NovelToon NovelToon
Cinta Dan Tawa Di Kota : Kisah Perempuan Tangguh

Cinta Dan Tawa Di Kota : Kisah Perempuan Tangguh

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa / Slice of Life
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: xy orynthius

Tara Azhara Putri Mahendra—biasa dipanggil Tara—adalah seorang wanita muda yang menjalani hidupnya di jantung kota metropolitan. Sebagai seorang event planner, Tara adalah sosok yang tidak pernah lepas dari kesibukan dan tantangan, tetapi dia selalu berhasil melewati hari-harinya dengan tawa dan keceriaan. Dikenal sebagai "Cewek Tangguh," Tara memiliki semangat pantang menyerah, kepribadian yang kuat, dan selera humor yang mampu menghidupkan suasana di mana pun dia berada.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon xy orynthius, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 13

Setelah berhasil keluar dari markas Sebastian, Tara dan Adrian mendapati diri mereka berada di sebuah hutan lebat yang gelap dan asing. Hanya ada pepohonan tinggi yang memayungi mereka dan tanah yang licin karena hujan. Meski sudah berada di luar markas, mereka tahu bahaya masih belum berakhir. Mereka harus terus bergerak, mencari tempat yang aman sebelum Sebastian dan anak buahnya berhasil menemukan mereka.

“Kita nggak bisa berhenti di sini. Mereka pasti bakal nyusul,” bisik Adrian dengan nada panik.

Tara mengangguk setuju. “Kita harus cari tempat buat berlindung sementara. Hutan ini pasti punya jalan keluar. Kalau kita bisa nemuin desa atau jalan raya, kita bisa cari bantuan.”

Dengan begitu, mereka mulai berjalan cepat melewati hutan. Setiap langkah terasa berat di tengah kelelahan dan rasa takut yang menghantui. Namun, mereka tidak punya pilihan lain. Mereka harus bertahan dan terus mencari jalan keluar.

“Gue nggak tau sampai kapan kita bisa bertahan kayak gini,” kata Adrian setelah beberapa menit berjalan dalam diam. “Sebastian punya banyak orang. Kalau kita nggak bergerak cepat, kita bakal ketangkep lagi.”

Tara menggigit bibirnya, mencoba menahan rasa khawatir yang semakin mendesak. “Gue tau, tapi kita juga nggak bisa gegabah. Kalau kita sembarangan milih jalan, kita bisa nyasar lebih jauh ke dalam hutan ini.”

Sambil terus berjalan, Tara tidak bisa menghilangkan perasaan aneh yang terus menghantuinya. Petunjuk misterius yang membawa mereka keluar dari markas tadi masih membekas dalam pikirannya. Siapa yang mengirimkan pesan itu? Dan apa tujuan mereka sebenarnya?

Sementara mereka berpikir, tiba-tiba tablet yang masih Tara pegang berbunyi lagi. Sebuah pesan baru muncul di layar, membuat mereka berdua berhenti sejenak.

“Apa itu?” tanya Adrian, mencoba mengintip layar tablet.

Tara membuka pesan tersebut, dan membaca dengan suara pelan, “*Tunggu di sana. Kami akan datang membantu. Jangan bergerak terlalu jauh.*”

Mereka saling berpandangan dengan tatapan penuh kecurigaan. Siapa yang bisa mengirimkan pesan seperti itu? Apakah mereka benar-benar bisa dipercaya?

“Gue nggak yakin kita harus ngikutin perintah ini,” kata Adrian sambil melirik ke arah sekitar yang semakin gelap. “Gimana kalau ini jebakan lain? Kita bisa ketangkep lagi.”

Tara memikirkan hal yang sama. Semua ini terasa terlalu aneh dan misterius. Namun, di sisi lain, mereka juga tidak punya banyak pilihan. Jika mereka terus berjalan tanpa arah, mereka bisa saja tersesat lebih jauh ke dalam hutan yang tidak mereka kenal ini.

“Kita bisa ambil resiko dengan tunggu di sini, atau kita coba cari jalan sendiri,” kata Tara akhirnya. “Tapi kalau kita tunggu dan ternyata mereka bener-bener datang buat nolongin, kita bisa punya kesempatan lebih besar buat selamat.”

Adrian tampak ragu, namun akhirnya mengangguk. “Oke, kita tunggu sebentar. Tapi kalau mereka nggak datang dalam beberapa menit, kita lanjut jalan.”

Mereka kemudian duduk di bawah sebatang pohon besar, mencoba bersembunyi dari pandangan siapapun yang mungkin sedang mencari mereka. Udara malam yang dingin mulai menusuk tulang, dan suara binatang malam terdengar samar di kejauhan. Dalam ketegangan yang menggantung, waktu terasa bergerak sangat lambat.

Beberapa menit berlalu, namun tak ada tanda-tanda siapapun yang datang. Tara dan Adrian mulai merasa semakin gelisah.

“Mungkin kita harus mulai bergerak lagi,” bisik Adrian, sudah siap untuk bangkit.

Namun, sebelum mereka sempat bergerak, terdengar suara langkah kaki mendekat dari kejauhan. Langkah kaki tersebut terdengar teratur dan mantap, berbeda dengan langkah cemas mereka sebelumnya. Adrian segera meraih sebatang kayu besar di dekatnya, siap untuk bertahan jika ternyata mereka sedang dihadapkan pada bahaya.

Dalam kegelapan, bayangan seseorang mulai terlihat. Sosok itu mendekat dengan tenang, tanpa menunjukkan tanda-tanda permusuhan. Saat sosok tersebut akhirnya berada dalam jarak yang cukup dekat untuk dilihat dengan jelas, Tara dan Adrian terkejut.

