NovelToon NovelToon
Alas Mayit

Alas Mayit

Status: sedang berlangsung
Genre:Kutukan / Misteri / Horor / Rumahhantu / Hantu / Iblis
Popularitas:45
Nilai: 5
Nama Author: Mr. Awph

​"Satu detik di sini adalah satu tahun di dunia nyata. Beranikah kamu pulang saat semua orang sudah melupakan namamu?"
​Bram tidak pernah menyangka bahwa tugas penyelamatan di koordinat terlarang akan menjadi penjara abadi baginya. Di Alas Mayit, kompas tidak lagi menunjuk utara, melainkan menunjuk pada dosa-dosa yang disembunyikan setiap manusia.
​Setiap langkah adalah pertaruhan nyawa, dan setiap napas adalah sesajen bagi penghuni hutan yang lapar. Bram harus memilih: membusuk menjadi bagian dari tanah terkutuk ini, atau menukar ingatan masa kecilnya demi satu jalan keluar.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mr. Awph, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 12: Perjamuan jantung di meja kristal

Secara tiba-tiba, lantai di bawah kaki Baskara runtuh dan menjatuhkannya tepat ke tengah-tengah meja perjamuan para bangsawan lelembut. Tubuhnya menghantam nampan perak berisi jantung manusia yang masih hangat hingga cairan merah kental membasahi seluruh seragam tim SAR yang ia kenakan secara terus-menerus.

Hawa dingin yang mencekam mendadak lenyap dan berganti dengan aroma anyir yang sangat menyengat hingga membuat lambung Baskara bergejolak hebat. Ia berusaha bangkit namun jemarinya justru terbenam ke dalam tumpukan daging yang masih berdenyut secara perlahan-lahan di atas meja panjang tersebut.

Puluhan pasang mata putih tanpa pupil menatapnya dengan tatapan lapar yang sangat mengerikan dari balik kursi-kursi tinggi yang berukir wajah manusia. Baskara melihat para bangsawan lelembut itu mulai menggenggam sendok dan garpu emas mereka dengan jemari yang panjang dan berkuku runcing hitam.

"Selamat datang di puncak pesta kami, wahai pembawa kunci yang sudah lama dinantikan oleh seluruh penghuni lembah," ucap pria berblangkon hitam itu dengan senyum miring.

Baskara segera menarik tangannya dari tumpukan jantung dan berusaha mencari belati peraknya yang sempat terlepas saat ia terjatuh tadi. Namun, ia menyadari bahwa seluruh tubuhnya seolah telah direkatkan oleh kekuatan gaib ke atas meja kristal tersebut hingga ia tidak bisa bergeser sedikit pun.

"Lepaskan aku, wahai mahluk pemakan nyawa! Aku bukan bagian dari hidangan menjijikkan kalian ini!" teriak Baskara dengan suara yang menggelegar penuh amarah.

Komandan yang berdiri di samping pria berblangkon itu hanya tertawa kecil sambil menuangkan cairan merah ke dalam gelas kristal miliknya sendiri. Ia mendekati Baskara dan membelai rambut pemuda itu dengan tangan yang terasa sangat kasar seperti kulit pohon jati yang sudah mati secara berulang-ulang.

"Jangan terlalu sombong, Baskara, karena darahmu adalah bahan utama yang akan membuat perjamuan ini menjadi abadi," bisik Komandan dengan nada bicara yang datar.

Baskara menoleh ke arah ayahnya yang masih terantai di ujung meja dengan kondisi yang sangat memprihatinkan dan penuh dengan luka bakar. Ayahnya mencoba mengeluarkan suara namun mulutnya tampak telah dijahit menggunakan kawat berduri yang sangat tipis dan terus mengeluarkan tetesan darah segar.

Rasa iba dan dendam yang bercampur aduk mulai membakar dada Baskara hingga telapak tangan kanannya kembali mengeluarkan cahaya keemasan yang sangat terang. Kekuatan dari kunci perak di bawah kulitnya bereaksi terhadap penderitaan sang ayah hingga membuat meja kristal itu mulai retak secara berulang-ulang.

"Jika kalian menyentuh ayahku lagi, aku bersumpah akan meruntuhkan seluruh istana ini menjadi abu!" tantang Baskara sambil memaksakan tubuhnya untuk berdiri tegak.

