NovelToon NovelToon
SELURUH KELUARGA MENDENGAR PIKIRANKU

SELURUH KELUARGA MENDENGAR PIKIRANKU

Status: sedang berlangsung
Genre:TimeTravel / Reinkarnasi / Mengubah Takdir / Transmigrasi ke Dalam Novel / Fantasi Wanita / Pembaca Pikiran
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: cerryblosoom

Ivy yang telah terlahir kembali ke-empat kalinya. Dimana disetiap kelahiran ia mati muda. Memilih untuk pasrah pada kehidupan kali ini.

Tapi kenapa kali ini dia kembali saat masih bayi?

[Eeehh, bayi.... Baiklah, aku hanya akan makan dan tidur dengan baik.] Pikir Ivy optimis.

Namun, hatinya tetap tak bisa menahan desahan setiap kali mengingat masalalu.

[Hahh, tak disangka ibukku begitu cantik aslinya. Sayangnya saat ulang tahunku yang setahun Dia akan mati. Hikshh.]

[Ah, ayah begitu tinggi dan gagah. Tapi setelah kecelakaan dia hanya akan duduk di kursi roda.]

[Kakak ketiga yang cantik, saking cantiknya membuat banyak pria jahat mempermainkan nya. Lalu kakak pertama dan kedua yang bodoh, kalian hanya akan berakhir menyedihkan karena jatuh hati pada pemeran utama wanita.]

Tanpa disadarinya, seluruh keluarga mendengar setiap fikiran nya itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cerryblosoom, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 15 BATASAN SAHABAT

Setelah melihat kepergian pelayan, Disya terdiam sejenak. Sebelumnya sudah biasa jika sahabatnya itu keluar masuk ke dalam rumah dengan bebas. Dia bahkan tak ingat kapan hal itu dimulai. Tapi sepertinya itu terjadi dengan alami. Karena para pelayan mengetahui kedekatan kami. Mereka jadi tak menganggap Elena sebagai tamu. Dan anehnya dia juga tak pernah mempermasalahkan nya. Membiarkan Elena keluar masuk dengan bebas di rumah ini.

Baru kali ini, karena pelayan yang tak pernah bertugas di depan. Elena tak dibiarkan masuk begitu saja.

Rasanya Dia merasa ini hal yang benar. Lagi Pula dirinya sudah menikah. Berbeda saat masih gadis dulu. Dan masih tinggal di rumah orang tuanya.

Melihat ibunya yang asyik melamun, sepenuhnya mengabaikannya, Bayi Ivy dengan aktif memanggilnya. Tapi apa yang bisa dikatakan bayi berumur satu bulan. Selain kata-kata tak jelas.

"Phuah,,phaa,, phaa,, aaaaa."

"Atutu lucunya. Nona kecil kita pasti senang ya akan ada pesta. Lincah sekali sih," komentar salah seorang asisten desainer.

Disya masih sibuk dengan pikirannya sendiri. Tak menyadari panggilan bayinya. "Mungkin sebaiknya aku juga bicara pada Elena," batinnya memutuskan.

[Bu-bu, tolong Ivy. Selamatkan Ivy.]

"Phuah,,phuh,, aaaa,,,, aaaaa."

Mendengar teriakan bayinya, Disya langsung tersadar, dan menoleh. "Ada apa?" serunya tanpa sadar. Seperti sudah menjadi insting, selanjutnya Dia langsung menggendong bayinya.

"Eh, tidak ada nyonya. Kami baru saja akan memutuskan sepatu untuk nona kecil," ucap sang kepala desainer.

[Bu, tolong Ivy, kakak-kakak itu menyiksaku untuk terus berganti-ganti dari baju, mahkota, sarung tangan, bahkan sepatu, tak selesai-selesai dari tadi. Apalagi mereka selalu ribut setiap detiknya. Ya Ivy tahu, Ivy memang imut.]

[Tapi Ivy ini bayi, bukan boneka! Lihatlah tangan Ivy sampai lemas dan tak bisa diangkat. Ayo bawa Ivy pergi, bu. Kita batalkan saja pestanya.]