Orang yang mendekat itu adalah seorang pria muda dengan wajah yang penuh percaya diri. Rambutnya pendek dengan potongan rapi, wajahnya tajam dengan garis rahang yang tegas. Dia memakai jaket kulit hitam yang terlihat mahal, dan cara berjalannya menunjukkan bahwa dia terbiasa menghadapi situasi yang sulit.

“Tenang, gue di sini buat nolong kalian,” kata pria itu dengan suara yang tenang namun penuh kewaspadaan.

Adrian tidak segera menurunkan kayunya. “Siapa lo? Dan gimana caranya lo tau kita ada di sini?”

Pria itu tersenyum tipis, seakan-akan menganggap pertanyaan itu sangat bisa diduga. “Nama gue Lucas Alexander Grey. Gue adalah seseorang yang bisa bantu kalian keluar dari masalah ini.”

Tara menatap pria itu dengan penuh curiga. “Lucas, ya? Kenapa kita harus percaya sama lo?”

Lucas menghela napas sebelum menjawab. “Gue ngerti kalo lo ragu buat percaya sama gue, tapi percayalah, kita punya musuh yang sama—Sebastian. Dia nggak bakal berhenti sampai dia ngeliat lo berdua mati. Gue punya informasi yang bisa ngebantu lo keluar dari situasi ini. Tapi kita harus segera pergi sebelum orang-orang Sebastian nyampe di sini.”

Tara dan Adrian saling berpandangan. Situasi ini menjadi semakin rumit, namun mereka bisa merasakan bahwa Lucas mungkin memang berada di pihak mereka. Lagipula, siapa lagi yang bisa tahu keberadaan mereka di tengah hutan ini jika bukan seseorang yang sudah merencanakan semuanya?

“Gue nggak tau apa rencana lo, tapi kita nggak punya banyak pilihan,” kata Tara akhirnya. “Kita bakal ikut lo, tapi jangan pikir kita bakal percaya sepenuhnya.”

Lucas mengangguk mengerti. “Gue nggak minta lo buat percaya penuh. Cukup ikuti gue, dan gue janji, lo bakal selamat.”

Dengan cepat, Lucas memimpin jalan melalui hutan. Dia tampaknya sangat familiar dengan medan ini, mengarahkan mereka melalui jalur yang aman dan tersembunyi dari pengawasan. Tara dan Adrian mengikuti dengan hati-hati, masih waspada terhadap kemungkinan pengkhianatan.

Setelah berjalan selama beberapa menit, mereka akhirnya sampai di sebuah jalan kecil yang tersembunyi di balik pepohonan. Sebuah mobil hitam terparkir di sana, menunggu dengan mesin yang masih menyala.

“Cepat masuk,” perintah Lucas. “Kita harus pergi sekarang sebelum mereka menemukan kita.”

Tanpa banyak bicara lagi, Tara dan Adrian segera masuk ke dalam mobil. Begitu mereka semua berada di dalam, Lucas menginjak pedal gas, dan mobil melaju dengan cepat meninggalkan hutan.

Selama perjalanan, tidak banyak yang berbicara. Ketegangan masih terasa kental di udara, namun Tara dan Adrian mulai merasa sedikit lega karena mereka berhasil keluar dari hutan tersebut. Namun, di balik rasa lega itu, masih ada banyak pertanyaan yang belum terjawab.

Setelah beberapa saat, Lucas akhirnya angkat bicara. “Gue tau lo pasti punya banyak pertanyaan. Tapi untuk sekarang, fokus kita adalah ngejauh dari markas Sebastian. Gue bakal jelasin semuanya begitu kita udah aman.”

Adrian menatap Lucas dari balik cermin mobil. “Gue harap lo bener-bener bisa diandalkan, Lucas. Kita udah terlalu banyak dibohongin dan dikecewain. Gue nggak akan segan-segan buat ngelawan lo kalau ternyata lo cuma mau manfaatin kita.”

Lucas hanya tersenyum kecil. “Gue ngerti. Dan gue nggak bakal ngelakuin itu. Kita di sini punya tujuan yang sama. Ngelawan Sebastian dan ngebongkar semua yang dia sembunyiin.”

Tara diam saja, merenung dalam hati. Meski Lucas tampaknya tulus, instingnya mengatakan bahwa mereka harus tetap waspada. Semua ini masih terasa terlalu cepat dan terlalu mudah. Dan di dunia yang penuh dengan intrik dan kebohongan ini, siapa pun bisa menjadi musuh dalam selimut.

Namun untuk saat ini, mereka harus bermain sesuai permainan Lucas. Mereka harus bertahan hidup, dan jika itu berarti mengikuti Lucas, maka itulah yang akan mereka lakukan.

Mobil terus melaju di jalanan gelap yang sepi. Di kejauhan, gemerlap lampu kota mulai terlihat, memberikan sedikit harapan bahwa mungkin, hanya mungkin, mereka bisa menemukan jalan keluar dari semua ini. Namun di sisi lain, mereka juga sadar bahwa di tengah-tengah kegelapan ini, petunjuk yang mereka ikuti bisa jadi hanyalah langkah awal menuju bahaya yang lebih besar.

Dan dalam hati kecilnya, Tara tahu bahwa apapun yang terjadi setelah ini, mereka harus siap menghadapi kenyataan yang mungkin jauh lebih mengerikan daripada yang pernah mereka bayangkan.

1
·Laius Wytte🔮·
Pengalaman yang luar biasa! 🌟
Kei Kurono
Mantap! Bukan cuma ceritanya, bagus dalam segala hal.
<|^BeLly^|>
Nggak sia-sia baca ini. 💪
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!