Tuhan Kita Tak Merestui

Tuhan Kita Tak Merestui

Pertemuan yang biasa aja.

Pagi yang normal bagi seorang pemuda biasa yang tak pernah melupakan waktunya untuk sekedar bergerak, meregangkan setiap ototnya. Selain dengan tujuan untuk menjaga kebugarannya, bisa dibilang ia sangat menjaga bentuk tubuhnya serta selalu peduli dengan kesehatannya sendiri.

'Tubuhku adalah tanggung jawabku!' Begitulah semboyan hidup sehatnya.

Berlari sejauh satu atau dua kilometer bukan hal yang sulit baginya karena ia menikmatinya sebagai rutinitas yang menyenangkan seraya menikmati berbagai keindahan yang akan ditemuinya disetiap pagi. Entah karena sinar matahari yang begitu menghangatkan, atau penampakan sawah-sawah pertanian beserta embunnya, atau sesekali akan bertemu dengan makhluk cantik dengan hobi yang sama. Hm, semua dengan tujuan yang sama, katakan saja dengan istilah cuci mata.

“Pagi Nak Yohan, masih sendirian aja joging paginya?” sapa pasangan manula yang hampir setiap pagi bertemu Yohan di tikungan jalan yang sama, tak jauh dari kediaman pasutri itu.

“Pagi Kakek … Nenek … masih rukun aja berdua?”

“Hahaha … Nak Yohan ini bisa aja kalau ngeluwak ….”

“Lah sama itu Kakek juga suka typo kalau bicara ….”

“Hahaha … aduh pagi yang mendung pun, kalau joging ketemu Nak Yohan bisa terasa hangat ya ….”

“Haha … jangan berlebihan memuji Nek, nanti saya terbang loh,” Yohan semakin berkelakar, “Ah, tapi saya buru-buru, jadi saya duluan ya Nek … Kek ….”

“Oke, baiklah … tumben weekend buru-buru mau kerja?”

“Bukan kerja Nek, mau keluar kota, ada janji sama beberapa teman.”

“Bagus, nanti bawa salah satu ya!”

“Buat apa Kek, kawanku laki-laki semua, rata-rata mereka semua merepotkan!” sahut Yohan dengan ekspresi geli menyipitkan kedua matanya.

“Oh? Hahaha ….” Tawa kompak pasutri manula itu sedikit menonjolkan ekspresi mengejek.

Segelas milkshake rendah lemak, tinggi protein dan semangkuk bubur ayam langganan yang ia beli sekalian joging tadi, menjadi penutup kegiatan yang telah membuatnya menghasilkan banyak keringat.

Dengan wajah puas, senyum merekah, menatap langit pagi dari balkon rumahnya, terlihat jelas ia merasa cukup dengan asupan paginya dilanjutkan dengan pembersihan total seluruh badannya dengan guyuran air dingin yang akan menambah kesegaran, dengan begitu artinya ia telah siap untuk memulai harinya meski terkadang membosankan.

“Pagi bujang, berangkat jam berapa? Ko mau ke rumah orang tuamu dulu atau langsung ke TKP?” seru seseorang dari seberang setelah Yohan menggulir tombol jawab dari ponselnya.

“Hmm langsung ke TKP, seingatku aku sudah mengirimkan pesan semalam!” balasnya seraya mendandani dirinya dengan outfit sederhana.

Kaos basic berwarna dasar putih ia gulung beberapa lipatan dilengannya, serta celana panjang jeans tanpa aksen khusus cukup membuatnya nyaman dan tampil rapih.

“Ya … cuma memastikan. Oke kalau gitu nanti ketemu di bandara saja, jam berapa kira-kira, kalau gue nggak bisa jemput nanti aku suruh orang ya!”

“Hmm, okey. Jam sembilan pagi udah boarding, kemungkinan jam sepuluh lebih sampai di sana.”

“Okay siap!”

Niko, salah satu kawan Yohan yang usianya beberapa tahun lebih senior, memastikan perjalanan Yohan akan segera terlaksana sesuai rencana sebelumnya.

.

.

.

Sementara di sisi kota lain, Seorang wanita tengah sibuk dengan beberapa barang yang harus ia packing untuk segera dikirim melalui kurir.

Di sebuah ruangan yang tak begitu luas, ia tampak menikmati pekerjaannya, binar cerah dan senyum yang terus terkembang di wajahnya menandakan bahwa ia begitu menikmati kesibukannya itu.

“Sil, kok kamu masih sibuk di sini? Bukannya kemarin Om memintamu mengisi acara dimana gitu?”

“Aku sudah siap kok Tante, tinggal berangkat aja, acaranya masih nanti jam sebelasan kok.”

“Oh, begitu … wah, lumayan banyak paketmu, pesanan luar kota semua?”

“Alhamdulilah, Tante. Ada beberapa yang deket sini kok, tapi kan membeli pakai aplikasi baru trend sekarang, aku rasa karena itu, Tant!”

