Sebuah kisah tentang seorang yang telah dikutuk menjadi Tua sejak lahir. Dimana segala yang melekat dalam dirinya mengandung misteri di balik apa yang membuatnya berbeda.....
Novel Doris Hart 2 ini merupakan kelanjutan kisah dari Doris Hart yang pertama.
Kutukan, Sihir dan Cinta selalu berkecimpung di dalam kehidupannya.....
Dapatkah Doris hidup dengan Uzda Masson seorang yang telah membuatnya berubah menjadi sosok manusia yang sesuai dengan usianya seperti sekarang ini?
Uzda yang di cintai nya belum pernah dapat bersama dengan Doris karena banyak hal yang menghalangi keduanya. Apakah itu? dan bagaimana kah Doris menghadapi nya?
Baca kisahnya sampai tamat! tinggalkan jejak kalian yang membaca kisah ini dengan cara dukung author melalui vote, nilai, like, subscribe, follow dan komentar.
Disarankan untuk membaca Doris Hart yang pertama dulu ya 😊
happy reading 😘
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Febby Sadin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kebiasaan Baru
Angin berhembus kencang, membuat rerumputan bergoyang, dan debu-debu beterbangan. Mata yang memicing sambil di halangi telapak tangan pun mengerjap kerjap. Tak ada sedikitpun senyuman yang tercipta meski suasana begitu indah di pandanginya. Karena tujuannya kini Hana satu, mendatangi Raja Doris, untuk menanyakan hal yang begitu penting baginya.
Setelah dua masuki hutan Montrose, tetap senyuman ramah yang menyapanya tak membuatnya tersenyum, dia hanya membalasnya dengan anggukan kepala. Dan tanpa bertanya, dia langsung menuju tempat persinggahan Raja Doris.
Saat dia telah berada di depan tempat itu, terlihatlah olehnya seorang lelaki yang tak dikenalnya sedang membersihkan pedang, mengusap, dan mencuci pedang itu.
Dengan ragu, dia pun mengucap salam..." Assalamualaikum...." sambil terus menatap heran.
Mendengar ucapan salam, seolah salah mendengar, dengan sedikit tercengang, dia letakkan pedang yang di pegangnya. Sambil menjawab, "Waalaikumsalam...." dan seketika itu dalam hati dia berkata,
"Siapa gerangan lelaki tampan yang datang dengan mengucap salam di tengah daerah atheis ini?" sambil berjalan mendekati orang yang tak di kenalnya itu.
saat berhadapan, dia langsung mengulurkan tangan, namun seketika itu lagi-lagi orang yang tak dikenalnya itu membuatnya tercengang, saat tiba-tiba orang itu berkata.
"Bisakah aku bertemu dengan Raja Doris Hart?!!" dengan menyebutkan nama lengkap Doris.
Membuatnya semakin tercengang, namun sekaligus membuatnya seolah lupa segalanya. Karena seketika itu dia menjawab, "Raja belum datang, mungkin beliau masih menyendiri di hutan Montroseis...."
Dan saat orang yang tak dikenalnya itu mulai melangkah menjauh, seolah baru sadar, dia langsung berteriak,
"Maaf, kita belum saling mengenal! nama saya Cloe! Anda siapa?!!" teriaknya.
Namun orang itu memang benar-benar tak ingin mendengar apapun, meski Cloe tahu teriakannya begitu keras. Sampai membuat tatapan semua penduduk yang berlalu lalang pun hanya pada Cloe.
Sedangkan kini dia memang benar-benar tak pedulikan teriakan orang bernama Cloe itu, karena kini tujuannya hanya satu. Doris Hart.
Dan kini, seperti biasa sebagaimana yang dia lakukan di depan gemericiknya aliran sungai, tepatnya dia duduk di atas batu, dia menatapi sekeliling sambil berdzikir padaNya. Menikmati semilir kesejukan berada di bawah lindungan pohon-pohon rindang.
Namun saat dia mendengar ucapan salam, "Assalamualaikum...." dia langsung mengalihkan pandangan, melihat siapa gerangan yang telah mengucap salam. "Cloe kah? tapi suara berbeda .... lalu siapa?"
Dan setelah terlihat siapa yang telah datang padanya sambil mengucap salam, tersenyum senanglah Doris, sambil menjawab salam. "Waalaikumsalam...."
