Bertetangga dengan seseorang yang sangat kamu benci adalah sebuah musibah besar. Hal itulah yang dialami oleh Bara dan Zizi.
Parahnya lagi, mereka berdua harus menikah untuk mendapatkan harta warisan yang sangat banyak.
Mampukah keduanya berdamai untuk mendapatkan keuntungan atau malah sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bhebz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15 Rencana Maria
"Aku tidak bisa menceraikan Zizi mah. Itu sudah aturan dalam wasiat papa. Atau harta warisan itu tak akan pernah aku dapatkan."
"Cih! Aturan macam apa itu heh?" Maria, sang mama langsung berdecih marah.
"Ya memang itulah aturan yang dibuat oleh papa ma." Bara menjawab sesuai kesepakatan yang dilakukannya dengan Alexander Lemos.
"Dengarkan mama Bar. Aturan itu bisa kamu langgar saat papamu sudah mati. Bukankah ia sedang sekarat sekarang? Beliau tak akan bisa berbuat apa-apa lagi untuk kehidupan kita kedepannya."
"Ma? Kenapa mama tega bicara seperti itu?" protes Bara cepat.
"Bagaimana pun juga papa adalah suami mama. Apa mama tidak ada perasaan sedih sedikitpun. Minimal doakan papa agar segera sembuh."
Bara tak menyangka kalau wanita yang telah melahirkannya itu tega bicara seperti itu tentang suaminya sendiri.
Bagaimana pun juga papanya sangat berjasa dalam hidupnya jadi tak seorang pun boleh mengatakan hal buruk pada pria tua yang sedang sakit itu meskipun mamanya sendiri.
Maria memutar bola matanya kemudian membuang nafasnya kasar. Wanita itu tak merasa bersalah samasekali.
"Ah gak apa-apa. Mama sudah cukup menderita dengan kelakuan Papamu selama ini. Pria tua itu sengaja membuat aturan seperti itu karena ia tak pernah setuju jika kamu menikahi Dela, ponakan mama," ucap Maria santai.
"Makanya kamu diikat dengan perjanjian konyol seperti itu. Jadi cepat ceraikan istrimu itu kalau kamu tak punya perasaan padanya. Lagipula kalau kita sudah tidak ada kecocokan kenapa harus dipertahankan? Bikin sakit hati saja."
"Tapi kami baru menikah kurang lebih 24 jam masak harus pisah sih?"
"Ah gak apa-apa. Lagipula kamu belum menyentuhnya kan? Jadi kamu gak perlu merasa bertanggung jawab seperti itu!"
"Ingat saja bahwa papamu sengaja ingin membuatmu menderita dengan pernikahan yang tak jelas ini!"
Bara hanya bisa menghela nafasnya berat. Ia sendiri memang menganggap kalau rencana dan keputusan sang papa sangat konyol dan tak masuk akal. Tapi bagaimana lagi, wasiat itu harus ia lakukan atau semua harta pria itu tidak akan jatuh ke tangannya.
"Papamu itu aneh Bar. Dia sedang sakit keras karena menerima hukuman dari Tuhan akan kesalahannya pada mama waktu itu. Dan sekarang, lihatlah. Ia bahkan membuat wasiat yang tak jelas seperti itu."
"Apa maksudnya coba?"
Bara kembali menghela nafasnya kemudian menyandarkan punggungnya pada sandaran kursinya.
Ia juga ingin memikirkan apa maksud tersembunyi sang papa menikahkannya dengan selingkuhan pria itu sendiri.
Apakah supaya ia lebih bebas bertemu dengan Zizi dan melakukan hal yang tidak-tidak tanpa diketahui oleh orang lain?
Ah sayangnya pria itu harus sakit parah hingga tak bisa melaksanakan niat jahatnya.
"Papamu banyak berubah Bar. Ia menyimpan banyak rahasia dari mama. Ia mengabaikan dan mencampakkan mama kemudian pergi dengan wanita lain," ucap Maria dengan wajah ditekuk sedih.
"Mama sakit. Tapi mama berusaha untuk bahagia sendiri. Mama tak peduli lagi sama papamu. Terserah pada apa yang ia ingin lakukan asalkan hartanya tetap jatuh ke tanganmu sebagai pewarisnya."
"Iya ma, ini yang sedang aku lakukan."
"Tapi jangan lupakan Dela, pacar kamu. Dia ponakan mama satu-satunya."
