Buat yang penakut jangan baca sendirian!!!
Tentang sebuah desa, yang mana desa ini atau kampung sangat misterius.
Di cerita ini kita bakal ngikutin perjalanan seseorang yang bernama candra, dimana keluarganya terlilit hutang gitu yang lumayan banyak.
Candra disuruh orang tuanya buat pergi kerumah pamannya, yang bernama kang agung disebuah desa yang bernama rangkas punah. desa itu sendiri menyimpan cerita misteri yang sangat mengerikan.
Nah bagaimana cerita selanjutnya penasaran kan?
yukk kita baca bareng_bareng, biar takutnya bareng_bareng.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ncess Iren, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ni itoh Mencekik Leher Candra
Candra merasa tenang setelah mendengar ucapanya kang panjul, selain ngebuat Chandra semakin cemas dan penasaran sama kampung ini. Pas lagi kayak gitu Candra lihat dengan jelas awalnya Kang Basir udah mau keluar dari pintu dapur, dan ke halaman belakang tapi habis lihat ke Chandra dan kang Panjul habis ngobrol dia langsung masuk lagi ke dalam rumah.
"Pasti laporan sama bapak, udah biarin aja kalau dia bukan adik kandung udah akang kheekk" Ucap Kang Panjul.
"Kang bentar pulsaku habis cari di perbatasan sebelum masuk jalan utama ada kan? Tanya Candra.
"Sebelah kiri sebelum belokan ke hutan Chandra, ada kok di sana aja bawa motor" Jawab Kang Panjul.
hari itu waktu berjalan begitu cepat sekali, sebelum jemput Bu Yani kembali ke desa akhirnya ia ngabisin waktu di dalam kamar. Mikirin nasib usaha keluarganya sama mikirin semua kejadian di kampung ini, Gama bilang ritual yang dilakuin Ni itoh dari dulu dan Abadi.
Berarti itu dari zamannya kakeknya Chandra, dan harusnya Pak Akbar tahu semuanya. Chandra mikir kayak gitu sambil makan bareng Pak Agung, Bu Yani, Maela dan Kang basir. Yang lagi-lagi di meja makan itu nggak ada obrolan apapun, Candra setiap kali Lihat mukanya Pak Agung merasa ketakutan. Tidak berapa lama keheningan di meja makan, makin pecah karena tiba-tiba Bu Yani bilang.
"Malam ini gak keluar lagi pak, terus pulang-pulang masuk ke kamar Candra lagi. Pakaian kotor lagi karena jatuh mulu" Ucap Bu Yani dengan nada tegas.
"Ini kan meja makan" bentak Pak Agung.
"Itu ada orangnya tanyain aja langsung, jangan apa-apa Candra yang disalahin sama keanehan yang Bapak lakuin" Bales Bu Yani.
"Baakk sudah"... Pak Agung menggebrak meja habis itu Pak Agung, lihat Chandra dengan tatapan ngajak ribut. Apalagi pas Chandra tatap balik, Candra kayak Lihat mukanya Ni Itoh ada di Pak Agung. Habis itu Pak Agung berdiri dan ngajak Kang Basir pergi, Bu Yani juga ikut berdiri.
"Pergi aja Jangan balik sekalian, belum sadar\_sadar juga masih aja percaya sama nenek tua itu" Ucap Bu Yani kesal.
Pas Bu Yani dibilang begitu Pak Agung langsung balik badan, dan berjalan ke arah Bu Yani matanya sudah merah banget saat itu. Dan sekali lagi Candra melihat ada Ni itoh di mukanya Pak Agung, baru aja Pak Agung angkat tangannya nih mau nampar Bu Yani langsung aja Candra pasang badan.
"Paakk" cegah Candra.
Kang basir juga langsung bergerak kearahnya.
"Kalau ada urusan sama saya selesaikan dengan saya" Sahut Candra.
Pak Agung langsung turunkan tangannya, dan nepuk pundaknya kang basir dan mereka berdua keluar dari rumah sambil membanting pintu.
Habis itu Bu Yani langsung masuk ke dalam kamar ketika Chandra mau masuk ke kamar, dia juga melihat ke arah dapur kayak ada orang yang baru saja dari sana. Lagi-lagi ia bertanya sendiri "siapa itu ya?" Awalnya dia pikir Budi tapi kayaknya itu nggak masuk akal, dan Candra masih belum percaya kalau budi sudah ada di kampung itu.
Candra membuka jendela tuh sambil mainin laptopnya, belum kelar masalah Pak Agung Sekarang dia kepikiran sama Bapaknya yang tiba-tiba pergi. Nggak tahu ke mana udah banyak banget rokok yang dia bakar, dan nggak tahu udah berapa lama dia di depan laptop coba nyari solusi buat usaha material kayu bapaknya.
