MOHON BACA CERITA SEBELUMNYA ( Cerita dibalik seragam SMA) agar kalian tahu alurnya.
Sebuah tragedi 10 tahun yang lalu sangat meninggalkan luka yang mendalam. Kehilangan istri tercinta dengan sangat tiba-tiba membuat Elvin Zayyan Pradipta kehilangan semangat hidupnya.
Keinginan untuk mengakhiri hidup selalu berada di benaknya, namun ia harus bangkit demi sang putra, Jun Seo.
Kematian sang istri telah menjadi misteri. Tidak ada yang tahu seperti apa hingga istrinya bisa jatuh ke jurang.
*
Ketika Elvin tengah mencari tahu sebuah kasus yang terjadi bersama para bawahan grandma, saat itu pula ia harus kehilangan sang putra angkatnya, Jun Seo. Untuk kedua kalinya ia harus hancur kembali.
Namun sebuah hal mencengangkan terjadi, ia menemukan seseorang menjadi bahan percobaan ekstrim oleh pria yang ia kenal sebagai orang tua dari temannya.
Hal gila itu tidak mempunyai membuatnya berkata-kata melihat keadaannya yang sungguh membuat tubuhnya hancur berkeping-keping.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yaya haswa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CRDT 15
Keesokan paginya
Pagi-pagi Elvin sudah bersiap untuk ke kantor. Ia sedang menatap pantulan dirinya di cermin sembari mengenakan dasi. Setelah selesai ia turun ke bawah. Ia melihat keluarganya tengah bersantai di depan TV.
"Dadda ke kantor dulu, Jun " ucap Elvin setelah mencium ubun-ubun sang putra.
"Dad, Jun boleh pergi ke keluar sama aunty, sama om Bin gak ?" tanya Jun .
"Mau ke mana?" tanya Elvin pada Bintang.
"Aku mau ke panti asuhan, kak. Udah lama gak kesana" Jawab Bintang.
"Ouh....boleh pergi, tapi pakai mobil"
"Terima kasih, dad" ucap Jun .
"Hmm....aku pergi dulu" Elvin meninggalkan rumah menuju kantor.
"Ganti bajumu sebelum pergi, Jun . Gunakan juga topi!!" ucap mommy setelah Elvin meninggalkan rumah.
Mendengar perkataan sang nenek, Jun segera ke kamarnya untuk berganti pakaian. Tak lama kemudian ia kembali dengan setelah yang rapih. Menggunakan celana jeans panjang dan juga baju kaos hitam polos yang panjang, jangan lupakan topi hitamnya juga.
"Ayo kita berangkat jagoan" ucap Bintang dengan memegang tangan Jun .
Mengingat ini adalah libur tengah semester untuk anak sekolah, sehingga guru seperti Anggitha juga tentu libur.
"Bawa ini! Beli sesuatu untuk mereka yang ada di panti " ucap Daddy seraya memberikan kartu ATM nya.
"Iya dad" Bintang menerimanya dengan senang hati. Ia memang sudah berencana untuk membeli lauk nanti, tapi tidak begitu banyak karena uangnya juga terbatas.
"Hati-hati bawa mobilnya, Bintang. Salam buat ibu panti" sahut mommy.
"Oke mom. Kami pergi dulu "
Bintang, Anggitha dan Jun pergi ke panti asuhan menggunakan mobil milik mommy. Bintang sendiri yang akan menyetir. Ia bisa menyetir saat masih duduk di kelas 10.
Di dalam mobil, Jun duduk di depan sedangkan Anggitha berada di belakang. "Kak Gita tahu tempat jual makanan yang enak?" tanya Bintang.
"Ada tempat makan sesudah lampu merah depan. Bukan restoran sih, tapi tempat itu bersih dan juga masakannya enak-enak "
"Kita di situ saja."
Jun duduk tenang di kursinya sembari menatap keluar jendela. Sampai ia merasa pusing, ia memukul-mukul kepalanya beberapa kali. Berharap rasa pusing itu hilang.
"Kepalanya kenapa, Jun ?" Bintang yang menyadari Jun sedang memukul kepalanya, segera bertanya.
"Kepalaku pusing, om Bin" jawab Jun dengan masih memukul kepalanya.
"Kepalanya jangan di pukul gitu dong, nanti tambah sakit. Sini sama aunty di belakang !" Anggitha mengulurkan tangannya ke depan agar Jun berpindah ke belakang.
Jun menerima uluran tangan itu dan berpindah di belakang. Duduk di sebelah sang aunty. Merebahkan kepalanya di atas paha aunty. Anggitha mengusap kepala Jun dengan sayang, berharap dapat meredakan rasa saki kepala dan membuat Jun tertidur.
"Tidur ya? biar kepalanya gak pusing " ucap Gita . Jun langsung memejamkan matanya berusaha untuk tidur.
Jun benar-benar tidur hingga mereka tiba di panti asuhan. Walaupun sempat lama di tempat makan karena memesan banyak porsi.