Mata berair bayi Ivy memandang wajah ibunya dengan keluhan.

Mendengar pikiran berlebihan bayinya, malah membuatnya menghelas nafas lega.

"Baiklah, Simpan ini," tangannya menunjuk gaun biru, "Ini," mahkota dengan permata pink, seperti berlian yang tergantung di gaunnya, "Lalu, yang ini dan ini, untuk pesta nanti malam," sarung tangan putih dan sepatu biru senada dengan baju. " Lalu sisanya juga aku akan membelinya. Minta kartunya pada pengurus rumah tangga jika sudah sudah selesai."

Semuanya buru-buru mengerjakan apa yang diperintahkan.

Setelah memberi perintah, sambil menggendong bayi Ivy, Disya keluar dari dalam kamar.

...----------------...

Menjelang sore hari, cakrawala telah diselimuti seperak tirai yang membawa semburat jingga dalam gelombang yang panjang. Bulan menggantung di sisi sang surya, seolah ikut menikmati ciptaan Tuhan yang begitu indah.

Tak butuh waktu lama untuk Disya dan bayi Ivy tiba di teras. Dibandingkan kesibukan di dalam rumah. Disini relatif sepi, hanya beberapa pelayan yang sesekali lewat membawa barang.

[Bu kita akan menemui siapa?]

Bayi Ivy bertanya dengan penuh minat. Dia Ingat ada seorang tamu yang datang. Tapi pembicaraan selanjutnya Dia tak terlalu memperhatikan. Sehingga tak begitu jelas siapa tamu itu.

[Apakah itu peramal Felix? Apa dia sudah kembali. Ivy ingat Ayah berkata peramal Felix sempat berada dalam masalah kemarin.]

[Jadi apakah semuanya sudah diselesaikan. Huh, ayah menyebalkan sekali. Memberi informasi setengah-setengah begitu. Ivy kan kepo.]

[Hmmm, apa aku pernah membaca beritanya, ya. Emmmm,,, tahun-tahun awal peramal Felix, hmmmm.... Oh ya, di awal peramal Felix belum terkenal! Ada skandal besar yang terjadi.]

[Berita itu menyebutkan Peramal Felix pernah salah dituduh menjadi pelaku pembunuhan seorang gadis SMA. Hmmm, tapi aku tak begitu jelas. Karena banyak postingan yang sudah dihapus.]

[Sedangkan di karya asli yang ku baca. Penulis tak merinci tentang apa yang sebenarnya telah dilalui Peramal Felix di masa mudanya. Namanya hanya disebutkan untuk menjadi guru protagonis wanita yang telah mati. Jika difikir-fikir memang aneh sekali. Tapi apa boleh buat, penulis memang bias.]

Disya yang mendengar semuanya mengerutkan dahi. Jika tak ingat ada masalah penting lain yang harus dilakukannya. Mungkin sekarang Dia akan menghubungi suaminya.

Hatinya seketika menjadi bimbang dengan apa yang harus dipilih. Pada akhirnya kakinya tetap melangkah maju.

Elena duduk memunggungi jalan masuk. Tapi saat merasa sebuah langkah kaki mendekat. Dalam sekejap Dia menoleh tajam. Melihat sahabatnya yang datang ekspresinya mengendur. Dan bangkit dengan senyuman.

"Sya, apa kabar?" sapa nya hangat.

"Baik, kok. Bagaimana denganmu? Oh, ayo kita duduk dulu."

Walaupun kejadiannya hanya sepersekian detik. Tapi Disya masih menangkap ekspresi tajam sahabatnya. "Aneh, apa aku salah lihat? Elena memasang ekspresi tajam. Ah, mungkin sesuatu terjadi di perusahan nya," batinnya. Suaminya kerap pulang dengan ekspresi seperti itu. Jadi Disya tak terlalu berpikir buruk.

"Aku baik juga," jawab Elena sambil duduk. "Maaf ya, sepertinya aku mengganggu."

Keduanya duduk saling berhadapan.

"Tidak, aku baru saja selesai memilih gaun untuk bungsu."