Tapi masih belum ada hasil dan nggak bisa bohong juga kalau beberapa kali dia bengong, lumayan lama dia mikirin apa yang sebenarnya dilakuin Pak Agung. Dan seberapa bahaya keberadaan Candra di kampung ini, karena nggak dapat-dapat solusi akhirnya ditutup jendela dan laptop Candra pergi tidur.
"Pak kalau bisa jangan sampai seperti ini" Ucap Kang Basir.
"Gak ada bedanya sir sama aja, saya sudah berusaha selamatkan dia karena kesalahannya tapi dia semakin ngelunjak" Jawab Pak Agung.
Candra terbangun mendengar obrolan itu dari arah dapur, dan pas dia melihat jam ternyata sudah jam 02.00 malam. Selain obrolan itu Candra juga denger, seperti ada pisau yang sedang diasah.
Srreekk srreekk srreekk
"Pak, ini serius??
"Keluar atau tidaknya dari kampung ini, nyawanya sudah tidak bisa terselamatkan lagi. Udah minggir!!!"
Candra udah ngga dengar suaranya kang basir lagi, sementara itu Candra bingung Setengah Mati kalau emang itu pisau buat dia. Ya mau gimana lagi udah nggak bisa gerak udah nggak bisa kemana-mana lagi. Bahkan sekedar untuk kunci pintu itu, udah telat langkah kaki sudah semakin dekat ke pintu kamarnya Chandra. Dan gak pake lama kelihatan tuh gagang pintu bergerak kayak ada yang mau ngebuka, Chandra panik ternyata benar itu pisau buat dia.
Dia langsung mundur ke pojok kasur kan, dia perhatiin itu pintu kamar dan ceklek. Candra kira pintu kamarnya dia yang dibuka, tapi bukan ternyata suara ceklek itu adalah dari arah kamarnya Maela. Yang emang kamarnya itu nggak jauh dari kamar Candra, di situ Maela teriak!
"Sudah gila, Agung lihat saya masukkan pisau itu"
Tiba-tiba Candra mendengar Maela membentak Pak Agung, gagang pintu yang tadi sudah kebuka itu tiba-tiba berhenti lagi dan Chandra mendengar Pak Agung bilang;
"Mak!
"biarkan saja sudah itu sudah urusan suatu sumpah di kampung ini, lagian mak pikir Candra belum tau semua ini"
"Candra sudah lihat Mak, walau belum tau semuanya Ni itoh yang ngomong sama saya" Sambung Pak Agung.
Candra sudah mandi keringat tuh, mendengar percakapan itu. Habis dibentak Mak ela Pak Agung menjauh dari pintu kamarnya Candra, yang diikuti sama Kang Basir dan Mak ela.
Chandra sudah merasa sedikit tenang tuh, walaupun itu sudah menjadi pertanda buat dia. Gak lama kemudian anehnya tiba-tiba jendela terbuka gitu aja, dan kebukanya itu pelan-pelan seperti ada yang membuka dari luar. Awalnya Chandra nggak melihat apa-apa lama-kelamaan baru dia melihat, ada tangan keriput kukunya itu panjang-panjang diiringi sama suara orang nyanyi gak jelas.
Dan suara itu kayak suara nenek-nenek, Chandra langsung bangun lagi di kasur dan nempelin badan ke tembok. Jauh dari jendela itu karena itu tangan terus masuk ke dalam kamar, tiba-tiba Candra mendengar ada suara.
"Dini Candra, disini!!!
Tiba-tiba sudah ada di sebelah Candra sosok nenek-nenek keriput, rambut panjang warnanya putih kusut yang nutupin mukanya sontak Candra teriak.
"Ni itoh"
Dan cepet banget tangannya Ni itoh sudah ada di leher Chandra, tadi itu cengkraman nya kuat banget. buat seorang tangan nenek-nenek ya, di situ di Ni itoh bilang;
"Sudah saya ingatkan jangan mengganggu, darahmu segar. Apalagi keturunan kakek kamu"
"Uhukk Uhukkk, lepas... Uhukk uhhuukkk" Candra merasa sesak nafasnya.
"Memang anaknya Akbar, bagus akhirnya berurusan dengan keturunannya" Sambung Ni itoh.
Mukanya Ni itoh udah deket banget sama mukanya Candra, mulutnya kayak gerak_gerak kayak lagi ngunyah sesuatu. Pas mulutnya di buka Candra melihat untuk yang kedua kalinya, sama persis yang ada dalam mimpi ini Ni itoh lagi ngunyah janin.
Candra berusaha sekuat tenaga buat melepaskan diri, dari cengkraman Ni itoh apalagi makin terasa kuku itu udah nancep semua di leher nih. Ni itoh bilang yang kamu lihat adalah pertanda, tiba_tiba dari dalam mulutnya keluar nih da***g, da**h dan lu***h bercampur jadi satu. ( maaf ya untuk bagian ini bagi yang lgi makan nanti aja bacanya, aku juga nulis sambil mual" perutku)
Bersambung.....