You'Re Mine!

Sam segera pamit undur diri setelah mengantarkan baju ganti untuk Vynessa atas perintah Davion.

Tok..

Tok..

Tok..

"Vyn, buka pintu nya. Saya bawakan baju ganti untuk mu". Teriak Davion seraya mengetuk pintu ruang istirahat.

Vynessa yang sedang duduk ditepian ranjang, bergegas berdiri dan membukakan pintu nya sedikit lalu mengeluarkan sedikit kepalanya mengintip. Davion yang melihat itu menghela nafas kasar.

"Ini.. " Davion menyodorkan sebuah paper bag bertuliskan salah satu merk brand baju ternama itu pada Vynessa.

"Cepat ganti bajumu, setelah ini kita harus segera meeting". Sambungnya

Vynessa mengangguk seraya menerima paper bag itu. "Terima kasih tuan".

Kemudian, Vynessa hendak menutup kembali pintu nya tapi ucapan Davion seketika langsung menghentikan aktivasnya dan berbalik menatap Davion lagi.

"Ini tidak gratis Vyn". Kata Davion

"Berapa uang yang harus saya ganti tuan muda?", ujar Vynessa bertanya

Mendengar itu, Davion tersenyum menyeringai. Ia memajukan langkah kakinya mendorong pelan pintu ruangan itu hingga Vynessa juga ikut terdorong.

"A-anda mau apa tuan muda ?". Lagi, Vynessa dibuat was-was dengan sikap Davion. Lelaki itu menatap dirinya dari ujung rambut hingga ujung kaki, seolah seperti singa kelaparan dan tengah mengincar mangsa nya.

Davion tak menjawab, ia semakin memajukan langkah kakinya mendekati Vynessa sampai wanita itu terpojok ditepian ranjang.

Brukk..

Davion mendorong pelan tubuh Vynessa hingga jatuh telentang diatas ranjang, dengan cepat Davion langsung mengungkungnya. Ditariknya kedua tangan Vynessa diatas kepala wanita itu dan mengunci pergerakannya. Vynessa semakin ketakutan dibuatnya, apalagi Davion menenggelamkan wajahnya disela-sela batang lehernya. Menghirup dalam-dalam aroma parfum Vynessa yang membuatnya tenang.

"Tuan, ku mohon jangan seperti ini.. " mohon Vynessa dengan mata yang memerah berkaca-kaca.

"Ssstt.. Tenanglah, aku tidak akan berbuat macam-macam pada mu Vyn". Bisik Davion tepat ditelingan Vynessa

Tes..

Ucapan Davion tak indahkan oleh Vynessa, air matanya seketika menetes dari pelupuk matanya dan mengenai pipi Davion. Merasa ada sesuatu yang basah mengenai wajahnya, Davion langsung menegakkan kepalanya. Alangkah terkejutnya ia melihat Vynessa diam membisu, tatapan matanya kosong dan air mata yang terus mengalir dari pelupuk mata nya yang indah.

Davion memang lelaki brengsek, tapi dia tidak pernah sekalipun membuat seorang wanita menangis karena sikapnya. Tapi, melihat Vynessa yang menangis karena dirinya membuat Davion merasa bersalah. Ia bangkit dan melepaskan kungkungannya, kemudian ia menarik lembut Vynessa membantu wanita itu untuk duduk.

"Vyn, aku.. Aku minta maaf. Aku tidak bermaksud membuat mu takut, ku mohon jangan menangis hm.. " Ucap Davion dengan lembut seraya menghapus air mata Vynessa yang terus mengalir membasahi pipi mulus wanita itu.

"Kenapa tuan memperlakukan aku seperti ini? Apa salah ku?" Vynessa menangis terisak-isak tatapan matanya beralih menatap Davion dengan nyalang.

Harga dirinya sebagai wanita hampir saja dilecehkan oleh atasannya sendiri. Vynessa akui, meskipun dirinya pernah menikah belum pernah dirinya melakukan hubungan suami istri dengan Bryson.

Davion tertegun mendengarnya, ia merasa bersalah pada Vynessa. Astaga! Apa yang baru saja ia lakukan itu seperti mengorek kembali luka lama Vynessa.

"Aku minta maaf Vyn, aku tidak bermaksud untuk menyakiti mu..." lirih Davion berucap dengan lembut, tangannya terus menghapus air mata yang terus berlinangan itu dengan ibu jarinya.

"Tuan, saya akan mengirimkan surat pengunduran diri saya secepatnya". Tukas Vynessa

Mendengar itu, Davion langsung menggelengkan kepalanya dengan kuat. Ia genggam tangan Vynessa dengan erat.

