tentang seorang anak yang lahir dari seorang ibu, yang ditinggalkan oleh sang suaminya sejak dari dalam kandungan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jordi Vandanu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Apa Kabar Dian?
"pak besok saya boleh izin sehari? " tanya Dian pada Putra.
Putra tanpa banyak tanya Putra mengangguk, selama hampir 4 bulan kerja disini, Dian gak pernah izin sekalipun.
"boleh, nanti bilang mbak Jel ya, biar untuk besok kerjaan kamu mbak Jel yang handle. " pinta Putra. Dian mengangguk, lalu permisi. Putra memperhatikan raut wajah Dian, yang tidak seperti biasanya, ada sendu dimata indah itu. Agak pendiam juga, meski selama ini Dian juga bukan seorang yang cerewet.
"permisi mbak Jel. "
"eh Dian, masuk dek. " balas Jelita dihentikannya ketikan di laptop, adab yang harus ditiru dan diterapkan di kantor ini.
"Dian ganggu mbak? "
"loh, nggak dong, kenapa kenapa?? " tanya Jelita balik.
"Dian besok mau izin sehari, terus mau minta bantu mbak Jel buat sehati besok bisa? " jawab Dian. Jelita diam sejenak, dia juga merasakan perubahan sikap Dian akhir akhir ini.
"bisa dong, nanti mbak Jel bantu ya, tapi lusa Dian masuk? "
"Insya Allah masuk mbak, terimakasih banyak ya mbak. " kata Dian.
"sama sama Yan. "
Dian permisi, lalu menuju pintu.
"Dian." sapa Jelita, Dian bergegas balik badan.
"ya mbak? "
"ada masalah? Mmm kalau mbak boleh tahu? "
Dian menggeleng cepat.
"nggak mbak, gak ada masalah apapun, hanya mau datang bulan mungkin, hehe. " Dian berusaha tertawa. Jelita maklum.
"istirahatlah ya, kamu agak pucat juga. "
Dian mengangguk.
"terimakasih mbakku. "
Dian melayangkan kiss jauh, Jelita terkekeh.
Dan Dian kembali ke ruangan dengan perasaan sedikit lega. Besok dia akan pergi ke suatu tempat. Dian menyiapkan berkas berkas yang diperlukannya untuk urusan itu.
"Ya Allah, mohon petunjukmu, Dian belum bisa menerima, kalau benar beliau adalah ayahku, bukan dendam, tapi perasaan terluka ini masih begitu terasa, maafkan hamba Ya Allah, insanMU yang penuh dosa ini belum sanggup untuk itu. " gumam Dian. Beberapa hari ini perasaannya gak enak.
Dian merasa kalau Yudistira dan Dika seperti sudah mulai menyelidikinya. Emang tak bisa di pungkiri, bahkan Dian pun mengakui kentaranya kemiripan mereka.
Dan malam itu Dian tidur dalam keadaan galau. Selepas salat Subuh, Dian mencuci pakaiannya, ketika mesin cuci sedang bekerja, Dian membuat sarapan.
Tepat jam 8 pagi, Dian sudah berdiri di depan pagar, menunggu taksi online yang sudah dipesannya.
"sesuai titik pengantaran ya mbak Dian? Kantor imigrasi? " tanya driver ramah.
"iya pak. " jawab Dian.
Sepanjang jalan jantung Dian berdebar tak karuan.
"mau urus paspor ya mbak? "
Nampaknya bapak sopir itu suka mengobrol.
"iya pak. "
"mau kemana mbak? "
"hehe, dibikin saja dulu pak, siapa tahu ada rezekinya umroh atau jalan jalan keluar negeri, kan tinggal berangkat aja. " jawab Dian tertawa kecil
"Aamiin, iya ya mbak semoga ada aja rezekinya. "
"baru keluar ya pak? sudah sarapan? " tanya Dian.
"belum mbak, baru keluar banget, buru buru, takut mbak cancel nanti, hehe. " jawab pak sopir ramah.
"kita sarapan dulu yuk pak, saya juga belum, lapar saya. " ajak Manda.
"mbak saja ya, biar saya tunggu saja di mobil " tolak sopir halus.
"saya gak jadi deh kalau bapak gak makan, padahal saya lapar juga lo. " kata Dian sedikit memelas.
"eh, iya mbak, mari kita sarapan, lontong sayur atau bubur ayam? " dengan cepat pak sopir mengiyakan.
"terserah bapak saja. "
Pak sopir membelokkan mobil ke sebuah warung sarapan lengkap. Pak sopir dan Dian pun masuk ke dalam, memilih menu yang mereka mau, cukup lengkap jualan warung ini, nasi goreng, sate, bubur ayam, lontong sayur. Lengkaplah!
Setelah sarapan mereka segera berlalu ke tujuan.
"terimakasih ya pak, ini ongkosnya saya hanya ada cash. " Dian menyodorkan 2 lembar uang seratus ribuan.
"mbak banyak amat, saya sudah ditraktir sarapan juga tadi, selembar saja mbak. " tolak pak sopir.
