentala, membuat Nadeo tersenyum getir. Tidak ada kemarahan sedikitpun di wajah Harleya, padahal Gentala hampir mempermalukan nama keluarga yang selalu Harleya banggakan lebih dari apa pun.

Andai Nadeo yang berada diposisi Gentala, andai Nadeo yang mempermalukan nama keluarga, bukan tidak mungkin Harleya akan mencerca nya habis-habisan.

"Kita makan yuk, Mommy akan masakan sarapan kesukaanmu." Harleya menggandeng tangan Gentala menuju meja makan, namun suara Nadeo berhasil menghentikan langkahnya.

"Apa saya boleh menagih janji Anda hari ini?"

Harleya menghentikan langkahnya, ia membalikkan tubuhnya menghadap Nadeo yang berdiri tidak jauh darinya. Matanya memicing penuh selidik pada putra angkatnya itu.

"Kamu dari tadi membicarakan terus soal janji, memangnya Mommy berjanji apa? Seingat mommy, mommy tidak pernah menjanjikan apa pun?"

Harleya masih memanggil dirinya mommy walaupun Nadeo sudah tidak menganggapnya begitu. Entah kenapa Harleya masih menganggap Nadeo putranya, padahal selama ini ia tidak pernah memperlakukan Nadeo sebagai putranya.

"Anda pernah bilang, jika Gentala kembali, aku akan terbebas dari posisiku sebagai suami Sabrina. Dan sekarang, aku menagih janji itu. Aku sudah membawa Gentala kembali ke hadapanmu."

"Deo, jangan seperti ini, Nak. Kita bicarakan ini dulu baik-baik."

Elang yang sejak tadi diam kini mulai membuka suaranya. Dan ucapan Elang barusan berhasil membuat Nadeo terbahak di tengah-tengah kegetirannya.

"Kenapa? Anda mau mengingkari janji Anda?" Nadeo kini menatap Elang dengan tatapan penuh permusuhan. Nadeo merasa Elang telah mengkhianatinya. "Sudah kuduga."

"Bukan begitu, Daddy mau kita bicara dulu."

Hati Elang sangat sakit melihat putranya menatapnya seperti itu. Elang tahu kesalahannya sangat fatal, ia menyuruh Gentala kabur sementara ia tidak bisa mencegah pernikahan itu. Benar kata Nadeo, ia seperti menumbalkan putranya demi menyelamatkan putranya yang lain.

Namun Elang tidak bermaksud untuk menumbalkan Nadeo, kejadiannya terlalu cepat. Apalagi saat itu Nadeo sendiri menyetujuinya dengan syarat terbebas dari keluarga yang selama ini membesarkan nya.

"Mommy setuju. Kita secepatnya atur waktu pembatalan pernikahanmu dan Sabrina. Mommy sendiri yang akan mengurusnya, dan Setelah itu Gentala akan menikahi Sabrina."

"Harleya, jangan mengambil keputusan seenaknya. Kita bicarakan ini dulu baik-baik."

Harleya belum mengetahui apa yang sebenarnya terjadi, karena itu tanpa pikir panjang ia memutuskan dengan seenaknya.

"𝘈𝘱𝘢 𝘴𝘦𝘵𝘦𝘭𝘢𝘩 𝘵𝘢𝘩𝘶 𝘚𝘢𝘣𝘳𝘪𝘯𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘦𝘴𝘶𝘯𝘨𝘨𝘶𝘩𝘯𝘺𝘢 𝘥𝘪 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘣𝘪𝘤𝘢𝘳𝘢 𝘴𝘦𝘱𝘦𝘳𝘵𝘪 𝘪𝘵𝘶?" 𝘉𝘢𝘵𝘪𝘯 𝘕𝘢𝘥𝘦𝘰. "𝘈𝘬𝘶 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘺𝘢𝘬𝘪𝘯 𝘥𝘪𝘢 𝘮𝘢𝘶 𝘴𝘶𝘴𝘢𝘩 𝘱𝘢𝘺𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘶𝘢𝘵 𝘭𝘢𝘱𝘰𝘳𝘢𝘯 𝘱𝘦𝘮𝘣𝘢𝘵𝘢𝘭𝘢𝘯 𝘱𝘦𝘳𝘯𝘪𝘬𝘢𝘩𝘢𝘯."

Dan benar saja setelah Elang menceritakan alasan Gentala kabur dan membeberkan seperti apa sosok Sabrina sebenarnya, Harleya dengan keras menolak Gentala untuk menikahi Sabrina. Dan dengan tidak berperasaan nya, Harleya meminta Nadeo tetap melanjutkannya pernikahannya.

