Nyatanya, menikah dengan pria yang dicintai tak selamanya membuat Naomi bahagia. Baru beberapa bulan Naomi merasakan kebahagiaan menjalani biduk pernikahan dengan Gilang, badai besar datang menerpa rumah tangga mereka.
Melvina, adik ipar Naomi yang berstatus sebagai adik angkat Gilang, ternyata juga mencintai Gilang dan berusaha melakukan berbagai macam cara untuk memisahkan Naomi dan Gilang.
“Maaf, aku terpaksa harus menikahi Melvina menjadi istri keduaku untuk menyembuhkan rasa trauma di dalam hati Melvina.” Pernyataan Gilang malam itu berhasil membuat hati Naomi hancur berkeping-keping.
“Lebih baik aku pergi dari pada harus di madu dan merasakan sakit hati seumur hidup.” ~Naomi
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SHy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
IPRT 14 - Hutang Budi
Debby terlihat tengah berkunjung ke rumah Mama Ruby dan Papa Refal siang itu. Kedatangannya saat itu bermaksud untuk menemani mamanya menjenguk Melvina yang katanya sedang sakit. Sebenarnya Debby enggan untuk menjenguk Melvina tadinya. Namun, karena dipaksa oleh mamanya membuat Debby mau tidak mau mengiyakannya.
“Kalau dari yang aku lihat, sepertinya Melvina ini tidak sakit. Lagian dari sisi mana juga dia kelihatan sedang sakit. Masa cuma karena dia terus nangis dan histeris sampai Tante Ruby mengambil kesimpulan jika dia sedang sakit?” Debby bertanya-tanya sendiri salam hati sembari menatap wajah Melvina yang kelihatannya baik-baik saja. Ya, tidak terlihat sedikit pun oleh Debby kalau Melvina tidak baik-baik sana.
“Debby, apa Naomi hari ini ada mengabari kamu. Soalnya Gilang dari pagi tadi sulit banget dihubungi. Tante bingung mereka pergi kemana.” Tanya Mama Ruby. Wajahnya kelihatan memang bingung saat bertanya. Seolah Mama Ruby memang sedang menunggu kabar dari Gilang.
Dahi Debby mengkerut. Merasa tidak ada beban saat menjawab pertanyaan Mama Ruby, Debby pun memberitahu dimana keberadaan Gilang dan Naomi saat ini.
“Bukannya Gilang dan Naomi lagi liburan berdua ya, Tante? Tadi aku sempat berkirim kabar sama Naomi. Dan Naomi cerita kalau dia dan Gilang sedang liburan berdua. Sepertinya mereka ingin menikmati waktu liburan berdua tanpa ada gangguan.” Beri tahu Melvina sembari melirik ke arah Melvina di akhir perkataannya.
Wajah Melvina kelihatan tidak senang mendengar perkataan Debby barusan. Karena ternyata pria yang sedang ia tunggu kabarnya dari tadi sedang menikmati liburan bersama dengan istrinya. Melvina merasa tidak terima dan ingin mengamuk saja rasanya.
“Gak. Mereka gak boleh bahagia. Kak Gilang gak boleh melupakan aku hanya demi dia!” Teriak Melvina dalam hati. Tanpa Debby sadari, perkataannya tadi membuat Melvina berencana lebih buruk dari biasanya.
*
Seharian menikmati liburan berdua, Gilang dan Naomi benar-benar tidak mengaktifkan ponsel mereka masing-masing. Keduanya fokus menikmati waktu kebersamaan mereka seolah tidak ada hal lain yang mereka pikirkan untuk saat ini.
”Sayang, apa kamu baik-baik aja?” Tanya Gilang saat melihat wajah Naomi nampak sedikit pucat malam itu. Pun beberapa kali Naomi terlihat memegang kepalanya entah karena apa.
Naomi mengulas senyum menatap wajah Gilang. Dia tidak ingin membuat suaminya itu mencemaskan dirinya. Naomi ingin memperlihatkan jika dirinya baik-baik saja.
“Aku gak papa, Mas. Memangnya kenapa?” Tanya Naomi.
“Wajahmu kelihatan pucat, Sayang. Aku pikir kamu lagi sakit. Dari kemarin juga aku perhatikan wajah kamu sering pucat.”
Naomi mengusap punggung tangan suaminya. “Aku gak papa, Mas. Mungkin aku cuma lagi kecapean aja. Dibawa tidur nanti juga hilang pucatnya.”
Gilang berusaha untuk percaya. Agar kondisi Naomi segera pulih kembali, Gilang mengajak Naomi untuk tidur lebih awal malam itu. Dia juga tak mengajak Naomi melewati malam panas seperti biasanya dengan dirinya. Ya, Gilang memang tidak ingin egois tetap memaksa Naomi melayaninya di saat kondisi Naomi sedang tidak baik-baik sana.
“Sebenarnya kepalaku pusing banget. Tapi aku gak boleh bilang sama Gilang. Nanti dia bisa ajak aku pulang dan waktu liburan kami jadi lebih singkat.” Gumam Naomi dalam hati. Karena beberapa waktu belakangan ini ia merasa waktu Gilang bersamanya sangat sedikit karena Gilang lebih banyak menghabiskan waktunya bersama Melvina, membuat Naomi berpikir untuk memanfaatkan kebersamaan mereka saat ini. Naomi ingin membuat Gilang menyadari kalau dirinya juga butuh perhatian dan waktu Gilang. Bukan hanya Melvina saja yang membutuhkan Gilang.