Para bangsawan lelembut itu serentak berhenti tertawa dan mulai mengeluarkan suara geraman yang sangat rendah dari dalam kerongkongan mereka yang busuk. Pria berblangkon hitam itu berdiri dan mengangkat tangan kanannya ke udara hingga seluruh lilin hitam di ruangan tersebut padam secara serentak.

Kegelapan total mulai membungkus ruangan perjamuan tersebut namun cahaya keemasan dari tangan Baskara justru semakin benderang dan memperlihatkan bayangan mahluk-mahluk raksasa. Baskara melihat dinding istana mulai berubah menjadi tumpukan tengkorak yang mulutnya terbuka lebar seolah sedang menertawakan nasibnya yang malang.

"Bawa dia ke ruang pengorbanan dan pastikan jantungnya masih berdetak saat kita mencabut kunci perak itu keluar!" perintah pria berblangkon dengan suara menggelegar.

Dua mahluk tinggi besar dengan pakaian prajurit jaman dahulu segera menyeret Baskara keluar dari meja perjamuan menuju ke arah sebuah lorong gelap. Kaki Baskara terseret di atas lantai batu yang dingin hingga kuku-kuku kakinya mulai terkelupas dan meninggalkan jejak darah yang sangat panjang secara terus-menerus.

Ia mencoba memberontak namun kekuatan para prajurit gaib itu jauh melampaui kemampuan fisik manusia biasa yang sudah sangat kelelahan sepertinya. Baskara menatap ke arah pemuda misterius yang tadi bersamanya namun pemuda itu telah menghilang tanpa meninggalkan jejak sedikit pun di tengah kekacauan.

"Kamu telah dikhianati oleh semua orang, Baskara, dan sekarang kamu hanya memiliki dirimu sendiri untuk mati!" seru Komandan dari kejauhan lorong.

Baskara dibawa masuk ke dalam sebuah ruangan kecil yang di tengahnya terdapat sebuah lubang sumur tua yang mengeluarkan asap berwarna merah pekat. Bau belerang dan aroma bunga kamboja yang layu kembali menusuk indera penciumannya hingga membuat pandangan matanya mulai menjadi kabur secara tidak alami.

Para prajurit gaib itu mengikat tangan dan kaki Baskara pada empat tiang tulang yang tertancap di pinggiran sumur tua yang sangat angker tersebut. Baskara merasakan ada sesuatu yang dingin mulai merayap naik dari dalam sumur dan melilit pergelangan kakinya dengan sangat kuat secara berulang-ulang.

"Apakah ini akhir dari perjalananku di Alas Mayit yang sangat terkutuk ini?" tanya Baskara dalam hati sambil menatap langit-langit ruangan yang penuh ulat.

Ia teringat pada jam tangan ayahnya yang masih tersimpan di saku celananya dan mencoba untuk menggerakkan pinggulnya agar benda itu jatuh ke lantai. Jam tangan itu terjatuh dan pecah hingga mengeluarkan sebuah peta kecil yang terbuat dari kulit manusia yang sudah sangat kering dan kaku.

Peta itu menunjukkan sebuah jalur rahasia yang berada tepat di bawah sumur pengorbanan tempat ia sedang diikat sekarang oleh para prajurit gaib. Baskara menyadari bahwa ayahnya sengaja membiarkan dirinya ditangkap agar bisa memberikan petunjuk terakhir ini kepada putra satu-satunya tersebut.

"Terima kasih, Ayah, aku berjanji tidak akan menyia-nyiakan pengorbananmu yang sangat besar ini," bisik Baskara sambil mulai membaca mantra pembebas.

Cahaya keemasan di tangannya meledak untuk terakhir kalinya dan menghancurkan tiang-tiang tulang yang mengikat tubuhnya hingga ia terlepas sepenuhnya dari belenggu. Baskara segera melompat ke dalam sumur tua yang penuh asap merah tersebut sebelum para prajurit gaib sempat menangkap kembali tubuhnya yang lincah.

Ia jatuh meluncur ke dalam kegelapan yang sangat dalam hingga ia merasa organ tubuhnya seolah tertinggal di atas karena kecepatan jatuh yang sangat tinggi. Baskara mendarat di atas tumpukan kain kafan yang sangat empuk namun di dalamnya terdapat ribuan jarum kecil yang mulai menusuk seluruh permukaan kulitnya.

Di tengah kegelapan itu, sebuah tangan kecil yang sangat lembut memegang pipi Baskara dan membisikkan kata-kata dalam bahasa yang sangat ia rindukan.

 

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!