Dua orang asing yang terpaksa menikah kontrak hanya demi tujuan yang sama, pergi ke London!!!
Noah yang seorang CEO kaya, membutuhkan seorang istri agar sang kakek memberikan izin untuk pergi ke London? Why..? Sementara Hari membutuhkan uang untuk bisa pergi ke makam sang ibunda yang berada di London. Namun sifat keduanya benar-benar seperti Tom and Jerry yang selalu bertengkar dan saling mengejek.
Di saat hubungan keduanya semakin dekat. Kedatangan kekasih Noah di masa lalu membuat pernikahan mereka semakin renggang.
°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°
Mohon dukungannya ✧◝(⁰▿⁰)◜✧
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Four, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PMM! : BAB 21
PERGI KE LONDON!!!!!!
Beberapa jam kemudian. Nenek Suzan, Amora, Norman, Eza dan Naura sibuk melihat album foto Noah dan Hari yang baru saja selesai. Tak sesekali mereka tertawa kecil sambil berbincang ringan. Sementara di tempat perapian, Noah dan Hari duduk bersama sang kakek yang berada di kursi goyang.
“Kakek senang melihat cucu kakek menikah! Dulu sempat terlintas dan takut jika Noah tidak mau menikah, secara... Dia tumbuh tanpa ada ibu dan ayahnya-- ”
“Kakek cukup.” Hari diam, menatap sejenak ke arah Noah yang masih duduk dengan dua siku menempel di lututnya. Wajah datar Noah menandakan bahwa dia tidak ingin mendengar tentang orang tuanya.
“Hari!”
“I-iya Kakek?”
“Jika boleh tahu, penyebab kematian orang tuamu...” Tak sempat berbicara lengkap, Hari sudah memotongnya.
“Ibu meninggal karena sebuah kecelakaan saat bekerja sebagai TKW di luar negeri. Saat ayah mendengar berita kematian ibu, ia terkena serangan jantung dan meninggal.” Wanita itu menjelaskan penyebab kematian kedua orang tuanya sambil menunduk dengan jari-jarinya yang bertaut.
Noah melihat wanita aneh itu, kebetulan mereka duduk di lain sofa membuat Noah mudah melihat Hari.
“Aku rasa tidak perlu mengingat orang yang sudah meninggal Kakek, itu hanya akan membuat sedih.” Sangat pelan hingga membuat Hari sedikit tak percaya saat menyadari kalau pria itu sengaja mengalihkan pembicaraan lain.
Saat Hari menatapnya bingung, Noah salah tingkah dan memilih berpaling dengan wajah gugup. Tak lama manik Hari menemukan sebuah foto yang berdiri tegak di atas nakas bundar. Foto seorang wanita cantik bersurai merah panjang yang cerah.
“Apakah itu ibumu?” tanya Hari sambil menunjuk ke arah foto yang berada di belakang sofa Noah sedikit ke samping. Pria itu tak menoleh, bahkan wajahnya menjadi datar dengan alis sedikit berkerut.
“Iya!” jawab kakek Liam.
“Benarkah! Dia wanita yang sangat cantik dengan rambut merah cerahnya.” Puji Hari tidak bohong. Liam masih diam memandang cucunya.
“Aku... Aku tidak melihat ibu dan ayah Noah, apa-- ”
“Aku akan ke kamar.” Tanpa banyak basa-basi lagi, Noah langsung saja berjalan pergi ke kamar. Hari yang tidak tahu apa-apa, hanya bisa menatap bingung dan polos.
“Nak Hari! Ada yang harus kau ketahui.”
“....”
“Naruto sangat membenci ibunya. Kinan pergi meninggalkan Mansion sejak Noah umur 8 Tahun, dia juga pernah meninggalkan Noah di panti asuhan secara diam-diam dan itu membuatnya merasa sedih dan kecewa akan perilaku ibunya yang seolah tidak menginginkan kehadirannya.” Hari terdiam, mendengar dengan rinci kisah masa lalu si Rubah menyebalkan itu.
“Anggap saja Noah adalah anak haram, anak di luar nikah. Arya, ayah kandung Noah meninggalkan Kinan di saat dia mengandung Noah. Beberapa tahun kemudian, dia kembali menemui Noah diam-diam, entah apa yang sudah dia katakan ke Noah sehingga bocah itu semakin membenci ibunya.” Tangan Liam mencengkram erat kayu sanggahnya saat mengingat bajingan tampan itu.
“Saat ini dimana ibu dan ayah Naruto pergi?”
Sang kakek menghela napas panjang. “Aku tidak tahu Kinan pergi kemana? Sedangkan Arya, dia pergi ke London setelah terpergok selalu memeras Noah dengan jumlah uang tak terhitung, membuatku marah dan mengusir nya jauh-jauh.”
“Itu sebabnya Kakek melarang Noah pergi ke London.”