“Hm … bener juga, mungkin juga karena ada aplikasi yang menawarkan beli dulu bayar nanti, itu bisa jadi daya tarik yang menguntungkan, apalagi bisa dicicil,”

“Hahaha … bener itu Tante!”

“Ya kan gitu, orang-orang yang konsumtif akan mudah tergiur, tapi kalau lupa kontrol, tau-tau tagihan meledak!”

“Hahaha … gak apa-apa Tante, asal belinya ke kita, kan kita yang untung. Hehehe ….”

“Hahaha …. bener banget kalau itu, setuju aku. Hahaha ….” Terdengar sangat seru obrolan di ruang tengah itu. “Ya udah, Tante mau ke pabrik dulu, jangan lupa sarapan kalau mau berangkat.”

“Ya, Tante.”

“Eh, besok lagi kamu yang masak sayur ya, sayur asem bikinan kamu selalu seger dan nagih. Kemarin kamu bikin lodeh juga mantep banget, sampe Tante bawa sebagaian ke pabrik buat bekel, nanti Tante jatah masak yang lainnya aja, oke?”

“Hehehe … apa iya sih seenak itu Tant?” ucap Silla dengan pipi merona karena pujian sang Tante.

“Iya, tuh lihat aja sepupumu aja sampai nambah. Oke? Setuju?”

“Iya deh Tant, gampang kalau cuma itu.”

“Ya udah, Tante jadi pergi ya. Nanti hati-hati kalau berangkat, semoga ini jadi jalan pembuka bagimu, sesuai cita-cita besarmu.”

Silla melanjutkan pekerjaannya, setelah sang Tante berangkat untuk kegitannya sendiri Gadis manis yang memilih tak melanjutkan pendidikannya ini, telah memulai usaha toko onlinenya sejak sang paman pun membuka usaha konveksi aneka kaos oblong dengan berbagai variasi ukuran, bahan dan motifnya.

Mencintai produk dalam negri sedang digalakkan oleh pemerintah akhir-akhir ini, hal itu berpengaruh besar bagi para pengusaha kecil menengah untuk mengembangkan produksi mereka. Ditambah dengan munculnya berbagai platform belanja online dengan berbagai keunggulan masing-masing semakin mempermudah pemasaran produk-produk lokal yang kualitasnya tak kalah baik dengan brand-brand terkenal.

Hal itulah juga yang dimanfaatkan Silla, selain untuk mengisi waktu-waktu luangnya, disela kegiatannya yang lain, ia bisa menghasilkan sedikit keuntungan dari kerjasama dengan sang paman.

Terdengar nada lagu dari salah satu grup k-pop dari ponsel Silla, yang artinya ada panggilan masuk.

“Halo, Assalamualaikum …!” jawabnya.

“Walaikumsalam Sil. Kamu berangkat sendiri pakai taksi ya, Om ada tamu soalnya.”

“Oke, Om nggak apa-apa, masih keburu kok waktunya.”

“Sip, ya udah ati-ati ya.”

“Iya Om.”

Selesai dengan panggilan telepon, Silla melirik jam tangannya, “Oh! Sudah hampir jam sepuluh, aku berangkat sekarang saja, daripada nanti buru-buru,’ monolognya lalu membereskan sisa pekerjaannya.

Silla berdandan seperlunya, make up yang tak pernah tebal, dan pakaian gamis serta jilbab kekinian yang selalu simpel dengan pilihan warna kalem selalu jadi pilihan outfitnya. Tampak sederhana namun selalu memancarkan kecantikan pribadinya.

Setelah menempuh perjalanan hampir satu jam, Silla sampai di tempat tujuannya.

Sebuah gedung olahraga disulap menjadi tempat pesta dengan panggung kecil di tengah-tengahnya, dan sebuah mimbar kecil menjadi pemanis.

Silla berjalan perlahan memasuki gedung itu setelah menandatangani buku tamu, lalu di sembarang kursi.

“Sudah hampir jam sebelas, tapi baru sedikit yang datang,” gumamnya seraya mengedarkan pandangan ke seisi gedung yang masih terlihat lengang.

Perasaan was-was menghampiri, meski ini bukan kali pertama ia harus tampil mengisi sebuah acara, namun rasa asing sedikit membuatnya tak nyaman. Beberapa kali ia tampak menghela napas, memandang ke sekeliling. ‘Yang punya acara juga kok nggak kelihatan, cuma petugas buku tamu yang siaga.’ batinnya sedikit ada rasa kesal.

Silla datang memenuhi permintaan sang paman, menggantikan kolega sang paman yang kebetulan sedang tak bisa hadir sebagai pengisi acara. Itulah sebabnya perasaan kikuk menghampiri Silla.

Beberapa saat kemudian, sebuah pesan singkat masuk di ponselnya, dengan santai Silla membukanya,

“Ustadzah, nanti kalau sampai langsung menuju ke tenda di timur panggung saja ya, oh, maaf saya humas EO acara ulang tahun bos konveksi Zorra.”

