Seorang Jenderal perang yang gagah perkasa, seorang wanita yang berhasil di takuti banyak musuhnya itu harus menerima kenyataan pahit saat dirinya mati dalam menjalankan tugasnya.
Namun, kehidupan baru justru datang kepadanya dia kembali namun dengan tubuh yang tidak dia kenali. Dia hidup kembali dalam tubuh seorang wanita yang cantik namun penuh dengan misteri.
Banyak kejadian yang hampir merenggut dirinya dalam kematian, namun berkat kemampuannya yang mempuni dia berhasil melewatinya dan menemukan banyak informasi.
Bagaimana kisah selanjutnya dari sang Jenderal perang tangguh ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nuah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16. Misi Rahasia Ziad
Akhirnya, setelah sekian lama, Alessia menerima lamaran Ziad.
Dan kini, dunia bersiap menyaksikan pernikahan paling menawan dan menggemparkan abad ini.
Sejak hari Alessia mengatakan "Ya," kehidupan Ziad berubah drastis.
Jika sebelumnya ia hanya mengejar Alessia tanpa henti, kini ia menjadi pria paling sibuk di dunia.
Ia harus mengatur segalanya—gaun pernikahan, tempat, tamu, keamanan, hingga memastikan bahwa tidak ada satu pun musuh yang berani mengusik hari bahagianya.
Bahkan anak buah Alessia sampai merasa kasihan padanya.
“Bos, aku belum pernah melihat pria sekuat Ziad menjadi budak pernikahan seperti ini.”
Alessia hanya mengangkat bahu santai. “Dia yang ingin menikahiku, bukan?”
Pernikahan ini tidak bisa dilakukan secara sederhana.
Bagaimana mungkin seorang Ratu Mafia menikah tanpa membuat seluruh dunia heboh?
Dari mafia, politikus, pemimpin dunia, hingga musuh lama mereka—semua harus datang.
Tempat?
Sebuah kastil mewah di Italia, dengan keamanan super ketat.
Gaun Alessia?
Sebuah gaun putih elegan yang dirancang khusus, dengan sentuhan hitam yang melambangkan masa lalunya yang kelam, dan mahkota berlian sebagai simbol kejayaannya.
Ziad?
Pria itu berdiri gagah dalam setelan klasik hitam, tetapi ekspresi wajahnya jelas menunjukkan ketegangan.
Kaelus, yang bertindak sebagai ‘pengawal kehormatan’ sang ibu, hanya bisa menahan tawa melihat ayahnya begitu gugup.
“Tenang saja, Ayah. Ibu tidak akan menembakmu di altar… Mungkin.”
Ziad hanya bisa menghela napas panjang.
Dan ketika Alessia akhirnya berjalan di lorong panjang dengan penuh keanggunan, dunia seakan berhenti berputar.
Tidak ada yang lebih indah daripada momen itu.
Di hadapan semua tamu, Ziad menggenggam tangan Alessia.
Mata mereka bertemu, dan untuk pertama kalinya, Alessia melihat ketulusan yang tidak pernah berubah dari pria ini.
“Aku mencintaimu, Alessia. Aku telah melewati ribuan jalan berbahaya hanya untuk bisa berdiri di sampingmu hari ini. Dan aku bersumpah, aku akan selalu berada di sisimu—sebagai suamimu, sebagai mitramu, dan sebagai orang yang akan selalu melindungimu.”
Alessia menatapnya, lalu tersenyum tipis.
“Aku bukan wanita yang mudah dicintai, Ziad. Aku penuh luka, penuh kegelapan. Tapi jika kau berani menghadapi semua itu… maka aku akan membiarkanmu berjalan bersamaku.”
Ziad tidak ragu. “Aku akan selalu berjalan di sisimu, Alessia.”
Saat mereka akhirnya mengikat janji, semua tamu bersorak, dan dunia menyaksikan bagaimana seorang mata-mata legendaris dan Ratu Mafia akhirnya bersatu.