"Kalau begitu, Kamu harus tetap menjadi suami Sabrina. Ingat Deo, pernikahan itu bukan permainan."

Nadeo tidak bisa lagi menahan tawanya, ia menertawakan dirinya sendiri karena dibesarkan oleh keluarga yang benar-benar tidak menghargai perasaannya.

"Entah aku memiliki kekuatan dari mana bisa hidup sampai saat ini," ucap Nadeo di sela-sela tawanya. "Di tengah-tengah keluarga yang sama sekali tidak memiliki hati."

Elang merasa hatinya sangat sakit mendengar ucapan Nadeo yang terdengar begitu memilukan. Orang lain mungkin melihat keangkuhan Nadeo saat ini, namun sebagai ayah yang sangat tahu putranya, Elang melihat luka menganga di mata putranya.

Elang bukan tidak menyetujui pembatalan pernikahan Sabrina dan Nadeo. Tanpa semua orang tahu, Elah sudah melakukan pembatalan itu. Yang Elang tidak setujui itu, saat Harleya mengatakannya jika Gentala akan kembali pada posisinya, menjadi calon suami Sabrina.

Elang tidak akan membiarkan itu, andai pun Rako menuntutnya nanti, Elang tidak perduli.

"Lihatlah, Mas. Seperti inikah putra yang selama ini Kamu banggakan?" Sindirnya pada Elang. "Setelah dia dibesarkan bahkan memiliki gelar dokter terbaik, beraninya dia mengatai keluarga ini tidak memiliki hati."

"Kan memang benar, keluarga ini tidak memiliki hati," gumam Arzelo. Setelah cukup lama diam menyaksikan drama keluarga di depannya, Arzelo akhirnya mengeluarkan suara emasnya."Ehhh... satu orang sih yang tidak memiliki hati," ucapnya sambil tertawa kecil.

Harleya mengeraskan rahangnya, ia sangat geram dengan tingkah keponakannya itu yang semakin ke sini, semakin tidak menghormatinya.

"Jangan ikut campur Arzelo! Ini bukan urusanmu."

"Oh... tidak bisa, ini menjadi urusanku karena kalian semua sudah membuat adikku menangis."

Harleya dan Arzelo saling beradu tatap, keduanya sama-sama menyimpan amarah dalam hatinya. Harleya merasa Arzelo terlalu seenaknya mencampuri urusannya, sementara Arzelo tidak menyukai sikap Harleya yang sejak dulu tidak pernah berubah.

"Bukankah Kamu bilang tidak akan menginjakkan kakimu lagi di sini, Arzelo?" Ucap Harleya dengan seringai di wajahnya. Sejak Arzelo menghinanya terakhir kali, Harleya sudah tidak perduli lagi walaupun Arzelo putra Kaivan sekalipun.

"Leya, jaga ucapanmu!" Elang merasa sikap istrinya sudah keterlaluan. Ia benar-benar malu pada Arzelo bagaimana jika Kaivan tahu Harleya memperlakukan putranya seperti ini.

"Tadinya aku memang tidak mau ke rumah ini lagi," ucap Arzelo tetap santai. Ia sama sekali tidak terpengaruh ucapan Harleya yang sengaja mengintimidasi nya. "Aunty jangan lupa, kakek dan nenekku yang sudah menghibahkan rumah ini untuk Aunty."

Arzelo tersenyum menyeringai, ia sangat puas melihat wajah Harleya yang tiba-tiba pucat.

"Jangan lupa siapa Aunty kalau bukan karena Kakek dan nenekku."

...----------------...

"Kenapa wajahmu cemberut begitu, Baby?"

Rako menarik tangan Sabrina dan mendudukan nya di pangkuannya. Sabrina baru bangun tidur setelah di gempur semalaman oleh daddy-nya. Kini keduanya berada di ruang tamu.

"Dad, nanti Mommy lihat."

Sabrina beranjak dari pangkuan Rako, namun daddy-nya itu tidak membiarkan Sabrina beranjak, ia menarik kembali pinggang Sabrina membuat wanita itu kembali duduk di pangkuannya.

"Mommy-mu pagi-pagi sekali udah pergi, katanya ada arisan dengan teman-temannya," ucap Rako setengah berbisik.

Pria paruh baya itu sengaja meniup telinga Sabrina membuat wanita itu meremang.

"Dad---"

"Kenapa, hmmm?"

Sabrina menatap Rako dengan sayu, Rako yang mengerti arti tatapan Sabrina langsung melahap bibir putrinya itu. Namun tiba-tiba...

Huekkk... huekkk...

𝘛𝘰 𝘣𝘦 𝘤𝘰𝘯𝘵𝘪𝘯𝘶𝘦𝘥