Silla terkekeh setelah membaca pesan itu, “Hihihi … ustadzah katanya, apa aku pantas disebut begitu!” serunya pelan disertai senyum dan napas yang ringan menandakan kelegaan dari rasa khawatir yang sebelumnya mendominasi wajahnya.

Dengan langkah ringan, wajah yang kembali berseri, dan rasa percaya diri yang perlahan kembali, Silla bangkit menuju tempat yang diminta dalam pesan singkat. Namun Silla pun memiliki kelemahan, ia seringkali bingung dan salah mengambil arah.

“Loh? Kok toilet? Dimana tendanya?” kedua dahinya bertaut, lalu celingukan ke sekitar, mencari petunjuk lain yang mungkin bisa membantunya menemukan tempat yang tepat.

Tepat di saat itu, dari toilet pria, muncul dua pria sedang mengobrol akrab. Tanpa banyak berpikir, Silla menghampiri mereka, dengan polos memberanikan diri bertanya.

“Eh, Mas, mau tanya, tenda di sebelah timur gedung itu di sebelah mana? Bukan di sini ya?” tanyanya.

Dua pria itu pun saling berpandangan, salah satunya hanya melirik sekilas pada Silla, itupun dengan mata dingin yang menimbulkan rasa tak nyaman bagi Silla dan membuatnya buru-buru menundukkan kepala.

“Oh, ikuti saya aja Mbak, saya juga akan ke sana!” Beruntung pria satunya dengan ramah menjawab Silla.

Tak ada percakapan lanjutan, dua pria itu tampak asyik dengan obrolan mereka sendiri, sedangkan Silla mengekor di belakang mereka hingga ke tempat yang dimaksud.

‘Tinggi-tinggi amat mereka ya Allah! Tiang listrik berjalan kataku ini mah!’ batin Silla seraya memperhatikan punggung dua pria itu.

“Oh! Mari ustadzah, silahkan duduk dulu disini!” sambut Sania, sang humas EO saat melihat Silla mendekat.

Sontak si pria ramah itu menoleh ke arah Silla. “Ah, maaf-maaf, jadi anda tamu Ibu saya? Duh, maaf banget ya, anda masih terlalu belia, saya pikir anda bukan ustadzah itu. Maaf banget, ustadzah!”

Dengan sangat malu si pria ramah menundukkan badan beberapa kali di depan Silla membuat Silla justru semakin kikuk.

“Ah, jangan panggil saya ustadzah, saya benar-benar merasa belum pantas disebut seperti itu, saya masih dalam taraf belajar, beneran Mas!”

“Ah, pokoknya saya minta maaf, silahkan duduk dulu, saya panggilkan Mamah, acara juga sebentar lagi mau dimulai.”

“Santai aja Mas, asli … saya bukan ustadzah, cukup panggil saja saya Silla.”

Perkenalan yang cukup canggung, Niko sebagai tuan rumah tak mengenali Silla yang diundang khusus untuk mengisi acara ulang tahun ibunya. Yah, meskipun undangan sebenarnya bukan untuk Silla. Namun kecanggungan itu melumer berkat keramahan Silla. Hingga acara pun dimulai, semua orang berkumpul di dalam gedung.

Di salah satu kursi undangan, Yohan duduk berjajar dengan beberapa temannya seraya mengobrol ringan.

“Bro, ustadzahnya masih unyu-unyu!” seru salah satu teman Yohan.

“Dasar lu!” sahut Yohan tanpa melihat ke arah sosok yang sedang mereka bicarakan, yang berdiri di atas mimbar kecil, tengah memberikan tausiah dan permainan seru untuk anak-anak panti yang tampaknya mampu menghidupkan suasana, karena kebetulan saat itu tamu undangan adalah ibu-ibu arisan teman ibundanya Niko, serta anak-anak dari salah satu panti asuhan di kota itu.

“Dah! Kamu nggak usah ngelirik juga, beda server kalau sama kamu!” ledek Pitra, kawan Yohan yang kala itu juga menjadi salah satu tamu undangan.

“Hmm!” sahut singkat Yohan bahkan benar-benar tak ada keinginan untuk sekedar menatap sang ustadzah.

Bukan karena alasan khusus, namun Yohan beberapa kali tampak sibuk dengan ponselnya. Namun meskipun mata tak menatap, tapi telinganya yang tajam, mendengarkan.

“Jangan ribut, Tante mendengar perbincangan kalian, jadi siapa yang bakal dapetin ustadzah cantik itu diantara Niko, Pitra, atau Alex? Yang lainnya nggak usah coba-coba!”

...****************...

To be continued....

🥴up kalem ya

Terpopuler

Comments

◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻

◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻

Ini kisah nyata othor ya 🤔

2025-04-15

1

〈⎳ 𝕄𝕠𝕞𝕤 𝕋ℤ

〈⎳ 𝕄𝕠𝕞𝕤 𝕋ℤ

emang napa lainnya gak boleh???

2025-04-16

1

◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻

◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar🌻

kebiasaan emak" nih 😮‍💨

2025-04-15

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!