NovelToon NovelToon
Kitab Dewa Naga

Kitab Dewa Naga

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Romansa Fantasi / Ruang Bawah Tanah dan Naga / Akademi Sihir / Ahli Bela Diri Kuno / Ilmu Kanuragan
Popularitas:4k
Nilai: 5
Nama Author: Mazhivers

Raka secara tak sengaja menemukan pecahan kitab dewa naga,menjadi bisikan yang hanya dipercaya oleh segelintir orang,konon kitab itu menyimpan kekuatan naga agung yang pernah menguasai langit dan bumi...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mazhivers, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 14

Malam itu, di dalam gua yang remang-remang, Raka duduk bersila dengan Kitab Dewa Naga terbuka di pangkuannya. Sinta dan Maya tertidur lelap di dekat api unggun yang mulai meredup. Raka tidak bisa memejamkan mata. Pikirannya terus berputar, mencoba memahami semua yang telah terjadi dan apa yang menantinya.

Ia menatap aksara-aksara kuno di halaman kitab itu. Meskipun ia tidak mengerti satu pun maknanya secara harfiah, ia mencoba mengingat kembali saat-saat kitab itu bereaksi. Cahaya keemasan saat ia mengucapkan "Pelindung," dan kemudian cahaya hijau zamrud saat ia mengatakan "Pelindung Alam." Lalu, saat halaman terbuka sendiri, kalimat "Ketika hati yang murni bersatu, kebenaran akan menuntun."

Raka mengamati gambar naga emas di halaman itu. Ada aura kedamaian dan kebijaksanaan yang terpancar darinya. Ia membalik beberapa halaman dan menemukan lebih banyak gambar naga dengan berbagai bentuk dan warna, masing-masing dikelilingi oleh simbol-simbol yang berbeda. Di beberapa halaman, ada juga gambar-gambar yang menggambarkan interaksi antara naga dan manusia, tampak saling membantu dan hidup berdampingan.

Ia teringat pada ukiran di dinding gua. Naga melingkari pohon, mata yang dikelilingi lingkaran, dan dua sosok dengan hati terbelah. Ia mencoba mencari simbol-simbol itu di dalam kitab. Setelah beberapa saat mencari, ia menemukan simbol naga melingkari pohon di salah satu halaman, dikelilingi oleh aksara yang tampak berbeda dari yang lain. Ia menyentuh simbol itu dengan jarinya, dan tiba-tiba ia merasakan kehangatan yang menjalar ke seluruh tubuhnya. Sekilas, ia melihat penglihatan tentang hutan yang rimbun dan damai, dengan naga-naga terbang bebas di langit.

Kemudian, ia mencari simbol mata yang dikelilingi lingkaran. Simbol itu ternyata muncul beberapa kali di dalam kitab, seringkali di dekat gambar-gambar yang menggambarkan peristiwa penting atau tokoh-tokoh kunci. Di salah satu halaman, simbol mata itu terletak tepat di atas gambar seorang wanita yang sangat mirip dengan wanita yang ia lihat dalam penglihatannya di kolam air suci. Di bawah gambar itu, terukir beberapa aksara yang kali ini terasa seperti berbisik di telinganya, "Para Penenun Takdir."

Raka mengerutkan kening. Siapakah para Penenun Takdir ini? Apakah mereka berhubungan dengan para penjaga kitab yang disebutkan oleh Bram?

Terakhir, ia mencari simbol hati yang terbelah. Simbol itu ternyata muncul di bagian akhir kitab, di sebuah halaman yang tampak lebih usang dan rapuh dari yang lain. Di sekeliling simbol itu, terukir gambar-gambar pertempuran yang dahsyat, naga-naga yang saling bertarung dengan ganas, dan sosok-sosok manusia yang tampak putus asa. Di bawah simbol hati yang terbelah, terukir kata "Pengorbanan Cinta" bersama dengan aksara-aksara lain yang tampak seperti sebuah kutukan atau peringatan.

Raka merasa semakin bingung dan penasaran. Kitab ini menyimpan begitu banyak misteri dan kekuatan, tetapi ia merasa seperti sedang meraba-raba dalam kegelapan. Ia membutuhkan seseorang yang bisa membantunya memahami semua ini.

Ia menghela napas dan menutup kitab itu dengan hati-hati. Ia memeluknya erat, merasakan tanggung jawab yang semakin berat di pundaknya. Ia harus melindungi kitab ini, ia harus mencari tahu bagaimana cara menggunakannya, dan ia harus menghentikan Kaldor. Tapi bagaimana caranya?

Saat ia menatap api unggun yang hampir padam, pikirannya kembali pada kalimat yang ia baca di dalam kitab: "Ketika hati yang murni bersatu, kebenaran akan menuntun." Ia melihat ke arah Maya yang tertidur pulas. Hatinya terasa hangat saat memikirkannya. Mungkin, kebersamaan mereka, cinta yang mulai tumbuh di antara mereka, adalah kunci untuk membuka rahasia kitab ini.

Ia memutuskan untuk mencoba tidur, berharap bisa mendapatkan petunjuk melalui mimpi atau mendapatkan kekuatan baru untuk menghadapi hari esok. Ia merebahkan diri di samping Maya, merasakan kehangatan tubuh gadis itu. Ia menggenggam tangannya erat, dan perlahan, ia pun terlelap dalam kegelapan gua, membawa bersamanya misteri Kitab Dewa Naga dan harapan akan kebenaran yang akan menuntun mereka.