Anggitha baru akan membangunkan Jun , namun Jun bangun dengan sendirinya dalam kondisi kaget disertai panik.
"Hahh....hahh...hahh…" nafas Jun naik turun dengan cepat.
"Jun kenapa ?" Anggitha ikut panik melihatnya. Ia khawatir Jun tambah sakit.
"Aunty, Jun takut " Jun langsung memeluk sang aunty dengan erat. Tangannya yang bergetar bisa Anggitha rasakan.
Anggitha mengusap lengan Jun dengan sayang. "Jun takut kenapa? Jun mimpi ya?"
Jun mengangguk dengan masih menenggelamkan wajahnya di dada sang aunty. "Jun mimpi ada yang kejar-kejar. Jun takut mereka menangkap kita" ucap Jun dengan ketakutannya.
"Enggak pa-pa. Kita aman kok disini. Kita sudah berada di panti asuhan. Gak mungkin ada yang kejar, kita di dalam mobil kan?"
"Sungguh ? Mereka tidak akan mengejar kita, aunty ?" tanya Jun memastikan.
"Iya sayang" jawab Anggitha seraya mengusap pipi Jun . "Jangan takut ya, ada aunty dan juga om Bin bersama Jun" ia berusaha menenangkan Jun agar tidak merasa takut lagi akibat mimpi buruknya.
Jun mengangguk kecil mendengarnya. Anggitha tersenyum melihat anggukan Jun . "Ayo kita turun! Om Bin sudah masuk dari tadi" Anggitha mengajak Jun keluar dari mobil.
Dengan memegang satu tangannya, Anggitha membawa Jun masuk ke dalam panti asuhan. Menginjakkan kaki pertama kali di panti asuhan sudah terdengar riuh suara anak-anak.
"Assalamualaikum " ucap Anggitha ketika memasuki pintu.
Suara yang tadinya berisik seketika hening. Mereka menatap Anggitha dengan pandangan yang sulit terbaca, apalagi tatapan ibu panti yang tampak kaget melihat wajah Anggitha .
"Queen " ucap ibu panti lirih.
Ibu panti mengira Anggitha adalah Queen-nya yang telah lama meninggal dan kini berdiri di hadapannya dengan tampilan berbeda.
Note : (Mengingatkan sekali lagi, Queen adalah panggilan untuk Clara ketika berada di panti asuhan dan bersama teman tim motornya dulu. Dan panggilan Agatha hanya panggilan khusus Anggitha pada adiknya itu)
Sementara anak panti yang melihat Anggitha, menatapnya bingung. Penampilannya yang berbeda dari terakhir kali mereka melihatnya. Jadi mereka hanya diam saja.
"Em...Bu, kenalin....ini kak Gita, saudara kembar kak Queen " seru Bintang.
Seketika itu pula ibu panti tersadar. "Astaghfirullah.... bagaimana bisa ibu berfikir itu kakak Queen kita" ibu panti mengusap dadanya. "Maaf ya nak, ibu gak tahu kalau Queen punya saudara kembar. Kalian sangat mirip sekali" ibu panti mendekati Anggitha .
"Iya Bu, gak pa-pa. Saya mengerti. Wajah kami memang mirip, tapi yang membedakan adalah tubuh dan juga jilbab" ucap Anggitha
"Oh iya. Apa ini putramu ?" ibu panti melirik Jun yang diam sedari tadi.
"Ahh...bukan. Ini Jun , putra Queen dan juga Elvin "
"Ohh...astaga ini Jun !!" pekik ibu panti. "Ibu hanya pernah mendengar namanya dari Bintang. Queen sama Elvin belum sempat membawa Jun kesini" lanjut ibu panti.
"Salim sayang, sama ibu pantinya!" pinta Anggitha . Jun segera mencium tangan ibu panti. Ibu panti tersenyum seraya mengusap rambut Jun .
"Ayo masuk. Kita makan sama-sama" ajak ibu panti.
Makanan mulai di hidangkan dengan memberikan di atas piring masing-masing anak. Bintang dan Anggitha ikut membantu menghidangkannya, sedangkan Jun hanya duduk manis bergabung dengan anak-anak lainnya.
Suasana di panti terasa menyenangkan. Selesai makan para anak-anak langsung bermain. Mereka sangat mudah akrab. Mengajak Jun bermain bersama dan Jun juga terlihat terbuka dan merasa senang dengan teman-temannya. Bintang juga ikut bergabung dengan anak-anak panti. Ia tidak bisa melupakan mereka yang pernah merasa tinggal di panti bersama sebelum di angkat menjadi bagian keluarga Pradipta.
Ibu panti dan Anggitha hanya diam duduk di bangku teras depan rumah panti. Ibu panti tampak tersenyum melihat keceriaan anak-anak disana.