Namun, di balik semua kebahagiaan ini, ada satu rahasia yang akhirnya terungkap.
Di malam sebelum pernikahan, Kaelus bertanya kepada ayahnya,
“Ayah… bagaimana kau bisa berjalan lagi setelah enam tahun lumpuh?”
Ziad terdiam.
Matanya menerawang ke masa lalu yang penuh penderitaan.
Enam tahun lumpuh… enam tahun hanya bisa melihat dunia dari kursi roda…
Semuanya dimulai dari sebuah misi berbahaya yang gagal total.
Saat itu, Ziad tertangkap oleh musuh, dan mereka menghancurkan tulang belakangnya dengan brutal.
CAI mengira ia sudah mati.
Alessia tidak tahu bahwa pria yang dicintainya sedang mengalami siksaan paling menyakitkan.
Namun, di saat dunia mengabaikannya, Ziad tidak menyerah.
Dengan tekad kuat dan bantuan teknologi medis paling canggih, ia perlahan mulai belajar berjalan kembali.
Butuh enam tahun penuh penderitaan, operasi berkali-kali, dan latihan menyakitkan.
Dan pada akhirnya, ia bangkit kembali sebagai pria yang lebih kuat dari sebelumnya.
Kaelus terdiam mendengar kisah itu.
Ia kini mengerti seberapa besar pengorbanan ayahnya. Bukan hanya untuk dirinya, tetapi juga untuk ibunya.
Pernikahan ini bukan hanya tentang dua orang yang saling mencintai.
Ini adalah kisah tentang luka yang akhirnya sembuh, kesalahpahaman yang akhirnya terurai, dan perjalanan panjang menuju kebahagiaan.
Dan kini, Alessia dan Ziad tidak lagi berjalan sendirian.
Mereka berjalan bersama.
Sebagai keluarga. Sebagai suami-istri. Dan sebagai legenda yang akan dikenang selamanya.
.
.
Bulan madu bukanlah sesuatu yang pernah ada dalam rencana Alessia.
Sebagai Ratu Mafia, ia punya terlalu banyak urusan untuk ditinggalkan begitu saja hanya demi bersantai dengan suaminya.
Namun, Ziad tidak akan membiarkan itu terjadi.
“Kita butuh waktu berdua, Sayang.”
“Aku sibuk.”
“Lalu kapan lagi aku bisa memiliki istriku sendiri tanpa ada yang mengganggu?”
“Kau selalu bisa menemukanku di markas.”
“Tidak. Aku ingin bulan madu.”
Alessia terus berusaha mengelak.
Namun, setelah sekian hari bujukan, rayuan, dan bahkan sedikit ancaman manis, akhirnya Ziad menang.
Alessia menyerah. “Baiklah. Tapi hanya sebentar.”
Ziad tersenyum penuh kemenangan. Sebentar? Kita lihat nanti.
Karena kali ini, ia punya misi pribadi.
Misi untuk membuat seorang adik bagi Kael.
Ziad tidak memberitahu Alessia ke mana mereka akan pergi.
Ia hanya menutup mata istrinya dengan kain hitam dan membawanya pergi dengan jet pribadi.
“Apa aku akan dijual?” Alessia bertanya dengan nada sarkastik.
“Kalau aku menjualmu, lalu dengan siapa aku akan hidup?” jawab Ziad sambil tertawa kecil.
Setelah perjalanan beberapa jam, akhirnya pesawat mereka mendarat.
Begitu kain penutup mata Alessia dibuka, matanya melebar.
Di hadapannya terbentang pantai tropis dengan air biru sebening kristal.
Sebuah pulau pribadi, dengan hanya ada satu vila mewah yang berdiri di tengahnya.
Tempat ini begitu terpencil, tenang, dan indah.
Alessia mengerutkan kening. “Jangan bilang kau membeli seluruh pulau ini hanya untuk bulan madu.”
Ziad menyeringai. “Aku tidak membeli. Aku sudah memilikinya sejak lama.”
