NovelToon NovelToon
Tuhan Kita Tak Merestui

Tuhan Kita Tak Merestui

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Spiritual / Cinta Terlarang / Keluarga / Cinta Murni / Trauma masa lalu
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: YoshuaSatrio

Pertemuan antara Yohanes dan Silla, seorang gadis muslimah yang taat membawa keduanya pada pertemanan berbeda keyakinan.

Namun, dibalik pertemanan itu, Yohanes yakin Tuhan telah membuat satu tujuan indah. Perkenalannya dengan Sila, membawa sebuah pandangan baru terhadap hidupnya.

Bisakah pertemanan itu bertahan tanpa ada perasaan lain yang mengikuti? Akankah perbedaan keyakinan itu membuat mereka terpesona dengan keindahan perbedaan yang ada?

Tulisan bersifat hiburan universal ya, MOHON BIJAK saat membacanya✌️. Jika ada kesamaan nama tokoh, peristiwa, dan beberapa annu merupakan ketidaksengajaan yang dianggap sengaja🥴✌️.
Semoga Semua Berbahagia.
---YoshuaSatio---

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YoshuaSatrio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

diluar prediksi

Berbeda dengan sebelumnya, kali ini Yohan mendapati wajah teduh dengan tatapan ramah serta senyum yang menenangkan. Wajah yang sama dengan kesan yang berbeda.

“Kamu … apa ….”

Yohan kembali tertunduk, bola matanya masih bergerak tak tenang, ia terdiam, tak berniat melanjutkan ucapannya. Rasanya ia kehilangan semua perbendaharaan kata, tak satupun tersisa di kepalanya.

Hingga pertanyaan yang sama, dengan intonasi yang sama, kembali terdengar jelas di telinga Yohan. Kali ini terasa lebih hangat dan sangat dekat.

“Kamu oke?”

Pertanyaan singkat itu, intonasi lembut itu, dan dekatnya suara itu, justru terdengar begitu perih, hingga terasa ada sesuatu yang mengiris tipis ulu hatinya, tapi tidak sakit, tapi meninggalkan rasa aneh yang tak bisa ia terjemahkan.

Yohan masih mengunci rapat mulutnya, ia hanya menjawab pertanyaan itu dengan anggukan kecil, hampir tak terbaca, dan penuh keraguan. Pasalnya ia sebenarnya memang sedang tak baik-baik saja. Tapi akan patutkah jika ia mengaku kondisinya yang sebenarnya?

Hampir sepuluh menit berlalu situasi tak berubah. Beruntung mereka duduk di tepian, hingga tak perlu mengganggu orang lain yang ingin berlalu-lalang.

Kedua ponakan Yohan bahkan tak sedikitpun melonggarkan pelukan mereka, keduanya hanya merengek dengan tangis kecil, sangat lirih hampir tak terdengar orang lain.

“Om … Om Yohan ….”

Hanya panggilan penuh rasa khawatir bercampur ketakutan yang terlontar diantara isak kedua bocah itu. Seakan mereka sangat tahu yang sedang terjadi dan ini bukan pertama kalinya.

Sedangkan wanita di sampingnya terlihat sabar, ia hanya duduk tenang seraya mengawasi, tak ada lagi niat untuk bertanya atau menghakimi. Ia memilih diam, menemani, dan memberi ruang bagi pria kacau di sebelahnya.

Hingga akhirnya suara lain mendekat, suara sedikit lebih berisik, dibarengi tangis kacau anak kecil lainnya.

“Dia kenapa? Aku ajak Amar keliling dulu ya, biar berhenti nangisnya, biar kagetnya yang tadi ilang.”

“Iya Us, nanti aku telpon kalau udah kelar, maaf ya kamu jaga Amar sendiri, aku ….” jawab Silla dengan suara selirih mungkin.

Yohan semakin membaik, ia kembali menenggak beberapa tetes air putih dari botol yang sebelumnya.

Silla hanya memperhatikan tanpa bertanya. Yohan memberanikan diri kembali menatap Silla, ada rasa bersalah yang bercampur dengan rasa penasaran.

Dengan rahang yang masih merapat, Yohan akhirnya bertanya, “Kamu … kenapa di sini?” Bukan rasa terimakasih, tapi rasa penasaran terasa lebih mendominasi.

“Hm … ini festival untuk umum, dan aku salah satu dari sekian banyak pengunjung.”

Entah tepat atau tidak, jawaban aneh itu terlontar begitu saja dari mulut Silla yang tak memprediksi pertanyaan itu sebelumnya.

“Hm … maaf.” Satu ucapan canggung keluar dari mulut Yohan.

“Hm … oke, cuma bantuan kecil.”

“Maafkan Om ya, kalian pasti khawatir? Semua baik-baik saja.”

Yohan melanjutkan ucapannya, hampir bersamaan dengan jawaban dari Silla.

‘Hah? Jadi dia tadi minta maaf buat siapa? Buat gue atau ponakannya? Aduh, gue yang geer atau dia yang salah, atau gue … ah ambigu macam apa ini?’

Oh! Ya ampun, kesalahpahaman kecil sepertinya mulai terjadi lagi. Silla kembali sibuk dengan pemahamannya sendiri.

“Om bisa jalan? Kita pulang saja?” Moza mulai melonggarkan pelukannya, diikuti Gio.

Yohan seakan tak peduli pada Silla yang duduk canggung di sampingnya, ia lebih fokus pada dua ponakannya, membereskan wajah sembab Moza dan Gio.

Membersihkan air mata yang sepertinya tadi begitu deras mengalir di wajah kedua bocah polos itu hingga kemeja Yohan basah seluruhnya, ditambah dengan keringat dinginnya sendiri.