Senyumnya sedikit turun, saat mengatakan, "Ya, emm, pantas pelayan melarangku menemui mu langsung dan malah mengarahkan ku ke teras."

"Aku memang yang memerintahkannya. Kamu juga kenapa tidak mengabari dulu akan datang lebih sore," Disya tersenyum lembut dan ringan.

"Ahh, kan biasanya juga aku langsung datang."

"Emm, Na. Sekarang aku sudah tidak di rumah orang tuaku. Ada anak-anak dan suamiku. Kita harus mulai membiasakan perubahan ini. Kamu mengerti kan..."

Sejenak Elena menjadi linglung, Dia tak menyangka sahabatnya tiba-tiba memberi batasan padanya, "Kenapa? Sebelumnya tak masalah. Apa suamimu mengatakan sesuatu? Apa ini karena kecelakaan sebelumnya? Apa Dia menyalahkan ku."

Mendengar pertanyaan beruntut sahabatnya Disya menjadi tak enak. Memang terlalu aneh jika tiba-tiba Dia membuat batasan. Apalagi setelah masalah besar yang yang terjadi sebelumnya. Tapi dia masih melanjutkan untuk menjelaskan.

"Tidak. Aku bahkan sama sekali belum membahas masalah kecelakaan dengan kak Ethan," Disya mengatakan kebenaran. Dalam sebulan ini terlalu banyak hal yang terjadi. Hingga mereka melupakan untuk membahan kecelakaan hari itu. Tapi Disya yakin sang suami pasti telah diam-diam mengurusnya. Meski mengetahui itu, Dia merasa tak perlu untuk memberitahu sahabatnya.

Elena yang mendengarnya menghelas nafas lega. Karena rasa takut disalahkan, dalam sebulan ini, Dia memilih tak muncul. Jika bukan karena pesta malam ini. Mungkin Dia masih akan terus bersembunyi.

"Ya, sebelumnya karena aku masih bolak-balik ke rumah orang tuaku karena Kak Ethan sering keluar kota. Tapi untuk sekarang aku akan full di rumah ini merawat anak-anak. Jadi jika kamu ingin datang, kuharap kamu mengabari dulu, tak masalah kan."

"Tentu saja tidak masalah. Lain kali aku pasti lebih hati-hati.... Sebenarnya dari awal kamu menikah aku sudah mulai sadar pasti akan ada perubahan. Hanya saja aku sedikit tidak rela. Jadi aku pura-pura tak peka. Tapi kamu bisa yakin, untuk kedepannya, aku tidak akan seceroboh ini, dan lebih tahu batasanku. Asalkan kita masih menjadi sahabat. Ya kan, Sya."

"Hum, tentu," balas Disya dengan setengah senyum. Entah kenapa semenjak kecelakaan yang menyebabkannya melahirkan secara prematur. Firasat nya cenderung curiga pada sahabatnya.

Maka nya untuk menghilangkan kecurigaannya itu, kali ini Disya membawa serta bayinya. Disya ingin tahu bagaimana sahabatnya di masa depan. Tentunya yang diharapkannya adalah ini semua hanya fikiran buruknya saja.

1
cerry
Akhirnya setelah seminggu/Sob//Facepalm/
𝒀𝑶𝑺𝑯𝓊𝒶: /Sneer/
total 1 replies
𝒀𝑶𝑺𝑯𝓊𝒶
Wah, baru kali ini niat membaca tulisan fiksi orhir lain kembali hadir. lucu, menarik, mengandung ajakan untuk kembali menjadi bayi.🥴
otomatis bepikir, "Seandainya aku bisa mengingat memori saat aku masih bayi."🥴
Tulisannya rapih kk Thor. Ceritanya santai, menghibur.😂😏😏
𝒀𝑶𝑺𝑯𝓊𝒶: /Sneer/
cerry: Jangan lanjut ya kak, authornya up sesuai mood/Facepalm/
total 2 replies
Miea™
lanjut
Arietyy
aku mampir, jangan lupa mampir dikaryaku
cerry: Maaf ya kak, belum bisa mampir/Pray/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!