Partner Ranjang Mr Zen

Pagi hari nya, Ica terbangun dengan malas. Dia bangkit dari rebahan nya, merenggangkan otot nya yang terasa kaku karena semalaman berpelukan dengan Zen.

"Daddy.." panggil Ica, gadis itu celingukan mencari Zen yang entah pergi kemana sepagi ini.

Ica membuka selimut nya, menggosok mata pelan, lalu dia membuka kedua mata nya lebar-lebar.

"Happy birthday my little angel.." ucap Zen, pria itu tersenyum manis dengan kue ulang tahun di tangan nya.

Ica menutup mulut nya dengan tangan nya, sepagi ini dia sudah mendapatkan kejutan. Bahkan dia sendiri melupakan hari ulang tahun nya, tapi Zen?

"Daddy, kau membuat ku menangis pagi-pagi." Rengek Ica, dia mengusap air mata nya dengan kasar, lalu menatap Zen dengan raut wajah menggemaskan nya.

"Surprise sayang, kamu senang?" Ica dengan cepat mengganggukan kepala nya.

"Ayolah By, jangan menangis. Ini hari paling bersejarah yang hanya terjadi setahun sekali, ayo buat berkesan."

"Terimakasih Dad, Ica gak tau harus bilang apa sama Daddy. Daddy sudah terlalu banyak bantu Ica, Daddy terlalu baik sama Ica. Ica gak mau besar kepala dan menganggap hubungan kita istimewa." Celoteh Ica dengan kepala menunduk.

"Bukan kah hubungan kita memang istimewa By?" Tanya Zen. Tapi gadis itu menggelengkan kepala nya, dia berpikir Zen hanya memberikan timbal balik dari yang sudah dia berikan.

"Hubungan kita hanya sebatas saling membutuhkan kan Dad? Ica butuh pertolongan Daddy dan Daddy butuh tubuh Ica.."

"Kenapa pikiran mu sangat dangkal By? Kamu tak merasakan rasa sayang Daddy selama ini hmm? Maaf kalau hubungan kita berawal dari penawaran konyol Daddy."

"Daddy mengerti, kenapa kamu bisa berpikiran seperti ini By, karena memang kesepakatan awal kita yang mempertaruhkan sebuah kehormatan seorang wanita. Tapi, sekarang Daddy benar-benar menyayangi mu By, jujur saja Daddy tak tau apa ini cinta atau sekedar rasa tak mau kehilangan. Tapi, kamu wanita pertama yang membuat hati ku nyaman By." Jelas Zen, membuat Ica mendongakan kepala nya.

"Maaf Dad,"

"Tak apa sayang, Daddy mengerti. Ayo, make a wish dan tiup lilin nya." Ucap Zen, Ica tersenyum lalu memejamkan mata nya membuat permohonan di moment pertambahan umur nya.

Fiuhh..

Ica meniup lilin nya, setelah ketiga lilin nya mati, tangan usil Zen beraksi. Dia mencolek krim di atas kue itu dan mengusapkan nya di pipi sang gadis.

"Daddy.." Rengek Ica manja.

"Apa? Menggemaskan sekali gadis ku ini, ayo bersiap hari ini Daddy milik mu."

"Kemana Dad? Kan kue nya belum di potong.."

"Potong dulu dan setelah nya kamu bersiap, kita jalan-jalan." Ucap Zen, dia menyodorkan pisau kue dan Ica segera memotong kue nya.

"Potongan kue pertama untuk Daddy, Ica sayang Daddy.." Ica menyuapi Zen dengan kue ulang tahun nya, tapi Ica masih kesal dengan olesan krim kue di pipi nya, jadi dia membalas nya.

"Sayang.."

"Hahaha, Daddy cemong. Tapi tetep ganteng.." Puji Ica di sela tawa nya dengan kedua jempol yang terangkat.

"Iya dong, Daddy nya siapa dulu." Bangga Zen membuat Ica menghentikan tawa nya dan mengganti ekspresi nya menjadi kesal.

"Ahh Ica mau mandi dulu, gak sabar pengen habisin uang Daddy.."