"Ah mama, kumohon untuk tidak membahas itu lagi. Dela sudah pergi meninggalkan aku ma. Dia juga pergi dengan pria lain."
"Tidak Bara. Ini bukan salah Dela. Mama yang memintanya untuk menjauh untuk sementara waktu karena papamu sangat tak suka padanya." Maria tetap ngotot membela.
Bara kembali menghela nafasnya yang terasa semakin berat saja. Dela pergi darinya sudah bertahun-tahun. Dan apa kata mamanya?
Ini semua karena papa?
Apalagi mau pria itu?
Siapakah sebenarnya yang benar dan salah dalam hal ini?
Semua terasa seperti benang kusut yang berputar-putar di dalam kepalanya.
"Papamu sedang sakit dan tak berdaya. Untuk itu Mama akan pastikan Dela akan kembali padamu Bar. Kalian akan hidup bahagia sayang."
Bara tak menjawab. Ia tidak tahu apakah ia masih menginginkan Dela yang sudah lama pergi darinya. Lukanya pernah begitu dalam pada wanita itu yang terang-terangan telah berkhianat darinya, basah, dan juga masih perih.
"Terima Dela kembali Bar. Karena semua yang terjadi adalah kesalahan papamu!" tegas Maria berusaha mempengaruhi lagi sang putra.
"Ah sudahlah ma. Sebaiknya kita tidak membahas ini dulu. Aku sedang banyak urusan yang harus aku benahi di perusahaan ini."
Maria tersenyum tipis. Ia pun berdiri dari duduknya dan menghampiri Bara, sang putra.
"Ah ya maafkan mama Bar. Mama akan segera pergi tapi ingat untuk menginap di rumah mama malam ini."
Bara hanya tersenyum tipis tapi tidak ingin mengiyakan. Entah kenapa ia tak ingin pergi ke rumah mamanya karena ada seseorang di rumahnya sendiri yang sangat ingin ia kerjain.
"Bara? Kamu tidak menjawab mama sayang."
"Mama? Aku sudah punya istri dan..." Bara tak sanggup menyelesaikan kalimatnya.
"Cih! Istri. Memangnya seperti apa istri pilihan papamu itu heh? Apakah dia lebih baik daripada Dela? Apakah dia lebih cantik dan lebih segala-galanya dari ponakan mama itu?"
"Ma?"
Suara Bara tercekat. Sungguh, ia tak ingin berdebat dengan sang mama.
"Kenapa? Apa kamu tak rindu masakan mama? Dan ya? Bukankah kamu tidak menginginkan pernikahan ini lalu kenapa kamu harus peduli dengan istri pilihan papamu itu?"
Bara mengalah.
"Baiklah. Aku akan menginap di rumah mama. Tapi mungkin agak telat datang karena ada banyak pekerjaan yang harus aku lakukan di sini ma."
Maria tersenyum lebar. Ia sangat suka pada putra semata wayangnya ini. Bara akan selalu patuh padanya lebih daripada ke papanya sendiri.
"Tapi uang jajan mama udah habis Bar. Dan mama juga akan check up di rumah sakit. Kamu tahu 'kan penyakit mama?"
"Aku akan transfer ma. Tenang saja."
"Makasih banyak Bar. Kamu memang anak mama yang paling terbaik."
Bara hanya tersenyum dan meraih gawainya kemudian mentransfer sejumlah uang yang sangat banyak untuk sang mama.
Tring
Sebuah notifikasi pun berbunyi pada M-banking Maria. Wanita paruh baya itu tersenyum lebar dengan hati yang sangat bahagia.
"Udah ma," ucap Bara.
"Buat diri mama bahagia," lanjut pria muda itu.
Maria tersenyum kemudian menjawab di dalam hati, "Tentu saja Bar. Aku akan lebih bahagia lagi kalau semua warisan papamu jatuh ke tanganku."
"Baiklah, mama permisi."
"Iya ma hati-hati."
"Ya. Ingat mama tunggu kamu di rumah. Ada banyak makanan favoritmu yang akan mama siapkan."
Setelah berkata seperti itu, Maria pun keluar dari ruangan kerja sang putra dengan hati berdendang senang.
"Istri pilihan Hasan itu harus segera disingkirkan sebelum mengganggu rencana besarku," gumamnya.
🌻
Like Like Like
Vote Vote Vote
trus devano gimana dong, ..ga kasian, dia blm kesurga thor 😀