“Maafin Om ya, kalian belum puas main?”

Kedua bocah itu menggeleng, “Nggak apa-apa, kita bisa ke tempat lain besok.” sahut Moza terdengar masih sangat khawatir.

Gio tak banyak bicara, ia memeluk erat lengan Yohan, seakan ingin melindungi sang paman dari amukan emosinya sendiri, seakan ingin menegaskan bahwa tak perlu lagi ada ketakutan berlebihan.

Moza berdiri, meraih lengan Yohan yang satunya. Yohan pun menurut, dan perlahan ikut berdiri.

Namun Yohan sedikit terhuyung kemudian. Silla yang memperhatikan sigap menolong, hanya bersiap tanpa menyentuh, karena kebetulan Yohan masih mampu menopang tubuhnya sendiri.

Saat itulah keduanya kembali bertemu tatap. Yohan baru tersadar sepenuhnya, bahwa ada Silla sejak tadi menemaninya.

“Ah … emm ….” Yohan tergagap, sulit sekali harus bagaimana merespon. “Terimakasih ….”

Satu kata yang sangat menyebalkan, tapi hanya itu yang benar-benar bisa dipikirkan Yohan saat ia menyadari botol air mineral ditangannya, botol itu berasal dari Silla.

Yohan berlalu melangkah meninggalkan Silla yang masih menatap khawatir, seraya menahan pertanyaan ‘dia kenapa ya? apa yang membuatnya tiba-tiba panik? apa dia sakit parah?’ dan banyak pertanyaan lainnya, namun ia sebisa mungkin tak merealisasinya. Ia tahu betul itu tak pantas.

Namun Yohan menghentikan langkahnya, “Hm, sebentar ya … Om mau ngomong sama temen Om dulu.”

Dijawab anggukan tulus dari dua ponakannya disertai lepasnya dekapan erat dari kedua lengan kokohnya.

Yohan berbalik menuju Silla.

“Terimakasih … aku tampak sedikit kacau, apapun itu … aku baik-baik saja!” ucapnya sangat canggung, bahkan tak berani menatap langsung pada wajah teduh di hadapannya itu.

Silla kembali tersenyum, “Iya … bisa pulang sendiri kah? Aku bisa ….”

Yohan menggeleng memotong ucapan Silla.

“Nggak usah … rumahku tak jauh dari sini, kami bisa jalan kaki.”

Di saat yang sama dua ponakannya sudah kembali merapatkan pelukan mereka pada dua lengan Yohan.

“Maaf kak, tapi kami harus segera pulang.” Terdengar sangat tegas, penuh perlindungan, Moza menatap Silla mengisyaratkan permohonan dan pengertian.

“Oh, iya-iya … hati-hati.”

Tidak! Silla tak bisa melepaskan mereka begitu saja. Rasa khawatir justru semakin merayapi batinnya, tatkala menatap punggung raksasa itu semakin menjauh dan menghilang diantara kerumunan banyak orang.

—Aku keluar dulu, mau nganterin seseorang ke rumahnya, katanya Deket, tunggu aku ya—

Pesan singkat ia kirimkan untuk Usna.

Silla kembali membelah kerumunan manusia yang memenuhi festival malam itu, mencari-cari tubuh tinggi dengan kemeja putih bergaris-garis dengan dua bocah kecil bergelayut bak bodyguard kecil melindungi seorang raksasa yang kalah perang.

Tubuh Silla yang tak tinggi cukup kesulitan membelah padanya pengunjung, hingga akhirnya ia melihat sekelebat kemeja itu di pintu keluar.

Silla mempercepat langkahnya, ah bukan! Lebih tepatnya ia berlari mengejar. Bukan untuk menangkapnya, tapi hanya memastikan manusia itu selamat sampai di rumahnya.

“Deket beneran ternyata!” serunya lega saat melihat Yohan dan dua bocah kecil itu membuka gerbang dan masuk ke sebuah pekarangan rumah.

Dari sudut matanya, Yohan menangkap seseorang yang berdiri berjarak dengan mereka, ia menoleh sebagai reflek normal, namun ia tak mendapati apapun selain jalanan malam yang terang oleh cahaya lampu.

“Sial! Kenapa dia menoleh segala sih!” umpat Silla menahan debat jantung.

Beruntung ia sigap menghindar dan bersembunyi di balik tiang listrik yang seakan telah disiapkan baginya untuk bersembunyi dari rasa malu ketahuan sedang mengikuti pria itu.

...****************...

To be continued....

1
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
lain kali hati" ya Silla 🤭
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
berarti Yohan laper 🤣🤣🤣
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
emang biasanya begitu wajahnya,datar 😐
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
karena seblak makanan favorit Silla 🤭
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
buat yg spesial ya 🤭🤣🤣
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
Ayo semangat Silla 💪🤣🤣🤣
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
sabar Silla 🤣🤣
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
mereka terpesona 🤭
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
Waduh Silla,pagi" udah mengkhayal 🤣🤣🤣
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
🤣🤣🤣
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
masa ditawarin seblak buat sarapan 🤣
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
ga usah kasih alasan tapi bicaralah jujur Silla 🤭
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
mimpi gara" si Amat 🤣🤣🤣
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
Dasar Silla 🤣🤣🤣
〈⎳ 𝕄𝕠𝕞𝕤 𝕋ℤ
muka.u???
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
sodaranya kali tuh 🤭
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
masa Tante" 🤣🤣
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
bodo amat
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
berisi makanan
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻
🤣🤣🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!