"Boleh, ayo Daddy tunggu sayang. Daddy ke bawah dulu ya, kue mu untuk maid saja." Ica mengangguk dan mencuri ciuman mesra di pipi kanan Zen, lalu pergi ke kamar mandi dengan berlari.

"Kelakuan Ica semakin hari semakin menggemaskan," Gumam Zen sambil menggelengkan kepala nya.

....

Ica keluar dari kamar mandi dengan bathrobe dan rambut basah yang dia gulung dengan handuk kecil.

"Daddy belum kembali? Sedang apa dia di bawah." Gumam Ica saat tak menemukan Zen di kamar.

Ica segera mengganti pakaian nya, mengeringkan rambut nya dengan hairdyer dan mencatok nya sedikit, tak lupa dia memakai vitamin rambut dan sedikit make up.

Ica meraih tas selempang berwarna hitam, memasukan ponsel dan kartu milik Zen ke dalam nya, lalu turun menyusul Zen.

"Daddy.." Teriak Ica.

Tapi seketika, Ica membulatkan mata nya dengan mulut yang menganga melihat keadaan di lantai bawah.

"Selamat ulang tahun Nona.." Ucap para maid serempak dengan tiupan terompet yang ikut memeriahkan suasan pagi ini.

"Aaa terimakasih.." Lagi-lagi, air mata Ica tumpah. Dia sangat merasa bahwa keberadaan nya disini begitu di hargai, bahkan sedetail ini.

"Tunggu apalagi, ayo peluk aku. Kalian tak mau memeluk aku?" Tanya Ica, gadis itu merentangkan tangan nya, dan maid itu pun bergantian memeluk Ica.

"Jangan menangis Nona." Bi Arin mengusap air mata Ica dengan lembut.

"Sekali lagi, terimakasih untuk semua ini. Kalian sudah bekerja keras membuat dan menyiapkan semua ini, aku merasa di hargai disini."

"Dulu, apapun yang aku lakukan selalu salah di mata ibu tiri ku, semenjak papa meninggal wanita itu tak pernah sekali pun bersikap baik padaku, tapi disini aku mendapatkan nya, padahal kalian hanya orang asing." Jelas Ica, dia kembali menangis jika mengingat semua kenangan pahit nya selama hidup belasan tahun bersama ibu tiri jahat nya.

"Sekarang ada kami yang menganggap Nona begitu berarti, jangan lupakan tuan Zen yang sangat menyayangi Nona. Berbahagialah Nona.." Ica menganggukan kepala nya dan tersenyum manis.

"Sudah siap Baby?" tanya Zen yang entah darimana, tapi pria itu terlihat sangat rapi dengan setelan jas yang menutupi tubuh nya.

"Kenapa menangis sayang?" Zen memeluk Ica dan mengusap puncak kepala nya, membuat para maid tersenyum melihat adegan uwwu yang tersaji di depan mereka, secara Live.

"Tidak Dad, mereka membuat aku terharu."

"Jangan menangis terus sayangku, air mata mu terlalu berharga. Mari.." Zen mengulurkan tangan nya dan di sambut oleh sang gadis.

Para maid itu masih berjejer menyaksikan kepergian pasangan itu hingga menghilang di balik pintu mansion.

"Mereka sangat serasi ya, yang satu nya cantik, tuan muda nya juga tampan."

"Kepribadian mereka juga cocok satu sama lain, gadis nya sederhana dan ramah." Celoteh maid yang lain.

"Semoga saja mereka berjodoh ya.."

"Kita doakan saja, semoga hubungan mereka langgeng dan sampai ke jenjang yang lebih serius." Ucap Bi Arin, ikut membuka suara nya.

"Btw, apa Nona sudah pernah di pakai tuan muda ya?" Celetuk salah satu maid.

"Huss gak boleh gitu, kita gak berhak tau urusan mereka. Mau sudah atau belum itu kan hak mereka, jangan terlalu kepo ya."

"Hehe iya Bi, maaf deh.." Ucap nya sambil cengengesan.

.....

🌷🌷🌷🌷