Sambil langsung merengkuh orang yang telah dianggap nya saudaranya sendiri, dia bertanya. "Bagaimana kabarmu wahai Herman Holstein?!"
Sedangkan Herman, meski telah di peluk dan di tanyai keadaan dirinya oleh Doris, tetap saja tak ada sedikitpun senyuman di bibirnya. Bahkan tanpa menjawab pertanyaan Doris, setelah mereka melepaskan pelukan, Herman bertanya,
"Apa kau mau membantuku?!" tanya nya, dengan mengerutkan kening.
Dalam sejenak Doris tercengang dengan pertanyaan Herman, karena seketika itu dia tahu saudaranya sedang membutuhkan bantuan.
"Apapun, Herman! apapun!!!" jawab Doris, meyakinkan.
Sambil menunduk, karena setelah mendengar ucapan Doris kedua matanya berkaca-kaca.
"Apa kau masih ingat Josef kakakku?" tanyanya, lalu menatap tak berkedip pada Doris. Hingga terlihatlah oleh Doris kedua mata Herman yang berkaca-kaca.
Doris pun mengangguk. Dan bersamaan dengan pengaduan Herman, air mata di kedua matanya pun tak lagi dapat terbendung, hingga membasahi pipi.
"Dia menghilang Doris.... telah satu tahun dia hilang, sejak terjadinya peperangan disini."
Mendengar nya, seolah petir menyambar, Doris sangat terkejut. Dia langsung membelalakkan kedua matanya.
Dan setelah lama menunggu jawaban, akhirnya Doris menjawab, "Aku akan membantumu!" yang seketika itu membuat Herman langsung memeluknya.
"Kau memang saudaraku, Doris!! kau saudaraku!!" setelah puas, Herman pun melepaskan pelukannya.
Dan setelah Herman melepaskan pelukannya, dia langsung menatap tersenyum pada Doris dan bertanya.
"Oh,ya.. apa yang kau lakukan disini, wahai Raja Doris?!" ucapnya, sambil menepuk lembut pundak Doris.
Sedangkan Doris, melihat keceriaan di wajah Herman yang secara tiba-tiba, dia pun juga berusaha tersenyum. Dan dengan membalas tepukan tangan Herman ke pundaknya, dia menjawab.
"Entahlah, saudaraku! selama ini aku merasa tenang berada disini...."
Herman mengangguk, meski bibirnya menyungging menunjukkan bahwa dia tak percaya dengan jawaban Doris.
Setelah itu Doris pun mengajak Herman ke tempat persinggahannya. Disana Doris menyuguhkan Herman berbagai macam makanan dan minuman. Herman terkejut melihatnya, namun dia akhirnya memaklumi kehidupan Doris yang menjadi seorang Raja.
Diruangan itu, Doris duduk bersampingan dengan Herman, tapi dia terus melihat kanan kirinya. Dan dalam hati dia memekik, "Sepertinya ada yang kurang!"
Dan setelah dia ingat kembali, dia kemudian berdiri dari duduknya, berjalan ke luar ruangan. Dan setelah dia dapati sosok yang baginya menjadi pelengkap, dia pun berkata, "Hai tangan kananku!" dia mengisyaratkan dengan gerakan tangan. Sampai datanglah Cloe ke hadapannya.
Bersama Cloe, dia kembali duduk di tempatnya. Dan Cloe duduk di samping kanannya seperti biasa, sampai berhadapan lah dia dengan Herman.
Cloe tersenyum pada Herman, sedangkan Herman masih mengerutkan kening saat tahu dia dapati orang yang sama.
"Perkenalkan, hai saudaraku! dia adalah orang yang menjadi tangan kananku selama ini.... pengganti kedudukan Alfred." ucap Doris, dengan tersenyum.
Dengan masih tercengang, saat Cloe mengulurkan tangan, Herman pun menerima uluran tangan Cloe.
"Cloe!" ucap Cloe, dengan tetap tersenyum.
"Herman.... Herman Holstein..." jawabnya.
Melihat raut wajah Herman yang masih terlihat terkejut itu pun, Doris langsung bertanya, "Ada apa, hai saudaraku?" seolah tahu apa yang Herman rasakan.
"Mengapa dia menggantikan kedudukan Alfred?! kemana Alfred?!!" tanyanya, secara tiba-tiba.
