Terjerat Gairah Sang Pembantu

Cani mengambil gula dan juga kopi hitam tidak lupa menuangkan air hangat lalu mengaduknya. Sebenarnya ia sudah tidak sabar dengan aktivitas nanti malam, pasti akan sangat menyenangkan. 

“Kau benar ingin pergi dengan Feri?” tanya Lucas secara tiba-tiba. 

Bahkan Cani tidak tahu sejak kapan Lucas ada dibelakangnya, memang ia terkejut tapi pandai sekali Cani menutupi. Ia berbalik badan hingga melihat Lucas yang berdiri dengan tangan berkacak pinggang, membalas tatapan tajam Lucas tidak kalah tenang. 

“Imbang bukan?”

“Apa maksudmu?”

“Kau bisa pergi dengan istrimu, lalu kenapa aku tidak bisa pergi dengan Feri?” tanya Cani balik, membuat Feri semakin emosi. 

“Jelas berbeda, Cani!” Bantah Lucas, ia berjalan mendekati Cani hingga wanita itu mundur menabrak dinding. 

Tatapan tajam Lucas membuat Cani menjadi takut. “Sudah aku katakan.. Disaat aku menerima tawaran mu kemarin malam, itu berarti kau adalah milikku!” ucap Lucas dengan sangat tegas. 

“Aku tidak benda yang bisa kau anggap milikmu, Tuan!”

“Tapi kau milikku, Cani! Persetan mau alasan apapun, kau tetap milikku. Jadi patuhlah!” sentak Lucas hingga membuat kedua mata Cani langsung terpejam. 

Cani menarik napas dalam-dalam sambil membuka kedua matanya, ia menatap Lucas dengan mata yang berkaca-kaca menahan tangis yang akan keluar. 

“Aku sudah katakan bahwa semua yang aku tawarkan kemarin malam adalah palsu. Aku tidak mau_”

“Tidak ada yang palsu, Cani. Kau tetap milikku, mengerti?” Kali ini bicara Lucas lebih lembut dan terdengar penuh penekanan. 

Saat Lucas ingin bicara lagi ponselnya berbunyi, tertera nama Galih disana. Kesempatan itulah diambil dengan baik oleh Cani, ia langsung berlari cepat meninggalkan Lucas begitu saja. 

“Cani, berhenti!” Perintahnya, tapi Cani malah tetap berlari tanpa menghiraukan perintah dari Lucas. 

“Sialan!” Lucas marah, ia mengangkat panggilan itu dengan perasaan kesal. 

“Baik, aku akan datang ke Perusahaan.” Lucas mematikan panggilan itu secara sepihak, ia menatap kopi yang baru saja Cani buat. Tidak ingin menyia-nyiakan setiap hal yang dilakukan wanita itu maka langsung saja Lucas menghabiskan secangkir kopi tersebut. 

~

Zoya baru saja selesai mandi, ia heran melihat Lucas yang sudah rapi memakai jas. Langsung saja Zoya memeluk suaminya itu, mencium bibir Lucas berulang kali. 

“Mas mau kemana?” tanya Zoya sembari membantu Lucas memasang dasi. 

“Malam ini ada rapat penting, terpaksa aku harus datang. Kau tidak apakan aku tinggal malam ini?” tanya Lucas sembari mengecup bibir Zoya terus menerus. 

Zoya menangkup wajah tampan Lucas, pria itu memang sangat tampan jika dibandingkan dengan Lucas. Tapi, tidak dipungkiri oleh Zoya kala dirinya hanya bernafsu dengan Saka saja. 

“Tidak apa, Mas.. Aku akan menunggu kepulanganmu,” Ucap Zoya sembari memeluk erat Lucas. 

Lucas merasakan dua bongkahan milik Zoya yang menempel padanya, langsung saja Lucas menjatuhkan tubuh Zoya disofa. Ia melihat jam dinding, tersenyum sinis. 

“Masih ada 20 menit.. Sempat,” Lucas terburu-buru membuka resleting celananya. 

Zoya tersenyum simpul saja, sebenarnya ia sangat malas melayani Lucas. Hanya saja tidak mau memancing kecurigaan pria itu, mau tidak mau Zoya harus siap melayani sang suami. 

“Pakai apa nih?” Tanya Zoya dengan posisi yang sangat siap. 

“Mulut kamu, Baby..” Suara Lucas saja sudah terdengar berat sudah pasti nafsu pria itu sudah naik sekarang. 

Dengan senyuman sinisnya Zoya memegang benda pusaka milik sang suami. Siap beraksi dengan pergerakan tangan dibantu dengan mulutnya, sudah pasti Lucas terus membantu dengan menarik kapala Zoya untuk maju mundur. 

Lucas terus mendesis, ia menatap kearah pintu kamar yang terbuka separuh. Lucas yakin ia tidak salah lihat, Cani berdiri disana mengintip semua apa yang telah Lucas lakukan dengan Zoya. 

“Ohhh.. Sialan!” sebenarnya Lucas mengumpat karna mendapati Cani mengintip. 

Tapi, Zoya merasa kalau Lucas mengumpat karna hal yang ia lakukan. Tapi, Zoya sudah sangat lelah, ia tidak sanggup lagi kalau mengeluarkan semua hal yang Lucas inginkan hanya dengan mulut saja. 

“Sudah deh, Mas.. Aku capek,” Zoya melepaskan semuanya padahal Lucas sudah sangat menginginkan. 

“Bahkan aku belum merasakan apa-apa, Zoya!” Protes Lucas, Zoya selalu saja bersikap sesukanya seperti ini. 

Zoya seakan tidak perduli. “Mas saja yang payah banget keluar, udah deh aku capek!” Zoya berlalu pergi masuk kedalam kamar meninggalkan Lucas yang mana sudah emosi. 

Lucas melirik kearah pintu kamar, sudah tidak ada Cani disana. Keadaan seperti ini membuat Lucas, terpaksa ia harus melupakan semua hasrat dengan cara memikirkan hal-hal yang indah-indah. 

•

Cani menunggu Feri dipagar sesuai janji, ia termenung memikirkan apa yang dilakukan Lucas tadi dengan Zoya. Sebenarnya kemarahan yang dilakukan Cani ini sangat tidak benar. 

“Kenapa juga aku marah, wajar saja mereka melakukan hal seperti itu. Karna mereka pasangan suami istri, Cani!” Berulang kali Cani menyadarkan apa yang ia pikirkan. 

Suara mobil membuat Cani terkejut, disaat itulah pagar utama terbuka. Dan pas tepat Feri datang dengan motor maticnya, berhenti tepat disamping Cani. 

“Maaf Cani membuatmu lama menunggu,” ucap Feri yang membuat Cani tersadar dari lamunannya. 

Feri memberikan helm kepada Cani, membantu wanita itu memasang helm. Disaat itulah mobil Lucas berhenti tepat disamping mereka, kaca bangku belakang terbuka hanya sedikit. Cani memegang tangan Feri, hal seperti itu sengaja ia lakukan untuk membuat Lucas yakin dengan apa yang ia katakan siang tadi. 

Cani dapat menemukan tatapan tajam dari Lucas, pria itu hanya melirik saja lalu kembali menutup kaca mobil. Sikap abai dari Lucas membuat Cani yakin bahwa pria itu telah menyetujui apa yang ia inginkan. 

“Padahal aku ingin dia memaksaku untuk tetap melayaninya, tapi..” Gumam Cani di dalam hati, ia menatap sendu kepergian mobil Lucas yang perlahan tidak terlihat.