“Hm! Aku tidak ingin dia berbuat aneh-aneh setelah mengetahui perbuatan ayah yang selalu dia rindukan dan puji-puji.” Miris! Hari pikir orang kaya seperti Noah tidak memiliki beban hidup karena sudah di kelilingi oleh pekerjaan yang enak dan harta melimpah. Tapi itu salah.
Masalah akan tetap datang dan ada selagi kamu masih hidup.
Hari berada di depan pintu kamar, ia pikir Noah mungkin butuh hiburan, meskipun dalam lubuk hati Hari begitu emosi dan tak suka dengan si pirang menyebalkan itu tapi hei! Dia juga manusia.
Cklek! Pintu terbuka, dengan senyum lebar Hari melihat Noah tengah bersama kucing abu-abu berbulu lebat.
“Jacob!!” panggil Hari yang tiba-tiba hendak berjalan mendekat.
“Namanya Edward.” Ketus Noah tak terima. Hari berdiri tegak menatapnya sinis.
“Oh, benarkah? Sekilas kau mirip dengan Jacob. Kucikkucikkucik!" sambil menggendong Edward serta memeluknya bak bayi. Noah hanya tersenyum miring sangat tipis.
“Kau pasti sudah tahu sekarang.”
“Tahu apa?” masih lugu menggendong Edward.
“Jangan bersikap bodoh.” Hari tahu maksud Noah, ia segera menurunkan Edward, menatap ke arah Noah yang masih diam seperti anak kecil yang merajuk.
“Hey, ayolah kau sudah tidak imut lagi! Kita akan pergi ke London dan melakukan tujuan kita bersama-sama!” wanita itu tersenyum lebar mengangkat kedua alisnya atas dan bawa, berusaha mencairkan suasana.
Tanpa menjawab ataupun membalas Hari. Noah langsung melempar satu bantal tepat ke Hari, lalu berbaring di atas ranjang.
“Kau tidur di sofa.”
“Apa?”
“Jangan membantah.” Hari menekuk wajahnya, hendak melempar bantal ke pria yang saat ini tidur membelakangi dirinya tapi Hari urungkan dan memilih berbaring di atas sofa. Setidaknya di pagi hari mereka tidak akan berpelukan lagi.
“Seharusnya aku tidak perlu menghiburnya.” Gerutu Hari masih tak terima.
Dari balik tidurnya, sudut bibir Noah melengkung sedikit.
...***...
Paris
Masih berada di Paris. Sebelum kembali ke asalnya, Tiara pergi ke Paris menemui sahabatnya Sakura. Wanita cantik bersurai pirang itu tahu, apa yang ingin dikatakan oleh Sakura nantinya. Seperti saat ini, kedua wanita cantik itu tengah menikmati secangkir kopi di sebuah cafe terbuka yang berada di pinggir jalan.
“Aku tahu dari berita kalau Noah baru saja menikah.” Sakura membuka omongan pertama kali, mencoba menahan rasa sedih dan kecewanya.
“Ya, kau benar!” jujur saja, Tiara juga tak tega jika harus berbohong, apalagi kepada sahabat masa kecilnya. Tapi ini sebuah rahasia besar, tidak boleh ada yang tahu soal pernikahan palsu Noah.
“Apa wanita itu cantik?!” sedikit tak enak saat bertanya soal itu.
“Hem! Dia wanita yang cantik, Hari juga teman sekolahku. Dia gadis yang baik, lugu, manis, polos dan— ”
“Eh, maafkan aku Sakura! Aku kelewatan hehehe!” tertawa remang. Sakura sedikit sendu setelah mendengar betapa cantiknya istri Noah. Lalu bagaimana dengan hubungan antara dia dan Noah?
“Noah pasti sangat senang mendapatkan istri seperti itu!”
Tiara tahu senyuman Sakura itu palsu, sebisa mungkin wanita musim semi itu menahan rasa sedihnya.
Di sisi lain. Hari yang semakin menjelang malam dan hendak ke pagi, Noah ternyata terbangun, merapikan pakaiannya dan memasukannya ke dalam koper. Dia meraih satu foto masa lalunya bersama sang kekasih.
Ia melihat senyuman Sakura dan wajah cantik yang tidak pernah bisa dia lupakan. Pria itu segera memasukkan foto tersebut ke dalam kopernya. Hanya satu yang di harapan, semoga ia tidak bertemu dengan Sakura sampai kontrak pernikahannya dengan Hari selesai.
Setelah selesai berkemas, ia kembali menutup pintu lemari dan.. “WHAAA!” Noah berteriak kaget dan hampir jantungan saat melihat sosok wanita dengan Surai tak karuan tiba-tiba sudah berdiri di sampingnya saat pintu lemari tertutup.
“Tidak bisakah ucapkan satu kata saja? Kau membuatku kaget.” Kesal Noah dengan suara tinggi ke rendah sambil mengusap dadanya. Hari malah tersenyum tak berdosa.