"Bintang tumbuh begitu cepat. Ibu bersyukur dia menemukan keluarga yang baik. Dulu ketika Queen masih remaja, dia selalu datang kesini bersama Fara dan anak lainnya. Ibu sangat bersyukur punya mereka hingga saat ini" ucap ibu panti pelan.
Anggitha mendengarkan perkataan ibu panti sembari menatap wajahnya. "Aku dengar dari ayah, Queen bersama teman-temannya yang selalu mengatur keuangan di sini" ucap Anggitha .
"Benar sekali. Kalau gak ada mereka, kami disini akan makan apa. Waktu berputar begitu cepat, ibu sangat merindukan mereka. Mereka sudah besar sekarang dan sudah punya kehidupan masing-masing"
Anggitha mengangguk mendengarnya. Ia bisa melihat raut kesedihan di wajah ibu panti. Merindukan masa-masa dimana mereka semua masih kecil dan belum sedewasa sekarang.
"Melihat wajahmu benar-benar membuat ibu merindukan Queen. Ibu terlambat mengetahui tentang kematiannya, sehingga kami hanya bisa melihat ketika Queen sudah di makamkan beberapa hari setelahnya " ada raut penyesalan di wajah ibu panti. Ia juga tidak bisa menyalahkan para anggota tim yang lambat memberi tahunnya.
Jika Kevin tidak memberitahunya, ia selamanya mungkin tidak akan mengetahui tentang kematian Queen.
"Kejadiannya memang sangat mendadak, kamu pun sangat Shok saat itu. Aku dan ayah bahkan baru tiba di rumah dari luar kota satu hari sebelum kabar itu. Aku juga sangat merindukannya, Bu. Dia adalah anak yang ceria dan sangat baik. Dia selalu menyemangati ku setiap saat, namun ada janji yang belum ia penuhi padaku sebelum dia pergi" Anggitha menatap lurus dengan pandangan sendu. Matanya sedikit berkaca-kaca kala mengingat adik kembarnya itu.
Ibu panti mengusap punggung Anggitha dengan pelan. Tidak ada yang bisa melupakan gadis cantik nan baik hati itu. Kepergiannya yang begitu tiba-tiba meninggalkan luka yang sangat membekas untuk mereka yang dekat dengannya.
.
.
.
"Kami pamit pulang, bu" ucap Bintang. Ia mencium tangan ibu panti. Waktu bermain sudah cukup, kini waktunya untuk pulang.
Anggitha dan Jun juga mencium tangan ibu panti sebelum pulang.
"DADAH JUN!!" teriak anak-anak panti seraya melambaikan tangannya ke arah Jun.
"Dadah.....lai kali kita main lagi ya?" ucap Jun seraya melambai.
"IYA" sahut mereka.
Mobil mereka pun meninggalkan panti asuhan. "Jun senang?" tanya Anggitha . Ia bisa melihat raut wajah gembira pada ponakannya itu.
"Sangat senang " jawab Jun .
Anggitha ikut tersenyum melihatnya. Mereka kembali diam. Hingga tiba-tiba terdengar suara ban mobil yang meletus dan membuat mobil jadi oleng. Bintang membelokkan stir mobil dengan cepat ke arah kiri meninggalkan aspal.
"Apa yang terjadi, Bintang ?" tanya Anggitha bingung.
"Sepertinya ban nya meletus, kak" Bintang turun untuk mengeceknya. Dan benar saja, kedua ban belakang mobil tiba-tiba pecah. Bintang mengerutkan keningnya melihat itu.
"Bagaimana bisa pecah?" gumam Bintang. Ia memperhatikan ban-nya dengan teliti. Sampai ia melihat sesuatu yang tergeletak di aspal tidak jauh dari mobil.
"Hah??" Bintang kaget kala melihat benda itu. "Inikan peluru. Kenapa bisa ada disini? Suaranya juga gak ada kalau memang ada orang yang sengaja menembak ban mobil" gumam Bintang.
Ia masih mengaitkan peluru itu dengan ban mobilnya, sampai ia terpikirkan dengan sesuatu.
"Apa jangan-jangan....... Gawat!!" Bintang segera masuk ke dalam mobil dan menguncinya dengan rapat. Ia mengambil handphone dan menelpon sang kakak, Elvin .
"Ada apa, Bintang ?" tanya Anggitha . Ia melihat raut wajah panik Bintang dan membuatnya jadi takut.
Bintang tidak menjawab. Telpon yang terangkat, ia pun langsung berbicara.
"Halo kak......
Dor
Belum selesai Bintang berbicara, suara tembakan tiba-tiba terdengar dan mengarah ke kaca bagian belakang mobil.
"Arkhhh...." teriak Anggitha sembari menarik Jun agar menunduk.
Bintang pun ikut menunduk di bawah kursi. "Kak, ada orang yang menembak mobil. Kami gak bisa kabur karena ban mobil pecah" ucap Bintang di telepon.
.
.
NEXT
Siapa yang menembak?
smga Elvin menolak perjodohan nya.