Laras Sagita, gadis kampung yang polos, lucu, dan blak-blakan, merantau ke kota untuk mengubah nasib. Di hari pertamanya melamar kerja sebagai sekretaris, ia tanpa sengaja menabrak mobil mewah milik seorang pria tampan yang ternyata adalah calon bosnya sendiri, Revan Dirgantara, CEO muda yang perfeksionis, dingin, dan sangat anti pada hal-hal "tidak teratur"—alias semua yang ada pada diri Laras.
Tak disangka, Revan justru menerima Laras bekerja—entah karena penasaran, gemas, atau stres akibat energi gadis itu. Seiring waktu, kekacauan demi kekacauan yang dibawa Laras membuat hari-hari Revan jungkir balik, dari kisah klien penting yang batal karena ulah Laras, hingga makan siang kantor yang berubah jadi ajang arisan gosip.
Namun di balik tawa, perlahan ada ketertarikan yang tumbuh. Laras yang sederhana dan jujur mulai membuka sisi lembut Revan yang selama ini terkunci rapat karena masa lalu kelamnya. Tapi tentu saja, cinta mereka tak mudah—dari mantan yang posesif,
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16
Setelah kejadian "seminar pernikahan dadakan", Revan mulai kepikiran serius. Dan ketika seorang pria udah kepikiran serius, maka... dia gugup bukan main.
“Aku harus lamar dia,” gumam Revan sambil mantap menatap etalase toko perhiasan.
Arga yang menemani, nyemil es krim sambil nyeletuk,
“Lamar Laras? Wah, siap-siap dibalas dengan kalimat, ‘Kamu gak ada yang lain, Van?’” ujar Arga sembari tertawa
"Diam kamu jangan buat aku tambah grogi, atau kamu mau nyoba lamar Sintia?" ujar Revan sembari tersenyum miring
Mendengar itu Arga sangat terkejut, "Eh bos.... Jangan, amit amit sama lia yang kayak lintah nempel terus geli" ujar Arga ketakutan
"Mangkanya diem, sepertinya bener kata Laras kamu harus di keluarkan dari grup" ujar Revan lagi
"Ih bos jangan gitu, nanti gak seru loh tanpa aku, aku akan diem. Ayo cepat pilih cincinnya" ujar Arga dengan senyum nya. Revan hanya bisa memutar mata malas
Beberapa hari berlalu
Revan menyiapkan lamaran di rooftop kantor, tempat pertama kali dia dan Laras lembur bareng sampai jam 2 pagi gara-gara sistem crash.
“Ada kenangan manis?” tanya Arga.
“Enggak. Tapi di sinilah Laras pertama kali teriak, ‘Kalau kamu gak ngerti EXCEL, jangan nyuruh orang lembur, Pak Revan!’. jawab Revan
“Romantis banget,” kata Arga sambil meletakkan lampu-lampu kelap-kelip.
"Romantis dimananya, dasar aneh" jawab Revan
"Bos kenapa gak suruh wo saja yang nyiapin ini kenapa turun tangan sendiri?" tanya Arga
"Gila aku ini mau lamar bukan akad nikah, lagian aku hanya ingin terlihat lebih ada effort nya" jawab Revan
Sore harinya Laras diajak naik ke rooftop, disuruh pakai mata tertutup.
“Ini bukan prank, kan?” kata Laras curiga.
“Enggak. Tapi kalau kamu mau pura-pura terkejut juga gak apa-apa,” jawab Revan.
Ketika Laras buka penutup mata... dia melihat meja kecil, lilin, dan Revan yang sudah berlutut.
“Laras, kamu mau jadi partner hidupku? Dari pagi ribet sampe malam ngomel-ngomel, tapi tetap satu-satunya yang bisa bikin aku ketawa dan tenang?”
Laras menatap cincin. Terdiam sejenak.
Lalu... “Cincinnya... kebesaran, Van.” ujar Laras tiba tiba
Revan panik. “Serius?!”
Laras nyengir. “Serius. Tapi aku tetep mau.”
Revan: “HA?! Jadi kamu... nerima?”
Laras mengangguk.
“Tapi dengan syarat.” ujar Laras
Revan nahan napas. “Apa?” tanya Revan deg degan
“Kamu harus beliin aku siomay tiap Jumat.” jawab Laras sambil nyengir kuda
Revan ngakak, lalu langsung peluk Laras.
“Deal! Asal kamu janji gak fitnah Pak Harun lagi di grup kantor.” jawab Revan
Arga yang diam-diam ngintip dari pintu keluar rooftop langsung nge-WA grup:
[Grup: Tim Kantor Keren]
Arga: Doi akhirnya diterima, bos! Minggu depan kita rapat dekor kawinan, fix!
Laras: Arga, kamu nguping ya?
Arga: Iya dong. Kan saksi hidup cinta kalian. Halu, tapi nyata.
Tiga hari setelah lamaran rooftop yang absurd tapi manis itu, suasana hidup Revan dan Laras berubah total. Bukan cuma karena mereka resmi bertunangan, tapi karena... keluarga mulai turun tangan.