“Kau, mau pergi kemana?” bingung saat melihat beberapa koper sudah tersusun rapi. Tanpa ada jawaban, Noah berpaling dari Hari.
“Caaaaaa!” senyum lebar, pria itu mengeluarkan dua tiket pesawat menuju ke London dengan senyuman konyol.
Dua bola mata Hari berbinar tak percaya saat melihat lekat dan membacanya, lalu meraih tiket tersebut dengan penuh haru serta kegembiraan.
“Ini... Ini.... Benar-benar tiket pesawat?! Aku akan pergi ke London!”
Noah menatap Hari sedikit begidik, entahlah tapi wanita itu terlihat lucu di matanya. Meskipun aneh.
Hari masih mensejajarkan tiket tersebut tepat di matanya. “Aaaaaaaaaa!!!! London i'm coming!” Teriak wanita berambut poni gelap dengan girang sambil melompat-lompat di atas sofa.
“Hei diamlah. Kau bisa membangunkan yang lain nanti!" namun seolah bodoh amat, Hari begitu senang akhirnya impian dan tujuannya akan terlaksanakan.
Tanpa henti ia melompat-lompat menghindari kejaran Noah yang hendak meraih kembali tiket itu, sampai mereka terjatuh di atas kasur dengan posisi Hari yang berada di bawah dan Noah di atas.
Rona merah langsung menjalar di pipi keduanya. Tubuh mereka begitu dekat dan menempel.
Dengan cepat Noah mengambil kembali tiket tadi sambil membuang muka. “Jika ingin tidur, tidurlah dulu. Kita masih punya waktu 7 jam.” Setelah mengatakannya ia berdiri dan berjalan keluar kamar.
“Pergi ke London!” gumam Hari tersenyum lebar melupakan kejadian tadi dalam sekejap.
...***...
Jakarta airport
Sebelum pergi, Noah dan Hari berpamitan terlebih dahulu kepada keluarganya, sangat ramai sekali.
“Hati-hati di sana!” ucap Viona.
“Jangan lupa foto makam ibumu, Bibi juga ingin melihatnya!” ucap Raya tersenyum tipis.
“Iya!”
“Noah, jaga istrimu dengan baik. London sangat liar kau mengerti!” tegas sang nenek.
“Baik Nek!”
“Satu hal lagi. Jangan terlalu di pikirkan jika sudah bertemu dengan pria itu.” Jelas sang kakek membuat Noah berdecak malas.
Setelah membuang waktu dengan berpamitan, akhirnya mereka bisa lepas dari ikatan pura-pura romantis di depan keluarga. Mereka melambaikan tangan bersamaan, tangan Hari dan Noah saling bergandengan agar keluarganya tahu, mereka juga menjalankan bulan madu serta pekerjaan di sana.
Keluarga Harrison memiliki cabang di London, jadi Noah juga bekerja, mengurus kerja sama antar perusahaan lain yang sempat tertunda karena larangan dari sang kakek dan mencari keberadaan ayahnya.
Saat memasuki pesawat, Noah melepaskan tangan Hari membiarkan wanita itu berjalan sendiri di belakangnya sambil sibuk mengagumi isi dalam pesawat. Sampai mereka duduk di bangku VIP, Noah hendak duduk tapi dengan cepat Hari menerobos lebih dulu hingga hampir saja membuat si tampan terjatuh. “Haisshh! Kau— ”
“Hihihi! Maaf, aku ingin duduk di dekat jendela!"
Pria itu memejamkan matanya berusaha tenang lalu tersenyum tipis dan duduk. Senyuman Hari masih melekat, tak sesekali ia melihat ke luar jendela.
“Kenapa kau melepas cincinnya?” tanya Hari bingung saat melihat Noah melepaskan cincin pernikahan mereka dan memasukannya ke dalam dompet.
“Untuk apa memakai cincin? Tidak ada kakek ataupun nenek di sini!” dengan santai pria itu mulai bersandar lega, sementara Hari mengangguk pelan namun ekspresi wajahnya masih terlihat sedikit tak suka dan senang.
Pesawat mulai bergerak, di saat kendaraan bersayap itu mulai terbang, Hari panik sampai-sampai mencengkram erat dan kuat pergelangan tangan Noah.
“Ap-apa yang— ”
“Tenang saja, kita terbang. Kau' kan Wonder Woman yang biasa melompat-lompat!” sambil menutup mata dengan senyuman puas mengerjai Hari yang benar-benar merasa takut karena kali pertama naik pesawat.
“Tapi ini tidak seperti yang ku kira.”
Tangan Hari mulai merambat berusaha mencari pegangan yang kuat hingga ke wajah Noah sampai membuat gelagapan. “Kau ini kenapa? Tenanglah!” sentak Noah langsung meraih tangan Hari, menjepitnya dengan lengan kekarnya lalu kembali tidur.
...🛫📍🛬...