Setelah dua hari menikmati liburan bersama, Naomi dan Gilang akhirnya mengaktifkan ponsel masing-masing sebelum kembali ke ibu kota. Saat ponsel milik Gilang baru saja menyala, terlihat beberapa pesan masuk dan panggilan tak terjawab di sana.
“Kamu kenapa, Mas?” Naomi menatap heran wajah Gilang yang nampak cemas setelah melihat layar ponselnya seolah ada sesuatu hal yang berbahaya di sana.
“Melvina, Sayang. Mama bilang kalau kondisinya semakin memburuk!” Beri tahu Gilang dengan ekspresi wajah yang kelihatan panik sekali.
Naomi tak memberikan respon pada Gilang. Dia hanya menatap datar wajah Gilang. Jujur, Naomi selalu kecewa melihat Gilang yang begitu sangat peduli pada Melvina. Seolah tidak menyadari kalau dirinya lebih butuh perhatian dari Gilang.
Tak mendapatkan jawaban dari Naomi, tak membuat Gilang memperdulikannya. Gilang justru kembali fokus pada layar ponselnya dan mengetikkan sesuatu di sana. Sebelum Gilang sempat mengirimkan pesan yang barusan ia ketik, Naomi sudah berbicara hingga mengurungkan niat Gilang mengirimkan pesan tersebut.
“Mas, kenapa kamu begitu sangat peduli sama Melvina. Rasa peduli kamu sama dia seolah melebihi rasa peduli kamu kepadaku, Mas.”
Gilang mengalihkan pandangan dari layar ponsel ke wajah istrinya. Menatap wajah istrinya yang kelihatan tak bersahabat saat menatap wajahnya.
“Melvina itu cuma adik angkat kamu, Mas. Tapi rasa peduli kamu kepada dia begitu sangat berlebihan. Kamu bahkan tak memperdulikan perasaan aku yang cemburu melihat kamu peduli kepadanya.” Sambung Naomi. Bibirnya terlihat bergetar saat mengatakannya. Jujur, Naomi sangat terluka dengan sikap Gilang yang seperti itu.
Gilang menghela nafas dalam. Dia menatap intens wajah Naomi lebih dulu sebelum menjawab pertanyaannya. Gilang merasa kalau dia harus lebih hati-hati untuk menjawab pertanyaan Naomi.
“Sayang, maaf kalau perhatianku pada Melvina kamu anggap berlebihan. Tapi untuk saat ini, aku terpaksa harus lebih peduli pada Melvina karena kondisi kesehatan mentalnya tidak baik-baik aja. Kamu tahu itu kan, Sayang?”
“Aku tahu, Mas. Tapi kamu juga harus ingat kalau kamu punya istri yang bisa saja cemburu melihat kedekatan kamu dengan wanita lain!”
Gilang terdiam sesaat. Membiarkan Naomi mengontrol emosinya lebih dulu. “Aku sudah pernah berusaha untuk menjauhinya demi kamu. Aku gak peduli kepadanya bahkan tak ingin bertemu dengannya. Tapi untuk sekarang, aku harap kamu bisa lebih mengerti, Sayang. Melvina butuh banyak perhatian dari orang di sekitarnya agar dia tidak merasa sendiri.” Gilang menghentikan perkataannya sejenak saat merasa Naomi belum bisa menerima alasan dari dirinya.
“Sepertinya kamu harus tahu tentang ini.” Gilang kembali menjeda perkataannya. Dan kali ini Naomi merasa penasaran dengan kelanjutan perkataannya. Naomi diam sembari menatap intens wajah Gilang menunggu Gilang melanjutkan perkataannya.
“Sebelum ibunya Melvina tiada, dia sempat menitipkan pesan kepadaku dan mama supaya menjaga Melvina dengan baik karena hanya kami kami keluarga yang Melvina punya. Sejak kecil hidup Melvina sudah menderita. Dia tumbuh tanpa kasih sayang seorang ayah karena ayahnya tiada sebelum Melvina lahir ke dunia. Melvina tumbuh tanpa kasih sayang seorang ayah. Melvina juga acap kali disalahkan oleh keluarga papanya karena dianggap sebagai anak pembawa sial karena papanya tiada di saat Melvina hendak lahir ke dunia.”
Naomi sebenarnya merasa prihatin mendengarnya. Namun, ia masih saja diam seolah enggan memberikan tanggapan lebih dulu pada Gilang.
“Dan di saat papanya Melvina masih ada, dia begitu berjasa kepada keluargaku, Sayang. Dia sering membantu mengembangkan bisnis papa bahkan beberapa kali menanamkan modal di saat bisnis papa hampir bangktut.”
“Lantas, karena rasa hutang budi itu kamu begitu sangat peduli kepadanya, Mas?” Naomi akhirnya menyahut juga dengan tatapan sinis. Rasanya dia sulit sekali menerima penjelasan Gilang jika hanya didasari rasa hutang budi saja.
Gilang diam. Membuat Naomi menyimpulkan jika diamnya itu sebagai tanda membenarkan tebakan Naomi saat ini.
***
Jika teman-teman suka dengan cerita Naomi dan Gilang, tinggalkan komentar dan klik tombol suka sebelum meninggalkan halaman ini. Satu lagi, jangan lupa kasih rate bintang 5 ⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️ seperti biasanya.
Untuk seputar info karya, teman-teman bisa follos akun instaggram @shy1210 yaaa
Terima kasih🌺
pengen ku tabok dirimu pake kuali Mak ku Gilang😠😠😠😠😠