"Sampai kapan kau akan seperti ini zaf ?" tanya seorang perempuan berpakaian rapih dan memegang papan dada, Zafira hanya menghela nafasnya lelah "entahlah, trauma itu masih ada" jawaban Zafira membuat Cintia mengerucutkan bibirnya.
"Kau tidak bisa selamanya seperti ini, kau harus bisa berdamai dengan keadaan Zaf" lanjut kembali Cintia sembari menulis sesuatu di atas kertas putih yang berada di papan dadanya.
pintu ruang dokter Gavin terdengar terbuka disana sedang berdiri seorang Devan dan Edwin saling berangkulan dan berjalan melewati Zafira serta Cintia, tepat saat mata Zafira beradu dengan kedua manik Devan getaran dan ketakutan itu terlihat jelas hingga Zafira menegang seketika.
namun Devan tidak mengetahui apa yang terjadi dengan Zafira, mungkin bagi Devan kejadian 5 tahun yang lalu adalah bukan apa - apa bagi Devan tetapi tidak bagi Zafira Lalita.
ingin tau kelanjutkan ceritanya ?
kalian bisa baca ya teman - teman ini kelanjutan cerita tentang si kembar ya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sukapena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Buaya Darat
Devan mengerjapkan matanya karena terkena cahaya matahari pagi yang saat ini mengintip dari balik tirai jendela, Devan membuka matanya dengan lebar kemudian bangkit dari ranjang king size itu berjalan menuju kamar mandi.
Devan sudah bersiap untuk pergi ke rumah sakit milik keluarganya, dua hari lagi pesta pengesahan dirinya sebagai CEO rumah sakit keluarganya itu.
"Pagi bi" sapa Devan kepada bi Wati dan bi Wati tersenyum sopan "pagi tuan Devan" Devan duduk di meja makan menikmati masakan bi Wati sambil melihat isi ponselnya.
Edwin memberi kabar bahwa pagi ini dia melihat Zafira bersama dengan dokter Ananta , mereka terlihat akrab dan sepertinya dokter Ananta menaruh hati pada Zafira.
Devan yang melihat isi pesan teks dari Edwin seketika mengeraskan wajah dan memegang sendok yang dia gunakan untuk makan dipegang dengan erat.
"Dasar wanita jala**, sudah bersuami tetapi masih menggoda lelaki lain" gumam Devan dengan geram kepada Zafira, sebetulnya Devan tidak mengetahui siapa suami Zafira hanya saja dia tidak suka jika Zafira dekat - dekat dengan lelaki lain.
Kini Devan sudah selesai makan, rumah terasa sepi hanya ada Devan dan para pekerja, kedua orang tuanya sedang berada di Belgia. Sementara Gavin dan Nala sedang berada di singapur, lagi - lagi Devan merasa sendiri seperti saat dirinya ada di Swis.
Ponselnya berdering menandakan ada sebuah telfon masuk, Devan mengeryitkan dahi bingung karena tidak ada nama yang tertera dilayar namun hanya beberapa nomor saja.
Devan membiarkan ponselnya tetap berdering sampai telfon itu mati sendiri, dia mulai bangkit dari duduknya dan berjalan menuju carport.
Saat kakinya akan mencapai pintu depan rumah besar itu ada bi Wati disana sedang membersihkan vas bunga yang tak jauh dari pintu "bi aku ke rumah sakit ya" bi Wati yang disapa mengangguk sopan sambil tersenyum ke ibuan.
Devan sudah berada di dalam mobilnya, matanya fokus lurus ke depan untuk mengemudi. Hari ini jalanan cukup senggang mungkin karna sudah pukul 10 pagi, Devan memang sengaja bangun agak siangan karena tadi malam dia lagi - lagi mabuk.
Mungkin jika mama Vanya tau jika Devan minum - minum kembali seperti dulu mungkin mama Vanya akan mengamuk, Devan menghela nafanya.
Otaknya bekerja keras untuk mencari cara bagaimana memberantas para bajingan - bajingan itu yang telah menyakiti Erina dan Zafira, sehingga membutnya lagi - lagi merokok dan menyentuh minuman ber alkohol itu.
Mobil Devan sudah sampai di rumah sakit milik keluarganya, saat dirinya memasuki lobby rumah sakit banyak sekali pasang mata melihatnya terkagum.
Lagi - lagi ponsel milik Devan berdering nomor yang sama seperti tadi yang menghubunginya, tanpa babibu Devan angkat panggilan itu "Halo, ya" Devan melototkan matanya saat mendengar suara wanita disana.
"Mareta" ucap Devan sedikit pelan, dirinya saat ini sedang berada di depan life untuk menuju ke ruang kerjanya di lantai paling atas gedung rumah sakit keluarganya itu.
Pintu life terbuka menampakkan dua orang saling memakai seragam rumah sakit keluarganya itu, Devan melihat sekilas dan melangkah masuk ke dalam life.
Zafira melihat Devan yang masuk ke dalam kotak besi bersama dengan dirinya dan dokter Ananta "tumben sekali dia tidak menyapaku" gumam batin Zafira lalu kemudian dia menggeleng pelan.
"Iya sweetheart, maafkan aku okey aku sangat sibuk disini" Zafira melirik sekilas ke arah Devan yang sedang bertelfonan dengan seorang wanita sepertinya.
Zafira melengos tidak suka mendengar Devan memanggil Sweetheart pada seseorang disebrang sana "dasar buaya darat, sudah memiliki kekasih tetapi mendekati kakakku" gumam Zafira di dalam hati.