Dian menggeleng.
"rezeki bapak. "
"Alhamdulillah, terimakasih ya mbak, semoga rezekinya berlimpah. "
"aamiin, sama sama pak, saya masuk dulu. "
Pak sopir menangkupkan kedua telapak tangan di dada. Dian masuk ke dalam ruangan, mengambil nomer antrian, dan duduk bergabung dengan yang lain. Meski datang sudah pagi menurut Dian, tapi yang antri sudah membludak, Dian mendapatkan nomer antrian 52, untung banyak pos yang melayani, jadi mungkin akan cepat. Kemaren Diandra sudah mengisi formulir pembuatan lewat online, jadi sekarang hanya pemeriksaan data, foto serta sidik jari segala macam.
Dan Dian diminta untuk datang 3 hari lagi. Dian berniat jalan jalan ke mall dulu. Dia mau membeli beberapa keperluan, bukan mau gaya gayaan, tapi Dian pengen saja memanjakan diri sendiri sebentar.
Menyusuri mall sambil memperhatikan toko toko yang menjual berbagai macam pakaian, branded tentunya. Dian belum berniat membeli. Dan entah kenapa, kakinya membawa ke sebuah toko tekstil, yang menjual bahan bahan pakaian.
Dian membeli bahan katun, dia berencana membuatkan Jelita dan Kinan piyama tidur. Untung harga bahan disini tak jauh beda dengan harga toko diluar sana, jadi Dian membeli lengkap lengkap semuanya.
Dengan senyum merekah Dian turun dari taksi online. Menyapa pak satpam dengan ramah, menyerahkan sekotak martabak dan segelas kopi.
"terimakasih mbak. " kata pak satpam itu ramah. Tak lupa juga Dian menyapa tetangga yang kebetulan berdiri di depan rumah.
Dian membaringkan badannya, tapi segera beranjak, untuk melaksanakan salat Ashar. Dengan masih mengenakan mukena, Dian memeluk foto sang ibu.
"bu, doakan Dian selalu ya, semoga sukses dimanapun Dian berada. " ucap Dian, mengelus lembut wajah sang ibu di foto.
Esok harinya, seperti biasa. Dian bangun Subuh, setelah melaksanakan kewajibannya, Dian mulai menyiapkan sarapan, dan menyiapkan bekalnya juga. Dian ingin makan dalam ruangannya saja, dia tahu kalau Dika sudah balik ke Indonesia, dan tentu akan masuk kantor kembali. Entah mengapa, nalurinya ingin menghindari pertemuan dengan bosnya itu.
Dian memasukkan ayam bakar madu sebanyak 2 potong, irisan ketimun, tak lupa sambal matahnya. Lalu nasi. Beres! Dian pun bersiap untuk ke kantor.
Tak lama Dian keluar rumah, Jelita juga sampai di depan gerbang.
"ayo berangkat! " seru Jelita. Dian tertawa. Bergegas naik. Jelita tak melihat kotak bekal Dian, karena pakai ransel, dan emang begitu sehari hari.
"gimana kemaren? Lancar urusannya? " tanya Jelita, meski dia tak tahu urusan Dian.
"Alhamdulillah lancar mbak. "
"syukurlah, hari ini mungkin pak Dika masuk, siapin saja laporan buat beliau ya, meski sudah selalu setor ke pak Putra. "
"siap mbak! " Dian meletakkan telapak tangan di dahi bersikap hormat. Mereka tertawa bareng.
Diandra langsung masuk ke ruangannya, memulai bekerja dengan doa, meski ada rasa yang sedang berkecamuk di hatinya.
Tak terasa waktu makan siang tiba, tapi Dian memilih untuk salat terlebih dahulu, dalam ruangan saja. Setelah itu, baru dia membuka bekal makan siangnya.
"Bismilah."
Dian menyuap pelan dan menikmati.
Di pantry.
"loh Dian mana mbak Jel? " tanya Putra, tak melihat Dian. Jelita mengedar pandangan.
"belum datang kali pak, atau salat dulu. " jawab Jelita, lalu mengangguk pada Dika. Dika membalas juga dengan anggukan.
"ooo." jawab Putra.
Tapi sampai jam istirahat selesai, Dian tak muncul. Dika jadi penasaran juga. Putra dan yang lain bergegas kembali ke ruangan. Ada banyak laporan yang akan disetor pada Dika.
Dika menuju ke ruangan Dian, diikuti oleh dua orang yang baru saja datang.
Tok!
Tok!
Meski seorang bos, Dika tetap harus mengetuk pintu kalau mau masuk ruangan siapapun.
"masuk mbak Jel. " jawab Dian, mengira itu Jelita.
Pintu terbuka, Dian menoleh cepat. Dan terpana. Dipintu muncul Melati, Dika dan Yudistira.
"maaf pak, bu. " Dian langsung berdiri.
Melati tersenyum ramah.
"apa kabar Dian? "
Sapa Melati.
sepusing2nya mereka mencari plngan pake orang suruhan😂