"Tidak, aku tidak akan membiarkan mu mengundurkan diri dari sini Vyn. Tidak akan". Ucap Davion tegas dan penuh penekanan.

Tapi ucapan Davion tak digubris oleh Vynessa, wanita itu berdiri dari duduknya sambil menghapus kasar sisa air mata yang membasahi pipi mulusnya. Dengan langkah tegas, Vynessa berjalan keluar dari ruang istirahat itu dan tak menghiraukan keberadaan Davion.

"Vyn.." panggil Davion

Brakkk!!

Vynessa menutup kasar pintu nya hingga Davion terjingkat terkejut, ia bergegas menyusul Vynessa tapi wanita itu sudah lebih dulu keluar dari ruang kerja nya.

"Aaarghh... " Davion menggeram frustasi seraya menjambak kuat rambut lebatnya.

"Apa yang aku lakukan tadi.. Bedebah kamu Dav, kamu membuat Vynessa takut dan pergi". Umpat nya pada dirinya sendiri

Tak lama setelah itu, terdengar pintu ruang kerja nya diketuk dari luar.

Tok..

Tok..

Tok..

"Masuk!"

Ceklek..

"Tuan, sapa Sam kebingungan. Tadi didepan ruang kerja Davion ia berpapasan dengan Vynessa, wanita itu terlihat habis menangis dan sekali ia melihat tuannya dengan penampilan yang acak-acakan dan raut wajah penuh frustasi.

"Apa?". Sahut Davion ketus

"Saya ingin menyampaikan jika meeting bulanan dengan semua karyawan sebentar lagi akan segera dilaksanakan". Kata Sam memberitahu

"Batalkan saja meetingnya". Perintah Davion tegas dan tak ingin dibantah

Melihat suasana hati Davion yang seperti nya sedang tidak baik-baik saja, Sam lebih memilih untuk menuruti nya.

"Baik tuan, dan ini.. " Sam menyodorkan sebuah map dokumen pada Davion

"Identitas tentang nona Vynessa". Imbuhnya

Mendengar itu, tanpa pikir panjang Davion langsung merebut map dokumen tersebut dari tangan Sam. Ia segera membuka nya dan mengeluarkan beberapa lembaran kertas putih yang berisi identitas Vynessa. Mata nya yang tajam membaca satu persatu huruf yang tertulis diatas kertas tersebut. Kedua alis tebal nya seketika saling bertaut saat membaca nama keluarga Vynessa.

"Vynessa Laura Fredrick". Lirih Davion mengucapkan nama panjang Vynessa.

"Ya tuan, nona Vynessa putri semata wayang tuan Fredrick. Nona Vynessa juga pernah menikah sekali dengan tuan Bryson". Shut Sam

"Bryson?" cicit Davion lagi, kali ini sambil menatap Sam penasaran

"Ya tuan, tuan Bryson calon menantu keluarga Horison. Nona Vynessa bercerai dengan taun Bryson karena beliau ketahuan berselingkuh dengan sepupu nona Vynessa tepat dihari ulangtahun pernikahan mereka". Ujar Sam

Tidak bisa, Davion tidak bisa lagi menahan tawa nya. Ia tertawa menertawakan Bryson. Lelaki bodoh itu memilih bercerai dengan Vynessa yang notabene nya lebih cantik dan pintar dari Karen.

"Dasar pria bodoh. Berlian seindah itu dibuang hanya demi batu kerikil". Umpat Davion mengumpati kebodohan Bryson.

"Sam.. " panggilnya sembari menutup kembali dokumen itu.

"Ya tuan?", sahut Sam

"Kamu tau paman Fredrick bukan?", ujar Davion seraya menatap Sam dengan mata yang memicing, seolah-olah ia tengah merencanakan sesuatu.

"Ya tuan, saya mengenal tuan Fredrick. Perusahaan beliau juga bekerjasama dengan perusahaan Slade". Jawab Sam

"Atur jadwal pertemuan dengan Paman Fred secepatnya". Perintah Davion

"Baik tuan". Sahut Sam dengan cepat

Davion tersenyum menyeringai. "Aku tidak akan membiarkan mu beranjak sedikit pun dari sisi ku Vynessa. Tak masalah meskipun aku harus menggunakan cara licik sekalipun untuk menjerat mu. Tak menjadi masalah juga jika status mu janda, bukankah zaman sekarang janda lebih menggoda ?" Ucap Davion dalam hatinya.

.

.

.

To Be Continue...