Pagi itu, ketenangan gua pecah oleh suara mendesis yang menusuk. Mata Raka terbuka dengan cepat, dan ia langsung melihat Zyra berdiri di mulut gua, senyum licik menghiasi wajahnya yang pucat. Di tangannya, tergenggam sebuah bola kristal hitam yang memancarkan energi gelap.

"Kukira kalian akan tidur nyenyak," sapa Zyra dengan nada mengejek. "Sayangnya, aku tidak mengizinkan liburan yang terlalu lama."

Raka dengan sigap membangunkan Maya. Mereka berdua bangkit dengan tergesa-gesa, Kitab Dewa Naga sudah siap di tangan Raka. Sinta juga terbangun, wajahnya menunjukkan ketakutan yang mendalam.

"Bagaimana kau bisa menemukan kami?" tanya Raka, mencoba mengulur waktu.

Zyra tertawa. "Jejak kekuatan kitab itu seperti aroma bunga bagi hidung serigala. Kalian tidak bisa bersembunyi dariku." Ia mengangkat bola kristalnya, dan cahaya ungu pekat mulai menyelimuti gua.

"Kita harus keluar dari sini!" seru Raka. Ia meraih tangan Maya dan Sinta, bersiap untuk melarikan diri.

Namun, sebelum mereka sempat bergerak, Zyra mengayunkan bola kristalnya, dan seberkas energi gelap menghantam pintu masuk gua, menutupnya dengan dinding batu yang tebal dan kokoh. Mereka terjebak.

"Mau ke mana kalian?" tanya Zyra dengan nada mengancam, melangkah masuk ke dalam gua. "Kali ini kalian tidak akan lolos."

Pertempuran di dalam gua pun tak terhindarkan. Zyra melancarkan serangan sihir bertubi-tubi, bola-bola api ungu dan cambuk energi gelap menghantam dinding-dinding gua. Raka berusaha melindungi Maya dan Sinta dengan Kitab Dewa Naga, cahaya keemasan dan hijau zamrud silih berganti memancar dari kitab itu, menahan serangan Zyra namun terasa semakin lemah.

Sinta, meskipun ketakutan, tidak tinggal diam. Ia mengeluarkan beberapa ramuan dari tasnya dan melemparkannya ke arah Zyra. Beberapa ramuan meledak dengan asap tebal, mencoba mengganggu penglihatan penyihir itu.

"Dasar pengganggu!" geram Zyra, mengibas-ngibaskan tangannya untuk menghalau asap. Namun, gangguan itu cukup memberikan waktu bagi Raka untuk bertindak.

Raka teringat pada ukiran di dinding gua tentang "Kebenaran Tersembunyi." Ia memejamkan mata, mencoba memvisualisasikan simbol mata yang dikelilingi lingkaran itu. Tiba-tiba, ia merasakan aliran energi yang berbeda dari dalam kitab. Ia membuka mata dan melihat sebuah bagian di dinding gua yang tampak sedikit berbeda dari yang lain, seolah-olah menyembunyikan sesuatu.

"Maya, Sinta, ke sana!" seru Raka, menunjuk ke arah dinding yang mencurigakan itu. Mereka bertiga berlari ke arah dinding itu, tepat saat Zyra berhasil menghalau asap dan kembali menyerang.

Raka menyentuh dinding itu dengan Kitab Dewa Naga, mengucapkan kata-kata yang terlintas di benaknya, "Kebenaran Tersembunyi, tunjukkan jalan!" Seketika, dinding batu itu bergeser dengan suara gemuruh, mengungkapkan sebuah lorong rahasia yang gelap dan sempit.

"Cepat!" seru Raka, mendorong Maya dan Sinta masuk ke dalam lorong. Ia menyusul mereka tepat saat Zyra melancarkan serangan terakhir yang menghantam dinding yang baru terbuka itu, membuat lorong itu bergetar.

Mereka bertiga berlari menyusuri lorong gelap itu, tidak tahu ke mana arahnya. Lorong itu berkelok-kelok dan menurun curam, udara terasa semakin dingin dan lembap. Mereka bisa mendengar suara geraman marah Zyra dari belakang dinding batu yang tertutup.

"Kalian tidak akan bisa bersembunyi dariku selamanya!" teriak Zyra, suaranya menggema di lorong. "Aku akan menemukan kalian!"

Raka, Maya, dan Sinta terus berlari dalam kegelapan, hanya diterangi oleh cahaya samar yang kadang-kadang masuk melalui celah-celah di dinding lorong. Mereka tidak tahu apa yang menanti mereka di ujung lorong ini, tetapi mereka tahu mereka harus terus bergerak, menjauhi kejaran Zyra dan mencari kebenaran yang tersembunyi di balik Kitab Dewa Naga. Petualangan mereka baru saja dimulai, dan bahaya terus mengintai di setiap langkah.

1
anggita
like👍iklan👆. terus berkarya tulis. moga novelnya lancar.
anggita
saran sja Thor🙏, kalau tulisan dalam satu paragraf/ alinea jangan terlalu banyak, nanti kesannya numpuk/penuh. sebaiknya jdikan dua saja.
إندر فرتما
moga bagus ini alur cerita
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!