Alessia menatapnya dengan curiga. Sejak kapan pria ini memiliki pulau pribadi?
Namun, ia terlalu lelah untuk bertanya lebih jauh.
Ia hanya ingin menikmati suara ombak dan udara yang begitu menyegarkan.
Namun tentu saja, bagi Ziad, bulan madu ini bukan sekadar untuk bersantai.
Ia punya tujuan lain.
Dan ia akan memastikan misinya berhasil.
Setelah mereka menetap di vila, Alessia akhirnya mulai menikmati suasana.
Ziad memperlakukannya seperti seorang ratu sejati.
Sarapan di balkon dengan pemandangan laut.
Mandi bersama di bak besar yang dipenuhi kelopak bunga.
Makan malam romantis dengan cahaya lilin.
Alessia hampir lupa bahwa ia adalah penguasa dunia bawah.
Namun, ia tidak bodoh.
Saat melihat cara Ziad tersenyum penuh rencana, ia mulai curiga.
“Kenapa kau terlihat seperti pria dengan niat tersembunyi?”
Ziad hanya mengangkat bahu santai. “Aku? Tidak ada apa-apa.”
Namun, Alessia bukan wanita bodoh.
Dan kecurigaannya terbukti.
Setiap malam, Ziad selalu memastikan mereka “sibuk” hingga larut malam.
Dan itu bukan karena pekerjaan.
Saat akhirnya Alessia sadar apa niat pria itu, ia menatap suaminya dengan tatapan tajam.
“Jadi ini rencanamu? Membuatku hamil?”
Ziad tidak menyangkal.
Ia justru tersenyum puas.
“Kael butuh adik.”
Alessia ingin marah, tapi bagaimana bisa marah jika ia sendiri menikmati setiap malam yang mereka lalui?
Mungkin, hanya mungkin… ide Ziad tidak sepenuhnya buruk.
Namun, ia tidak akan menyerah begitu saja.
“Kalau kau ingin membuatku hamil, kau harus berusaha lebih keras lagi, Sayang.”
Dan tentu saja, Ziad menerima tantangan itu.
Beberapa minggu berlalu.
Setiap malam mereka masih sibuk dengan misi Ziad.
Namun, setelah sekian kali usaha, Alessia masih tidak menunjukkan tanda-tanda hamil.
Ziad mulai merasa frustasi.
Ia bahkan sampai mencari tahu cara-cara meningkatkan peluang sukses.
“Mungkin kita harus mengubah pola makan.”
“Mungkin kita harus mencoba teknik lain.”
“Mungkin kita butuh lebih banyak usaha.”
Alessia hanya tertawa melihat kepanikan suaminya.
Baginya, ini lucu.
Siapa yang menyangka bahwa seorang pria yang dulunya mata-mata dingin dan tidak berperasaan kini begitu terobsesi ingin memiliki bayi?
Namun, di satu sisi, Alessia diam-diam juga mulai berharap.
Bagaimana rasanya jika mereka memiliki anak perempuan?
Seorang putri kecil yang akan tumbuh kuat dan cerdas seperti dirinya…
Atau mungkin, licik dan penuh taktik seperti ayahnya?
Pikiran itu tidak terasa buruk.
Dan untuk pertama kalinya, Alessia mulai benar-benar berharap bahwa misi Ziad berhasil.
Setelah sebulan di pulau itu, akhirnya mereka harus kembali ke dunia nyata.
Namun, sebelum mereka berangkat…
Alessia mulai merasa aneh.
Ia lebih cepat lelah. Ia mulai merasa mual di pagi hari. Ziad langsung menyadarinya.
Dan ia tidak bisa menyembunyikan senyumnya. “Sepertinya misiku berhasil.”
Alessia menatapnya tajam. “Jangan terlalu percaya diri.”
Namun, jauh di dalam hatinya…
Ia tahu.
Bulan madu ini bukan hanya tentang cinta, tetapi juga tentang awal dari kehidupan baru.
Dan kali ini, ia siap menyambutnya.