Beberapa hari kemudian Laras dan Revan di panggil orang tua Revan untun makan bersama.
Dan disinilah mereka sekarang,
“Laras, besok kamu ikut Mama ke butik, ya. Kita cari kebaya tunangan yang anggun, sederhana, dan... ya pokoknya kayak di sinetron!” ujar mama Veronica
Laras menelan ludah.
“Ma... Maaf, Bu—eh, Tante... eh, Ibu—aku biasa pakai blazer dan jeans.” ujar Laras
Mama Revan menatap Laras dengan tatapan penuh harapan dan sedikit ancaman.
“Kamu cantik kok, Nak. Tapi kalau mau jadi menantu Mama, harus siap masuk dunia baru.” jawab mama Veronica
Laras melirik Revan yang hanya senyum-senyum di pojokan sambil menyeruput kopi.
“Revan, kamu bantu aku dong!” ujar Laras
Revan angkat tangan. “Ma, Laras tuh paling cocok pakai apapun. Mau pakai jas hujan juga cakep.”
Mama Revan mengangguk. “Nah, itu mental suami siaga.”
Sehari kemudian, Laras dan Revan menghadiri rapat keluarga untuk bahas tanggal dan tema pernikahan. Tapi rapat itu... lebih mirip perang ide.
Orang tua Dan keluarga Laras belum bisa datang karena perjalanan jauh tapi mereka sudah bicara di telpon dan menyerahkan semua pada keluarga Revan.
“Temanya Garden Party ya,” kata Tante Rina
“Enggak! Indoor aja! Nanti kalo hujan gimana?” sahut Om Arman.
“Pakai adat Jawa!” seru Nenek Revan.
“Laras bukan Jawa, Nek. Dia Sunda,” timpal Mama Revan.
Laras yang duduk di tengah cuma nyicipin kue sambil bisik ke Revan, “Aku nikah atau jadi saksi konser keluarga kamu, sih?”
Revan cengengesan. “Tenang. Nanti kita selipin game tebak lagu juga, biar makin rame.”
Setelah kekacauan dan perdebatan terjadi akhirnya mereka kan menunggu orang tua Laras saja. Agar tau apa maunya besan.
Saat ini mereka masih sibuk bekerja seperti biasa, tapi ada saja hama yang datang dan ingin mengganggu.
Karena di tengah-tengah kesibukan persiapan nikah, Clara tiba-tiba muncul di kantor Revan. Kali ini, pakai dress putih panjang dan make-up parah... kayak siap syuting sinetron.
“Revan,” katanya dramatis, “Aku sadar aku salah. Aku... mau kamu kembali.”
Revan melipat tangan. “Saya udah tunangan, Clara.”
Clara senyum tipis. “Aku tahu. Tapi kamu pasti belum yakin. Aku yakin masih ada rasa.”
Laras, yang muncul dari belakang, langsung menepuk pundak Clara.
“Hai, Clara. Kamu masih suka tampil kayak figuran sinetron ya?” tanya Laras
Clara yang di tanya menatap tajam Laras. “Maaf, kamu siapa?”
Laras melipat lengan, "Revan sayang, ayo antar aku ke dokter syaraf, aku mau ni artis figuran ke rumah sakit syaraf" ujar Laras
"Untuk apa?" tanya Revan
"Untuk periksa syaraf ni mantan, kok setiap ketemu aku selalu bilang kamu siapa, apa setiap hari aku ganti warna dia pikir aku bunglon apa?" ujar Laras kesal
“Akan saya jelaskan sekali lagi jika saya adalah sekretaris, tunangan, perawat dadakan, pengendali keuangan dan emosi Revan. Multi-job. Multitalenta dan sekarang sebentar lagi akan bertambang, menjadi istri dan teman tidur Revan. Bagaimana sudah jelas tolong rekam jadi saat lihat saya kamu tau siapa saya.” jelas Laras panjang lebar
Revan menahan tawa melihat gaya Laras tengilnya dan penjelasan yang luar biasa sedangkan Clara melotot.
“Kamu pikir kamu siapa, merasa pants dengan Reva?" marah Clara
Laras tersenyum sinis. “Saya orang yang kamu kira gak akan ada di hidup Revan. Tapi ternyata... Nama saya di cetak dalam undangan nikahnya. Lah Kamu? Masuk spam.”
"Kamu..... Kamu akan menyesal, Revan kamu akan kembali padaku" ujar Clara lalu keluar ruangan dalam kemarahan.
Revan langsung memeluk. Laras tapi dapat sikutan dari Laras.
"Jangan ambil kesempatan, kamu itu seharusnya bilang dengan tegas jika perlu rantai tu si Clara di rumahnya agar gak lepas" ujar Laras
"Iya aku akan urus dia agar tidak menggangu hubungan kita, maaf ya" jawab Revan
Dan Laras pun mengangguk.
Bersambung
🌹🌹🌹🌹🌹