Mendengar pertanyaan Herman, raut wajah Doris yang ceria pun seketika berubah menjadi sedih, karena teringat kembali tentang sosok seorang Alfred.
Cloe pun ikut terdiam menunduk, dia merasakan kesedihan yang dirasakan Rajanya. Tapi kemudian Doris mengisyaratkan dengan tangannya, bahwa Cloe yang akan menjelaskan semuanya. Cloe pun mengangkat wajahnya, dia tatap sayu orang di depannya itu dan mulai bercerita.
"Satu tahun yang lalu...." Cloe pun menceritakan semuanya. Sampai saat penguburan Alfred.
"Setelah itu, hutan Montrose yang dalam keadaan berduka, berusaha seikhlas mungkin dengan kepergian kak Alfred. Dan berusaha mengubur dalam-dalam segala kepedihan, agar hutan ini tetap makmur...."
"Bolehkah aku tahu dimana Alfred dikuburkan?" tanya Herman.
Cloe menatap Rajanya, meminta persetujuan. Dan saat itu juga Doris mengangkat wajahnya, sambil berusaha tersenyum, meski terlihat beberapa sisa-sisa air matanya yang tumpah. "Boleh!" jawab Doris.
Cloe pun tersenyum melihatnya, sedangkan Herman semakin mengerutkan kening.
"Ada apa lagi denganmu Herman, apa masih ada yang mengganjal??" tanya Doris, setelah menyadari Herman masih tetap mengerutkan kening.
"Tunggu dulu! aku baru ingat!"
"Apa Herman?!"
"Pada hari yang sama, tanggal yang sama, kakakku datang ke hutan Montrose. ya! dia mengabarkan kepada kita agar ikut dengannya.... tapi saat itu kita sedang sibuk, jadi aku maupun Laurain istriku tak bisa menemani kak Josef datang ke hutan Montrose...."
"Apa kau tahu tujuan kakakmu datang kesini?"
Sambil mengangguk yakin, "Dia bilang akan mengambil sesuatu yang telah lama dia harapkan untuk memilikinya!" ucapnya.
"Jadi kesimpulannya kak Josef menghilang di hutan Montrose... tapi bagaimana mungkin?" ucap Cloe, mencoba menyimpulkan.
"Dan siapa yang telah menyekap kakakku, bila benar dia disekap?" ucap Herman, menambahkan.
Doris mendengarkan pendapat pendapat keduanya. "Insyaallah... tak lama semua ini akan terjawab." ucapnya, sambil sejenak kedua tangannya menengadah ke langit, kemudian mengusapkan ke wajahnya.
"Amin...." keduanya mengamini.
...****************...
Doris mengantarkan Herman ke tempat dikuburkan nya Alfred. Saat di depan Makam Alfred, ketiganya mengirimkan doa pada Alfred. Dan seusai mendoakan, Doris mulai menerawang langit dan berkata.
"Oh Alfred... aku sangat berusaha mengikhlaskan kematian mu... tapi sampai kini ada satu yang ku sayangkan selama kau tiada... kau meninggal dalam keadaan tidak memeluk agama Allah.... agama Islam... semoga Allah menempatkan mu di tempat terbaik.... meski kau bukan pemeluk agamaNya...."
Keduanya hanya terdiam mendengarkan, sampai saat Doris mulai melangkah meninggalkan tempat itu, baru Herman sedikit menggelengkan kepala.
"Mengapa dia begitu mulia? siapakah dia sebenarnya?" tanya Herman, dengan suara lirih, seolah bertanya pada diri sendiri.
Cloe menyungging senyum. Tanpa menjawab pertanyaan Herman, karena dalam hati dia juga bertanya-tanya tentang Doris.
Sambil menatap Cloe, "Apa kau tahu mengapa dia selalu berada di hutan Montrose...?" tanya Herman, pertanyaan yang dari tadi ingin ditanyakan nya.
Cloe tersenyum, "Raja Doris sejak pindah kesini selama satu tahun lamanya, beliau memang memiliki kebiasaan baru. Ya, menyendiri di hutan Montroseis.... tapi sebenarnya beliau bagiku tidak hanya menyendiri dan terdiam disana.... tapi beliau terus berdzikir padaNya..." jawab Cloe.
...****************...